NovelToon NovelToon
Kakak Atau Suami?

Kakak Atau Suami?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / trauma masa lalu
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Your Aunty

Kendati Romeo lebih tua belasan tahun, dengan segudang latar belakang militer, dia masih bersedia menikahi Ansela, yang kala itu masih duduk di bangku SMA.

Tapi tentunya, ini diikuti dengan beberapa kesepakatan. Berpikir bahwa hubungan mereka tidak mungkin bertahan lama, mengingat perbedaan usia mereka. Alih-alih suami dan istri, mereka sepakat untuk seperti kakak-adik saja.

Setidaknya, itulah yang dipikirkan Romeo! hingga ketika tahun berlalu, dunianya berahkir jungkir balik.

••

Dia mendapati, bahwa Ansela adalah seseorang yang paling dia inginkan, dan paling tidak bisa dia gapai, meski gadis itu disisinya.

Dengan tambahan persaingan cinta, yang datang dari sahabatnya sendiri, yang kepada dia Romeo telah berhutang nyawa, ini hampir membuatnya kehilangan akal.

“AKU BUKAN KAKAKMU! AKU SUAMIMU.”


••

Baca perjuangan sang Kapten, di tengah sikap acuh tak acuh sang Istri. ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Your Aunty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Bersama-sama dengan Jordan, Ansela pun keluar dari ruang Kepala Sekolah. Untung saja pada saat ini sedang ada jam pelajaran, jadi keduanya bisa keluar tanpa harus menjadi objek obrolan orang lain.

"Kak, kau seharusnya tidak perlu ikut memberikan sumbangan. Kakekku sudah memberi banyak. Apalagi jumlah tadi ...."

Jordan mengulas senyum. "Jangan khawatir. Sama seperti suamimu, aku juga memiliki beberapa usaha sampingan. Sebenarnya sih, hitung-hitung dana untuk menikah, tapi karena calonnya belum ada, lebih baik di sumbang dulu, supaya asik."

Mendengar ini Ansela tertawa kecil. Inilah yang dimaksudnya, dengan perbedaan aura tadi. Jordan yang asli, rasanya sehangat mentari.

"Apa perlu kita katakan ini pada Kak Romeo?" Tanya Ansela. Sebenarnya dia bisa saja langsung menceritakan kejadian ini pada Romeo. Namun mengingat bantuan yang diberikan Jordan, dia ingin mendapatkan persetujuan pria itu sebagai rasa menghargai. Apalagi dalam hal ini, Romeo tidak tahu apapun soal kedatangan Jordan.

Begitu juga dengan Jordan. Dia tahu rasanya salah jika tidak mengatakan hal ini pada Romeo. Tapi ada sedikit kebimbangan, jadi Jordan mencoba mengemukakan pendapatnya. "Bagaimana kalau tidak. Eh, jangan salah paham Sela, bukan tidak memberitahu, tapi bagaimana kalau tidak sekarang? bagaimana kalau nanti saja?"

"Kenapa?"

"Aku tidak takut dia marah atau tersinggung. Hanya saja, dia pasti akan mengembalikan uang yang aku sumbangkan."

"Akhhh," Ansela mengangguk. Rasanya dia bisa mengerti. "... Kalau begitu lupakan saja sekalian. Toh beberapa bulan lagi aku akan lulus, dan tidak ada yang akan mengingat hal ini."

Jordan terkejut lagi dengan betapa santainya Ansela.

"Terimakasih atas pengertiannya Sela. Sebenarnya, aku suka sekali menyumbang dari dulu. Mungkin itu karena aku besar di panti asuhan, jadi naluri ku ingin selalu memberi."

Mendengar kisah sensitif seperti ini, Ansela cukup tergugah hatinya. Jadi bukan hanya Jordan, dia pun berterima kasih kembali.

Jordan tertawa. Kali Ini dia terpikir, bahwa benar apa yang dikatakan Romeo, Ansela benar-benar minim drama. Bicara dengannya tidak sulit sama sekali, hanya saja mungkin kelemahannya seperti ini ....

"Em Kak, karena kakak akan kembali, bisa aku titip untuk mencetak tugasku? cuman dekat kok, hanya di percetakan depan pertigaan? aku akan mengirim filenya kepadamu." Ujar Ansela, yang bahkan langsung pad inti. Dia terlalu malas untuk pergi sendiri, jadi memanfaatkan Jordan sekali lagi

Beruntung Jordan tidak lagi terkejut. Malahan dia mengangguk mantap, "Tidak masalah."

"Oh, dan satu hal, bisa langsung tolong Kakak bawakan pada teman kelompokku. Kosannya, hanya di pertigaan situ juga. Aku, ... aku, sedikit lelah." Cicit Ansela sok lemah.

Melihat perubahan ekspresi dadakan itu, Jordan tidak tahan untuk tertawa. "Jadi inikah yang dimaksud Romeo dengan, istriku suka memanfaatkan segala kemudahan, untuk setiap hal."

Mendengar ini, wajah Ansela tiba-tiba cemberut. Kaget, karena Romeo membicarakannya seperti itu dibelakang. "Ck, ... Kak Romeo bilang begitu?"

Jordan tertawa lagi, "Jangan merajuk ...."

Untuk sesaat, Ansela tanpa sadar lebih lepas untuk menjadi diri sendiri, dibanding saat dia bersama Romeo.

•••

Kembali ke Apartemen, Romeo mencari ke seluruh ruangan dan mendapati tidak ada orang disana.

"Jordan?"

Setelah beberapa panggilan namun nihil, Romeo mulai kesal.

"Jordan? kemana si brengsek itu?"

Dia mencari ponselnya di dapur hendak menghubungi Jordan. Tapi merasa aneh karena tidak menemukannya, "Perasaan disini?"

Dengan sedikit kebingungan, Romeo mencari-cari lagi ponselnya. Kalau itu bukan Jordan, Romeo pasti sudah berpikir, pria itu mencuri ponselnya. "Ah, disana kau rupanya!"

Dia mengambil ponselnya yang di sofa tanpa pikiran lebih, dan hendak menghubungi Jordan. Tapi baru saja menekan panggilan, dia kejutkan dengan panggilan masuk dari Ansela beberapa waktu yang lalu.

"Panggilan diangkat?" Romeo tidak mungkin salah menduga, bahwa Jordan telah mengangkat panggilan itu. Menghubungkan semua hal yang terjadi, dia tiba-tiba merasa takut. "Apa sesuatu terjadi?"

Memikirkan ini, Romeo memutuskan menelpon Jordan, alih-alih Ansela. Tidak enak saja, kalau itu hanya firasatnya, dan ternyata gadis itu sedang di kelas.

Butuh beberapa detik hingga terhubung, membuat Romeo sedikit tidak sabar.

"Kau dimana?"

Diseberang sana, Jordan yang sedang mencetak file Ansela tidak mengelak. Dipikirnya, Romeo pasti sudah tahu, soal panggilan itu.

"Aku, di tempat percetakan. Ansela tiba-tiba memintaku mencetak tugasnya diluar. Kebetulan teman satu kelompoknya tidak masuk, jadi aku diminta langsung membawa kesana."

Mendengar ini, kekhawatiran Romeo berubah menjadi tidak enak hati. Dia mengusap wajahnya, "Hey, Bung. Terimakasih banyak. Kau seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini, tapi tetap saja, terimakasih banyak. Maafkan Ansela, dia kadang----"

"Jangan sungkan. Kita kan sahabat, Istrimu, istriku juga."

Satu detik, dua detik, tiga detik .... Romeo tertegun mencerna. "APA KAU BILANG?"

"Hahaaa, .... bercanda lah bung. Jokesss. Lagipula lamban sekali reaksimu. Sudahlah, aku akan segera kembali."

Begitulah pembicaraan diantara keduanya berahkir, dengan Romeo yang menyapu dadanya. Sempat kaget, dengan candaan Jordan. Tapi begitu, dia masih tidak habis pikir dengan Ansela. Tentang bagaimana gadis itu bisa begitu santai menyuruh-nyuruh orang dengan dalih minta tolong. "Astaga, anak itu harus diajari nanti. Dia harus di disiplinkan untuk tidak sembarangan." Pikir Romeo.

•••

Sementara di sekolah, Kepala Sekolah membereskan masalah Ansela lebih cepat dari yang dikira. Sehingga ketika jam sekolah hampir berahkir, tidak ada lagi yang menggunjing dirinya.

Di lorong sekolah, Ansela bertemu Amora satu hadap satu. Ini semua karena Ansela memanggil Amora lebih dahulu, untuk memperingatkan gadis itu.

Sudah dikatakan, walau dia cukup acuh dan tidak suka membesarkan masalah, tapi bukan berarti dia akan membiarkan orang-orang seperti ini, seenak hati padanya.

"Amora, aku memperingatkan dirimu untuk terahkir kalinya! berhentilah untuk ikut campur urusanku. Aku tidak pernah membuat masalah untukmu."

Amora, masih dengan gayanya yang sok, bicara balik. "Yaa, kau memang tidak membuat masalah untukku, tapi kau membuat masalah untuk Rex."

"Amora!" Ansela mendesis tertahan. Dia benar-benar tidak tahan dengan gaya setia kawannya Amora, yang tidak masuk akal.

"Apa yang terjadi pada Rex bukan salahku. Jika kau cukup rasional, justru kau yang akan mengerti bahwa aku juga adalah korbannya." Ansela mengatakan ini dengan gigi gemertak. Kapanpun membicarakan mantan kekasihnya itu, Ansela juga selangkah akan kehilangan akal sehat.

"Tidak ada jalan untuk kembali Ansela! Sama seperti kau menghancurkan kehidupannya, aku juga akan mencari celah untuk menghancurkan hidupmu. Kau paling tahu, betapa berartinya dia untukku."

Sekarang Ansela benar-benar muak. Atas cinta sepihak betemakan persahabatan milik Amora. Lama terdiam dalam pikirannya, Ansela menarik sudut bibirnya. "Terserah padamu Amora, tapi jangan katakan aku tidak memperingatkan dirimu."

"Kita lihat saja nanti! Kalau aku tidak bisa melakukannya sekarang, masih ada masa depan."

"ANSELLLAAAA!" Eva tiba-tiba datang masuk dalam ketegangan milik mereka. Dia menarik Ansela menjauh. "Ayo, jangan dengarkan nenek lampir itu."

Eva membawa Ansela ke sudut ruangan, dan segera mengipasi sahabatnya itu. "Hei, jangan marah! jangan terpancing, ingat dirimu juga. Tarik nafas dalam."

Ansela mencoba bernapas dengan setengah mati. Matanya sudah berkaca-kaca karena marah. Jantungnya berdetak kencang. Tapi benar kata Eva, dia tidak boleh marah, atau dia akan berakhir menyedihkan, seperti sebelumnya.

1
V'marbe
ceritanya gak pernah mengecewakan
selalu beda dari yang lain
tapi satu yang PASTI ceritanya selalu bagus
Fairuz Nuna
bagus
Umie Irbie
kenapa anselanya penyakitan siiii,.😒😫
Umie Irbie
ngg suka sama sikap sela,. males nya kebangetan,. 😡😡😡😡😡😡 ngg masuk akal malas nya 😒
Umie Irbie
sweeet bngeeeet dialognya 😀
王贝瑞: Mampir juga kak ke My Secret Lover 😄
total 1 replies
Umie Irbie
romeo bodoh,. 😡😡 berarti ini bener2 ngg ada romantisnya donk 😫
Umie Irbie
ngg suka sama sifat malas sela😩😫 ngg suka wanita pemalas,. bisa di rubah ngg yaaaaa jadi mandiri dan punya martabat 🤭
Sweet_Fobia (ᴗ_ ᴗ )
Ngga kecewa sama sekali.
Umie Irbie
awal yg menarik 😀 mudah di fahami ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!