Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 18 - Tertawa Lagi
"A," ucap Disha sekali lagi karena Rayden seperti tidak mendengar instruksinya yang pertama.
Dan seperti seekor kerbau, mendengar perintah yang kedua dari Disha, Rayden pun langsung membuka mulutnya dengan patuh, menerima suapan pertama dari perawat cupu itu.
Perawat cupu yang tiap kali dia tatap lekat seperti ini selalu mampu membuatnya teringat dengan gadis kecilnya.
Namun berulang kali Rayden membaca tanda pengenal pada gadis ini tetap saja yang dia baca adalah nama Disha, bukan Aresha.
Dan disaat sedang makan seperti itu, tiba-tiba Samuel masuk ke dalam ruangan. Sontak saja Disha berbalik dan melihat ke arah pintu, memastikan siapa yang datang. Tapi Rayden tidak, dia tetap memandang Disha seolah tidak peduli pada siapapun yang datang ke ruangan ini.
Dan sikap tuannya itu, terlihat jelas di mata jeli Samuel. Makin bertanya-tanya lah dia pada semua yang terjadi. Apakah benar sang Tuan tertarik pada wanita cupu itu.
Namun Sam yang melihat Disha tidak memakai kacamatanya pun sedikit terpesona. Namun ingat jika tugasnya hanyalah melayani Rayden dan bukan jatuh cinta, membuatnya langsung kembali ke mode siaga.
"Selamat malam Tuan." Samuel memberi salam, sementara Rayden hanya menjawab dengan satu kata ... "Hem."
"Siapa nama lengkap mu?" tanya Rayden pada Dhisa, mulai bertanya untuk mengurangi rasa penasarannya.
"Hanya Disha, tidak ada yang lain."
"Kamu tidak memiliki nama keluarga?"
"Tidak."
"Kenapa? bukannya orang miskin pun memiliki nama keluarganya?"
"Berati keluarga ku adalah keluarga miskin yang tidak memiliki nama keluarga."
"Siapa nama ayah mu?"
"Kenapa Tuan menanyakan itu semua."
"Jawab saja."
"Tapi saya tidak memberikan informasi sedetail itu pada seorang pasien."
"Aku akan membayar tiap kali informasi yang kamu berikan."
Disha tertawa pelan, tawa yang sangat manis. Bahkan Rayden semakin terpesona saja ketika melihat tawa itu. Suara tawanya pun renyah, mirip tawa Aresha kecil.
Sebenarnya dalam hati Disha dia tidak tertawa, melainkan merasa kesal dengan kesombongan pria ini. Seolah uang selalu bisa menyelesaikan semua masalah. Termasuk membeli informasi seseorang.
"Tidak ingin menyebutkan siapa ayahmu? kalau begitu siapa ibu mu?"
Disha masih diam, dengan bibir yang masih tersenyum kecil dia pun menggeleng.
"Aku tidak sembarangan memberikan informasi seperti itu pada orang asing."
"Apa bagimu aku seperti orang asing."
"Tentu saja."
"Lalu bagaimana agar kita tidak jadi orang asing?" tanya Rayden pula, bertanya menggoda dan tatapan penuh damba. Siapa yang bisa menolak pesona seperti itu?
Disha bahkan sampai kehabisan kata-katanya untuk menghadapi pria ini, pria dengan mulut berbisa.
"Bagaimana jika Tuan makan lebih dulu, diam dulu dan tidak usah banyak bertanya," jawab Disha akhirnya, sebuah jawaban yang membuat Rayden yang kini gantian tertawa pelan.
Sebuah interaksi yang membuat Samuel di sofa sana menatap dengan mulut menganga. Kenapa tuannya itu terlihat sangat nyaman ketika berbincang dengan Disha.
Astaga. Apa aku melewatkan sesuatu? ku lihat-lihat jika tanpa kaca mata itu perawat Disha pun mengingatkan aku pada seseorang. Tapi siapa? batin Sam lagi. dia pun terus menerka-nerka ingatannya sendiri. Seperti melihat salah satu wanita milik tuannya, tapi siapa?
Beberap menit kemudian makanan Rayden habis. Dia kembali minum dengan bantuan Disha. Bahkan Disha pun mengelap mulut pria itu mengunakan kain bersih yang telah disiapkan.
"Setelah ini kamu kemana?" tanya Rayden.
"Tentu saja pulang."
"Tidak bisakah aku membayar mu untuk disini selama 24 jam?"
"Bisa, tapi saya tidak mau."
"Hahaha," Rayden tertawa lagi.
Dan Disha pun segera memakai kacamata kembali dan keluar dari ruangan ini.
"Maaf Tuan, ada sesuatu yang ingin saya laporkan," ucap Sam, setelah pintu tertutup dia pun segera mendekati ranjang sang Tuan.
"Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang wanita itu."
"Benar Tuan."
"Katakan."
Samuel membuka sebuah berkas dan menunjukkannya pada sang tuan, mulutnya pun terus bicara menjelaskan.
Tentang Disha yang hanyalah gadis biasa, anak panti asuhan yang tidak jelas siapa kedua orang tuanya. Mendapatkan beasiswa hingga bisa menjadi seorang perawat bedah, bahkan masuk ke rumah sakit ini melalui jalur umum.
Tidak ada sedikitpun informasi yang Rayden harapkan. Samuel tidak tahu, jika sebagian informasi tentang Disha telah dimanipulasi oleh Darco.
"Maaf Tuan, apa perawat Dhisa mengingatkan Anda pada seseorang?"
"Tidak," balas Rayden singkat.