Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecupan Pertama
Bab. 29
Ghani membeku seketika di kala Rinda menyentuhkan tangannya ke wajah gadis itu. Bukan bukan, lebih tepatnya ke leher Rinda. Memeluk tangan Ghani dengan penuh posesif. Seolah tidak rela jika tangan itu menjauh darinya.
"Ibu sini aja. Jangan tinggalin Rinda sendiri. Sakit ..." rengek Rinda lagi.
Ghani mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis ini sangat berbeda jika sedang sakit. Coba kalau dalam keadaan sehat, jangankan nyolek dagu lancipnya itu sedikit saja, tanpa sengaja tangannya ke sentuh aja sudah ngereok.
"Iya, iya ... enggak pergi," sahut Ghani.
Walaupun susah menyetir dengan satu tangan, akan tetapi pria itu juga tidak mau membuat Rinda merusuh di dalam mobil.
Hingga selang beberapa menit, mobil yang mereka tumpangi pun sampai di depan rumah keluarga Bagaskara. Ada pelayan yang dengan sigap membukakan pintu. Menunggu di samping pintu dengan posisi tubuh yang membungkuk hormat.
Sementara Ghani mematikan mesin mobil. Perlahan, pria itu menarik tangannya dari pelukan Rinda.
"Bangun, kita sudah sampai," ucap Ghani sembari menggoyang lengan Rinda pelan. Namun, gadis itu tetap tidak membuka mata.
Tidak ada pilihan lain lagi, Ghani keluar dan memutari mobil dari bagian depan. Lalu membuka pintu yang ada di samping Rinda. Menelusupkan tangannya di belakang punggung dan juga di bawah kaki Rinda.
Dengan penuh kebagian dan tangannya masih sempat melindungi kepala Rinda agar tidak terbentur dengan pinggiran pintu, Ghani pun mengangkat tubuh gadis yang masih terasa demam tersebut lalu membawanya masuk.
Bibi yang berjaga di depan pintu sedikit kaget. Namun tidak berani bertanya pada tuan mudanya itu.
"Tolong bawakan koper yang ada di bagasi belakang. Sekalian sama barang yang ada di sana," ucap Ghani ketika melewati pengawal yang berada di samping bibi.
Ghani masuk ke dalam dengan menggendong Rinda. Keadaan ruang tamu sepi, lalu ketika Ghani melewati ruang tengah dan akan naik ke tangga, terdengar suara seorang wanita yang sangat Ghani kenali.
"Loh, menantu Mama kenapa, Gha? Kamu jahili apa lagi?" cecar mama Ayumna dengan raut yang sangat panik di kala melihat Rinda di dalam gendongan Ghani dan dalam keadaan terpejam.
Ghani mendengkus kesal. Sekarang, jika menyangkut tentang Rinda, sudah jelas dirinya yang akan di salahkan.
"Menantu Mama demam. Tadi habis kehujanan," jawab Ghani. Hatinya cukup kesal sekarang ini. Karena posisinya mulai tergeser oleh istrinya sendiri.
"What! Demam? Bagaima—"
"Maa ... Rinda tidur loh," ingat Ghani menatap mamanya dengan tatapan kesal. Beruntung, gadis yang ada di gendongannya tersebut kalau tidur sudah seperti orang pingsan.
Mama Ayumna langsung menutup mulutnya sendiri yang sudah berkata keras.
"Ya sudah, buruan masuk ke kamar. Mama ambil peralatan dulu," suruh mama Ayumna yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Sementara Ghani melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamar. Membukanya dengan sedikit susah, lalu menyalakan lampu kamar. Bukan yang terang, melainkan Ghani membuat suasana kamar menjadi temaram. Agar Rinda tidak terlalu terganggu.
"Masa gue taruh di sofa. Nanti kalau mama tahu gimana?"
Ghani bingung ketika akan menaruh Rinda di mana. Tidak mungkin di atas ranjangnya. Namun, lebih tidak mungkin lagi kalau ia menaruh Rinda di atas sofa panjang. Bisa-bisa akan ada ledakan di kamarnya.
Dengan pasrah Ghani menaruh Rinda di atas ranjangnya. Kebetulan ukuran ranjang Ghani dua kali lipat dari ranjang Rinda. Sehingga, ia masih bisa tidur di sebelahnya nanti. Pikirnya.
Ketika akan menarik diri setelah menaruh Rinda di sana, tiba-tiba saja tangan Rinda terangkat dan melingkar di belakang leher Ghani. Menariknya cepat hingga membuat Ghani hilang keseimbangan.
Cup!
Tanpa sengaja bibir mereka saling menempel. Mata Ghani membelalak dengan tangan yang menahan tubuhnya agar tidak terlalu menindih Rinda yang sekarang berada di bawahnya.
Entah, ini kesialan Ghani atau apa. Di saat yang bersamaan juga, mama Ayumni datang dan mematung di ambang pintu. Tentu, tatapannya terkejut melihat ke arah Ghani dan Rinda.
Sial! Umpat Ghani. Sedangkan tangan Rinda masih erat memeluk lehernya.