NovelToon NovelToon
THE CITY

THE CITY

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Kekacauan dunia telah melanda beberapa ratus tahun yang lalu. 30 anak remaja dikumpulkan oleh pusat mereka dari lima kota yang sudah lama dibangun. Sesuatu harus segera dicari, untuk menemukan wilayah baru, nantinya bisa digunakan untuk generasi selanjutnya.

Bersama anak laki-laki muda bernama West Bromwich, dia melakukan misi tersebut. Bagaimana caranya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30

Dua anak tadi tertegun mendengarkan pembicaraan spontan dari Micha, robot bagi mereka. Kapak-kapak yang seharusnya dilemparkan oleh tangan-tangan itu, harus berhenti.

West menegang pada matanya, bahwa dia telah mengetahui apa maksud dari robot yang sudah dianggap sebagai guru disini.

"Kau bahkan tidak memiliki jiwa, Micha. Kau itu mesin. Bukan manusia." West  memajukan kepalanya. Merendahkan suaranya sembari menatap tajam.

"Saya mesin tapi saya bisa mendeteksi bahwa saya memiliki perasaan, West."

West menekan pundak robot itu. "Kau mesin, Micha. Mesin buatan. Jangan bicara aneh-aneh." West menggoyangkan badan robot.

Pertikaian mereka tentu masih dilihat jelas oleh dua remaja yang berada di kejauhan.

Karena West tidak mau semakin menonjol, diputuskan untuk membalikkan badan. Menjauhi Micha, sejauh-jauhnya.

Area latihan tempat West melempar kapak, sejatinya telah meninggalkan West Bromwich untuk mencari udara segar.

Pada area tengah, West mengamati ring per ring pertandingan seperti yang lemah West lakukan dengan pria bermasker hitam.

Untuk sekarang, satu ring menjadi pusat perhatian, dikarenakan satu remaja perempuan melawan satu laki-laki lebih tinggi dirinya.

"Eme?" Sepatah kata memanggil nama perempuan yang tersorot lampu.

West segera menuju untuk bergabung dengan para penonton lainnya.

Eme membawa satu pisau kecil di tangan, sedangkan lawannya membawa pisau yang sama. Gaya kuda-kuda dijalankan oleh lawan dari Eme.

"Ayo! Ayo!" Sorak para penonton berjumlah tiga belas orang, melingkar untuk memberi semangat.

Lawan besar berlari kepada Eme, karena itu Eme segera menghindar. Berulang kali sampai Eme hampir mengenai batas ring itu. Sampai-sampai, Eme harus terjatuh karena tendangan.

"Eme!" West pertama kali berteriak padanya.

Eme menoleh dikala orang-orang berteriak. Perempuan itu mencari tau siapa yang memanggil namanya. "West?" Berbisik terengah-engah.

"Lawan, Eme!"

Eme meneguk air liurnya. Memegang pisau yang tergeletak di lantai, dilanjutkan mencoba berdiri dengan dua tangan untuk menyeimbangkan.

Saat Eme berdiri, lawan tadi telah menunggu dan berposisi kuda-kuda. Tanpa ampun, anak itu berlari lagi menuju Eme dengan pisau yang dilesatkan pada Eme.

Eme menghindar, namun pisau itu mengenai bahunya. Sayatan bahu mengeluarkan darah. Eme menjatuhkan pisau lagi. Mendorong lutut Eme, dan punggungnya.

Perempuan itu harus jatuh.

"Cepat bangun," kata anak laki-laki untuk bernapas. "Lemah."

West yang mendengar "lemah" merasa gatal. Anak itu membuat kepalan tangan dan bergetar.

Eme melirik kearah anak laki-laki pada luar ring pertandingan. Kepalanya di- gelengkan sebagai tanda bahwa Eme tidak ingin West mencampuri urusan dengannya.

West tidak bisa berbuat apa-apa lagi, selama menunggu pertandingan berakhir. Namun, kepalan tangan masih ada untuk disimpan.

Eme berdiri pelan-pelan. Mengambil satu pisau, dan dia siap melawannya lagi. Gayanya tetap sama, berkuda-kuda. Sekarang, pisau itu dialihkan ke tangan kanan-nya.

Laki-laki yang menjadi musuhnya, berteriak keras. Pisau ikut digerakkan menuju Eme Sheren.

Eme menghindar lalu menendang lengan anak itu. Ketika pisau musuh jatuh, Eme alihkan untuk menendang perutnya dan membuat musuh tadi sedikit menjauh. Bersamaan, Eme lakukan untuk meninju bagian hidungnya, lalu memukul wajah anak laki-laki dengan kepalanya.

Darah mengalir melalui kening Eme Sheren dan laki-laki tadi. Sekarang anak itu pingsan, dan Eme yang tersisa di atas, berdiri sadar.

Tiga belas penonton yang awalnya senyap, mulai menepuk tangan.

Dua anak asing membantu menyadarkan lawan Eme tadi. West turut berlari menuju Eme yang jatuh begitu saja, karena tak percaya bahwa dirinya telah mengalahkan anak laki-laki tadi. 

"Kau tak apa, Eme?" West menatap cemas dengan memegang bahu Eme, ketika mereka berdua menyentuh lantai.

Eme melihat hampa ketika West masih berurusan mempertanyakan keadaan Eme di dalam ring pertandingan. 

"Eme? Kau ada disana?" tanya West melihat Eme yang tak bersuara.

Dengan bibir pucat kemerahan dan bergetar, akhirnya Eme beralih menatap West dan bersuara. "A-aku me-menang, kan?"

"Ya, kamu menang, Eme. Kau kalahkan anak tadi." 

"Baguslah, kalau begitu, West." Sesaat setelahnya, Eme memejamkan kedua matanya. Tubuhnya jatuh pada paha West Bromwich dengan cepat. 

West memutar kepalanya ketika perempuan itu ada di bagian bawah tubuhnya. Tubuh Eme menjadi diam dan tidak bisa bergerak ketika Eme tergeletak di bawah. West menyadari sekarang, bahwa dia terlalu lama melamun, dan harus segera bergerak membangunkan temannya. 

Kedua tangan milik West Bromwich berusaha menggoyangkan badan Eme Sheren ketika dirinya belum usai untuk membangunkan perempuan tadi.

Sedikit diputar bagian lengan atas milik Eme, West mengecek kondisi sayatan miliknya—bekas pertarungan tadi. Melihat wajah Eme yang datar tak bereaksi, West menampar kecil pipinya.

Tidak ada reaksi dari perempuan itu.

Empat perawat datang membawa tandu. Mengerubungi pada area tengah.

Eme telah dibawa oleh mereka, sedangkan West ikut bangun berdiri untuk mengikuti perawat-perawat tadi.

"Mau kemana?" Erton menahan tubuh West ketika anak itu mengikuti rombongan para perawat.

"Menurutmu?" West menyingsingkan kepala.

"Itu tindakan bodoh, West. Selalu menguntit perempuan itu, seperti tidak punya pendirian teguh." Erton menepuk dada West.

Pada akhirnya anak berambut putih meninggalkan West pada ring kotak.

...***...

Lantai bulat telah berdiri rombongan anak-anak remaja berjumlah dua puluh sembilan.

West merasa cukup lega, karena latihan memanahnya jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya—West beralih dari kapak menuju panahan.

Bocah laki-laki itu hendak berjalan menuju arah depan pada pintu perawatan. Pada jalanan lurus, anak itu menggaruk rambutnya sempat gatal. Sementara.

"West." Sekarang suara anak laki-laki lain, menyambar bocah yang berjalan sendirian.

"Kau?" West terkejut menjauhi kepalanya, ketika menyadari kehadiran satu anak disamping.

West kembali berjalan menuju arah yang ditujukan seperti sebelumnya. Diikuti satu sahabatnya, yang penasaran.

"Cari perempuan tadi?"

"Bukan urusanmu, Er."

"Itu masih ada kaitannya denganku, West. Kau berurusan dengannya, dengan kata lain, dia juga berurusan denganku."

"Aku tak banyak tenaga untuk meladenimu, Er."

Erton segera memotong jalan West Bromwich, ketika West berjalan cepat-cepat.

"Kenapa denganmu?" West menggerakkan kepalanya dan melirik kepada wajah Erton Smith.

"Dengan perempuan itu selalu saja kau nyaman dengannya, dengan sahabatmu sendiri bahkan tidak ada. Kenapa denganmu sekarang, West? Dimana West yang ku kenal dulu?"

West dan Erton selesai berbicara. Mendengar begitu banyak komentar negatif dari anak berambut putih, membuat mereka berdua tak bisa berkata-kata lagi.

Seakan kehilangan hubungan baik diantara dua anak laki-laki yang berdebat, memicu permusuhan yang merenggang.

Anak berambut putih bersuara lagi. "Baik, secara adil, dirimu dengan perempuan itu. Aku akan pergi sendiri. Jangan cari lagi setelah ini." Erton mengecam kepada West, untuk terakhir kali.

Erton mengarahkan badannya berlawanan dari arah West yang menuju lurus ke depan.

"Er?" West bersuara lantang ketika memanggil pendek nama sahabatnya tadi, yang menjauhinya begitu saja.

Erton menghentikan kaki, masih arah yang berlawanan.

"Kau tau," West menggaruk sedikit hidung. "Aku juga tidak bisa kehilangan kau lagi. Ayolah, kau boleh ikut dengan kami seterusnya."

Napas dikeluarkan agak berat, dengan tubuh Erton diputar lagi ke arah West. Senyum tipis dan kecil terlihat ditarik oleh bibir Erton Smith sebelum anak itu mendekati West.

"Ayo cari perempuan itu." Erton menepuk sekali pada pundak West.

"Yang benar saja," ucap West dengan larian cepat untuk mengikuti Erton.

Lantai satu dasar sekiranya menjadi titik baik hubungan antara West dan Erton sebagai sesama sahabat. Sebelumnya, mereka tak pernah mengeluarkan pendapat paling dalam, jika ternyata West menyayangi anak laki-laki itu, sebagai sahabatnya.  

Lari mereka berdua begitu cepat. Terlihat satu pintu yang menjadi tujuan utama kami. Pintu abu-abu tertutup rapat. Terlihat seakan belum dibuka sama sekali atau dikunjungi satupun oleh orang lain. 

West berjalan ke depan, sementara Erton menunggunya di belakang. Satu gelang menempel kepada kotak pemindai. Tentu menyala terang, dan berakhir suara pada bagian pintu akhirnya terdengar sekali. Diperlihatkan ruangan sederhana ketika West membuka pintu secara pelan. 

Satu perempuan duduk pada atas kasur, sedangkan dua remaja laki-laki berbaring pada kasur yang disediakan. Empat perawat sibuk mengurusi mereka bertiga. Berlalu lalang tanpa henti. Mengatur alat-alat yang bergerak, menekan tombol-tombol yang tidak dipahami bagi West dan Erton. 

"Eme." West mengucapkan nama perempuan itu, bersamaan dengan embusan napas yang keluar. 

Eme menoleh kepada dua laki-laki yang dilihatnya. "West? Erton?"

Pertanyaan Eme Sheren membuat West tak bisa menahan rasa khawatir tentang perempuan itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!