Di tengah kota besar Jepang, Izumi menghadapi perubahan tak terduga dalam hidupnya setelah mengalami kejadian misterius. Dalam labirin emosi yang gelap, dia menemukan kekuatan magis yang belum pernah ia sadari sebelumnya. Sementara itu, di dunia isekai, Finsternis Nacht lahir dalam keluarga yang penuh keajaiban dan bertekad menjadi pahlawan.
Nacht tumbuh dengan kekuatan bayangannya yang semakin berkembang, dibimbing oleh pelayan setia, Violet. Kehidupannya yang penuh canda tawa bersama keluarga tercinta berubah ketika orangtuanya berangkat menghadapi perang. Nacht, didukung oleh Violet, menemukan keberanian dalam kegelapan, menanti kembalinya cahaya dan kebahagiaan.
Di saat perpisahan yang sulit, Violet dan Nacht membentuk ikatan yang tak tergoyahkan, siap menghadapi setiap rintangan. Mereka menjalani hari-hari dengan keberanian dan kebijaksanaan, menghadapi takdir yang menantang. Bagaimana kah petualangan Nacht di dunia yang baru? Ikuti kisahnya yang penuh keajaiban, perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nacht Finsternis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petualangan Baru
Setelah melihat hasil tes, perut Nacht mulai menggerutu lapar. Dengan nada penuh perhatian, Fiona bertanya, "Kamu merasa lapar, Nacht?"
Nacht mengangguk sambil menepuk-nepuk perutnya yang kosong. "Ya, perutku berteriak lapar," jawabnya sambil tersenyum.
Fiona dan Rei tersenyum lega, merasa senang bahwa Nacht tidak terlalu terganggu dengan hasil tesnya. Rei kemudian mengajak mereka, "Yuk, kita cari tempat makan siang. Kita bisa diskusi hasil tes sambil mengisi perut."
Dengan semangat, Nacht dan Fiona mengiyakan ajakan Rei. Mereka berjalan bersama, mencari tempat makan siang yang pas, siap untuk menikmati santapan lezat dan melanjutkan obrolan mereka tentang petualangan di sekolah baru.
***
Mereka berjalan menyusuri gang-gang kecil yang dipenuhi dengan berbagai macam kedai makanan. Aroma harum masakan yang sedang dimasak membuat perut Nacht semakin keroncongan. Sampai di depan sebuah kedai ramen yang ramai, Rei mengusulkan, "Bagaimana kalau makan ramen saja?"
Nacht dan Fiona dengan cepat menyetujui. Mereka masuk ke kedai ramen itu dan duduk di meja yang tersedia. Suasana hangat dan ramah di kedai itu membuat mereka merasa nyaman.
Setelah memesan makanan mereka, Rei melanjutkan pembicaraan tentang hasil tes. "Nacht, aku yakin kamu akan berhasil dalam ujian berikutnya. Kamu memiliki potensi yang besar."
Nacht tersenyum bangga. "Terima kasih, Ayah. Aku akan terus berusaha."
Fiona juga ikut angkat bicara, "Ya, kamu telah berbuat dengan baik hari ini, Nacht. Kami semua bangga padamu."
Dengan semangat dan harapan baru, mereka menikmati makanan mereka, siap menghadapi tantangan-tantangan berikutnya yang menanti.
Mereka terus menikmati makanan mereka sambil berbincang-bincang tentang rencana dan harapan mereka untuk masa depan di sekolah baru. Suasana kehangatan dan dukungan dari Rei dan Fiona membuat Nacht semakin percaya diri dan siap menghadapi setiap tantangan yang akan datang.
Setelah menyantap ramen yang lezat, perut mereka pun terasa kenyang dan puas. Mereka beranjak dari kedai ramen dengan senyum di wajah masing-masing, siap untuk melanjutkan petualangan mereka di sekolah baru.
"Ah, perutku lega banget sekarang! Terima kasih, Ayah, Fiona," ucap Nacht sambil mengelus perutnya yang kenyang.
Rei dan Fiona tersenyum bahagia mendengarnya. "Ahaha, senang kalau kamu suka, Nak," balas Rei sambil mengusap punggung Nacht dengan lembut.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka kembali ke sekolah, menikmati cuaca yang cerah dan udara segar di sekitar mereka. Meskipun ada tantangan yang menanti di depan, mereka yakin bahwa dengan dukungan satu sama lain, mereka akan berhasil menghadapinya dengan baik.
Setelah makan siang, ujian selanjutnya segera dimulai, yaitu ujian Magis. Rei, Fiona, dan Nacht duduk bersama menunggu giliran Nacht untuk melakukan ujian. Tiba-tiba, terdengar suara memanggil, "Finsternis Nacht!"
Semua orang di sekitar terkejut mendengar nama Finsternis. Ayah Nacht, Finsternis Rei, adalah seorang pahlawan di Aeloria. Rei memberikan dorongan kepada Nacht, "Ayo, masuklah."
Meskipun merasa ragu dan gugup, Nacht memasuki arena ujian. Di dalam, dia bertanya kepada pengawas, "Bagaimana cara ujiannya?"
Pengawas menjelaskan, "Kamu cukup menyerang dengan menembakkan kekuatan Magismu ke target yang sudah ditandai."
Nacht mengangguk, "Ouh, begitu." Tanpa ragu, dia mengarahkan jari telunjuk kanannya ke arah target.
Pengawas sedikit terkejut, "Apakah dia yakin hanya menggunakan satu jari untuk ujian masuk sekolah?"
Nacht tersenyum, mempersiapkan diri, dan melepaskan Phantom Strikes, sebuah teknik Magis yang kuat. Bayangan Magis seukuran jari Nacht bergerak menuju target.
"Hanya magis kecil, dampaknya tidak akan terlalu besar," gumam Pengawas.
Namun, ketika Phantom Strikes mencapai target, ledakannya begitu besar sehingga membuat sebagian tembok hancur.
"Hehe, maaf, mungkin agak berlebihan," ucap Nacht sambil tersenyum canggung, menyadari kekuatan yang ia miliki.
Setelah ledakan itu, petugas pengawas merasa kaget, ekspresinya mencerminkan ketidakpercayaan yang mendalam. Dia memandang Nacht dengan mata terbelalak, tidak bisa menyembunyikan keheranan dan kebingungannya. Bayangan ledakan masih terpantul di matanya saat dia mencoba memproses apa yang baru saja terjadi.
"N-Nacht, apa yang baru saja kamu lakukan?" gumamnya dengan suara gemetar, mencoba memahami kejadian di hadapannya.
Nacht, meskipun sedikit terkejut dengan dampak ledakan yang ia ciptakan, tetap tenang. Dia menjawab dengan penuh keyakinan, "Maafkan aku, Aku tidak bermaksud membuat ledakan sebesar ini. Aku hanya ingin menunjukkan kemampuanku."
Petugas pengawas masih tercengang, mencoba mencari kata-kata untuk merespons. Dia tahu bahwa ledakan sebesar itu tidak mungkin berasal dari seorang siswa baru yang baru saja masuk ujian. Ini melebihi ekspektasinya dan mungkin bahkan melampaui kemampuan seorang ahli Magis yang sudah berpengalaman.
Di antara kerumunan siswa dan pengamat lainnya, kehebohan mulai menyebar. Ada yang tercengang, ada yang terkesima, dan ada yang memandang Nacht dengan penuh kagum. Namun, ada pula yang terlihat cemas dan khawatir akan keamanan.
Rei dan Fiona, yang menunggu di luar, mendengar ledakan tersebut. Mereka segera bergegas menuju arena ujian, khawatir dengan keadaan Nacht.
"Sialan, apakah Nacht baik-baik saja?" ucap Rei dengan nada khawatir saat mereka mendekati tempat kejadian.
Fiona mencoba menenangkan Rei, "Kita harus tetap tenang dan percaya pada Nacht. Dia pasti bisa mengatasi situasi ini."
Di tengah kerumunan dan kekacauan, Nacht tetap tenang. Meskipun dia baru saja menciptakan ledakan besar, dia yakin bahwa dia bisa menjelaskan apa yang terjadi dan menghadapi konsekuensinya dengan kepala tegak. Baginya, ujian ini bukan hanya tentang kemampuan Magis, tetapi juga tentang tanggung jawab dan kepercayaan pada dirinya sendiri.
Setelah ledakan itu, Nacht langsung diarahkan menuju kantor kepala sekolah. Di kantor kepala sekolah, Rei dan Fiona dengan cepat meminta maaf atas kejadian yang disebabkan oleh Nacht, mereka siap mengganti kerusakan yang terjadi.
Kepala sekolah, yang sebelumnya terkejut oleh ledakan yang dilakukan oleh Nacht, mengangkat tangannya dengan santai. "Ha? Tidak perlu diganti, santai saja," ujarnya dengan nada ramah.
Rei dan Fiona merasa lega mendengar respons yang ramah dari kepala sekolah. Namun, mereka masih merasa bersalah atas apa yang terjadi.
"Aku benar-benar terkesima dengan kemampuan Nacht. Seorang anak berusia 7 tahun tapi sudah bisa menggunakan Magis sekuat ini," lanjut kepala sekolah dengan tatapan kagum.
Rei dan Fiona tersenyum bangga mendengar pujian bagi Nacht. Mereka berdua memandang Nacht dengan penuh kebanggaan. Meskipun ledakan tadi mungkin terlalu berlebihan, tapi kekuatan dan potensi yang dimiliki Nacht tidak bisa dipungkiri.
Kepala sekolah melanjutkan, "Aku berniat untuk langsung menerima Nacht sebagai siswa di akademi kami. Ini adalah kesempatan yang langka untuk mendapatkan siswa dengan bakat luar biasa seperti dia."
Rei dan Fiona merasa sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Mereka merasa bangga dan bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada Nacht.
Nacht sendiri merasa campur aduk. Di satu sisi, dia merasa bersalah atas ledakan yang dia ciptakan, tapi di sisi lain, dia merasa senang dan bangga karena diakui atas bakatnya.
Mereka semua berharap bahwa keputusan untuk menerima Nacht di akademi akan membuka pintu bagi petualangan dan prestasi yang luar biasa bagi Nacht di masa depan.
Fiona dan Rei duduk bersama di ruang tamu, menghadapi pemandangan halaman sekolah yang ramai dengan siswa-siswa yang sedang beraktivitas. Sorot mata mereka menyiratkan kombinasi kebingungan dan kegembiraan atas langkah yang akan diambil.
Fiona memalingkan pandangannya dari pemandangan luar dan tersenyum lembut pada Rei. "Sepertinya ini kesempatan yang sangat baik bagi Nacht, bukan?"
Rei mengangguk setuju, ekspresinya mencerminkan rasa bangga dan kepercayaan pada putranya. "Ya, aku setuju. Meskipun ini mungkin terjadi lebih cepat dari yang kita bayangkan, tapi aku yakin Nacht siap untuk mengejar peluang ini. Dia memiliki potensi yang luar biasa."
Tatapan mereka kemudian beralih pada Nacht, yang duduk di antara mereka dengan ekspresi campur aduk. "Nacht," panggil Fiona, "apa pendapatmu tentang kesempatan ini?"
Nacht menatap kedua orang tuanya dengan tatapan penuh harapan dan sedikit gugup. "Aku... Aku merasa campur aduk, tapi juga sangat bersemangat. Saya tidak sabar untuk belajar dan berkembang di akademi baru."
Rei tersenyum bangga mendengar tanggapan Nacht. "Itu sangat bagus, Nak. Kami percaya bahwa kamu akan menjadi siswa yang luar biasa di akademi itu."
Setelah diskusi panjang dan merenungkan semua aspek, mereka akhirnya merasa yakin untuk menerima tawaran kepala sekolah. Mereka yakin bahwa langkah ini akan membawa Nacht menuju masa depan yang gemilang di dunia magis.
Sesaat kemudian, langkah-langkah mereka menuju kantor kepala sekolah menjadi tindakan konkret untuk mengambil keputusan. Meskipun perasaan gugup dan haru menyelimuti, mereka semua merasa optimis tentang langkah yang akan diambil Nacht dalam memulai petualangannya di akademi yang baru.
mereka bersama-sama menuju kantor kepala sekolah untuk memberikan jawaban mereka. Ketika mereka tiba, kepala sekolah tersenyum lebar melihat mereka.
"Kalian sudah memutuskan?" tanya kepala sekolah dengan penuh antusiasme.
Fiona dan Rei mengangguk dengan mantap. "Kami menerima tawaran Anda, kami yakin bahwa Nacht akan menjadi siswa yang luar biasa di akademi ini," ucap Rei dengan keyakinan.
Kepala sekolah tersenyum puas. "Bagus sekali. Aku yakin keputusan ini akan membawa banyak hal baik bagi Nacht dan akademi."
Setelah menyelesaikan semua administrasi, Nacht resmi diterima sebagai siswa di akademi. Dia merasa campur aduk antara gugup dan bahagia, tapi di dalam hatinya, dia siap untuk menghadapi tantangan dan petualangan baru yang menantinya.
Fiona dan Rei merasa bangga melihat Nacht memulai babak baru dalam hidupnya. Mereka berjanji untuk selalu mendukung dan membimbing Nacht dalam setiap langkahnya di akademi, siap untuk melihatnya tumbuh dan berkembang menjadi penyihir yang hebat.
Alurnya cukup lambat ya ... Masih memperdalam hubungan Violet dan Nacht juga World Building. Saranku jangan terlalu lama di sini terus, pembaca kadang gampang bosan kalau sampai sini belum nge klik dengan cerita Novelnya.
Ini cuman saran dan kesanku aja setelah membaca Novelnya. Semoga tetap semangat menulis Novelnya.