............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Tak terasa malam semakin larut, Dandy beserta rombongan rupanya tak menyadari jika mereka sudah hampir 3 jam berada di Mall andaikan suara cacing dalam perut Jade tak berbunyi nyaring yang menandakan jika si empunya sudah mulai kelaparan.
Mereka tak berniat untuk makan malam di restoran di Mall tersebut karna Pak Sammy menyuruh mereka untuk makan malam di sana. Jade yang ragu-ragu pun memberanikan diri untuk membuka suara: " Tuan Dean..maaf, apakah saya harus ikut? Bukankah lebih baik saya pulang saja?"
" Paman Sammy mengundangmu juga." Dandy yang menjawab.
Setelahnya tak ada lagi percakapan hingga mereka sampai di depan rumah Pak Sammy. Sebuah mansion lantai 3 bernuansa putih yang mungkin lebih mirip istana jika menurut Jade.
Dandy berjalan di depan, seolah sudah faham dengan seluk beluk rumah Pak Sammy. Bahkan pintu utama pun sudah terbuka seperti sedang menunggu tamu istimewa yang akan datang.
Dandy dan rombongan dipersilahkan untuk langsung menuju ke ruang makan dimana Pak Sammy sudah menunggu sedari tadi.
" Ayo kemarilah, kalian lama sekali." Ucap Pak Sammy begitu mereka datang, bahkan di sana sudah ada Pak Lee dan Jannice teman sebangku Jade yang rupanya adalah sahabat dekat Pak Sammy.
Dari pintu dapur keluarlah Marry memakai baju pelayan beserta beberapa temannya. Mereka mulai menghidangkan banyak menu western yang bahkan Jade saja tidak tau apa namanya.
Jade justru saling lirik dengan Jannice saat melihat keberadaan Marry di rumah itu bahkan sebagai pelayan. Tapi tak ada satupun dari mereka yang berani menyapa karna takut dianggap tidak sopan.
Hanya sekitar 30 menit, acara makan malam pun usai. Jade dan Jannice membantu membereskan bekas makan malam mereka ke dapur sekalian berencana untuk menghampiri Marry.
Sementara Pak Lee dan Shawn sedang mengobrol ringan di ruang keluarga, Dandy dan Pak Sammy membahas rencana mereka untuk malam ini karna lusa, Dandy harus pulang ke Melbourne.
" Paman...apa ini pasti akan berhasil?" Tanya Dandy memastikan.
" Itu adalah ramuan turun temurun dari keluarga kami yang sudah dicampur dengan darahmu. Kau hanya perlu menyuntikkan ramuan itu saat kau melihat wajah terutama bibir Jade mulai membiru." Jawab Pak Sammy.
" Paman..jelaskan sedikit bagaimana rencana kita sebenarnya." Pinta Dandy.
" Sudahlah, kau hanya perlu memastikan jika setelah kau menyuntikkan ramuan itu, kau harus segera pergi dari kamar itu atau malapetaka akan terjadi jika Jade sampai melihatmu disana." Jelas Pak Sammy.
" Sekarang kau masuklah ke kamar utama di lantai satu, sisanya serahkan padaku." Jawab Pak Sammy.
" Baiklah Paman, semoga semuanya berjalan sesuai rencana." Jawab Dandy sambil tersenyum.
Pak Sammy pun berlalu dan melihat CCTV rumah dari ponselnya untuk mengetahui dimana keberadaan Jade. Senyum Smirk terbit begitu saja saat melihat ponakan satu-satunya sedang tertawa bersama teman sekelasnya itu di pantry dapur.
Pak Sammy pun segera bergegas menuju dapur untuk menjalankan misinya.
" Selamat malam murid bapak yang cantik-cantik." Sapa Pak Sammy pada tiga gadis di hadapannya. Tak ada jawaban, hanya terdengar gelak tawa dari mereka bertiga.
" Baiklah...sekarang ijinkan Bapak untuk menyambut tamu kehormatan bapak. Bapak akan membuat jus mangga paling enak yang akan kalian temukan di seantero Semarang ini."
Pak Sammy segera membuka kulkas dan mengambil lima buah mangga untuk dibuat jus hingga terciptalah empat gelas jus mangga. Pak Sammy mengambil dua gelas dan menaburkan sesuatu ke atasnya lalu mengaduk cepat tanpa diketahui para gadis itu.
" Baiklah...ini untuk Jannice, ini untuk Marry dan ini untuk Jade." Kalian nikmatilah, bapak akan menghabiskan jus bapak di kamar saja." Ucap Pak Sammy sambil berlalu menuju ke kamar utama di lantai satu. Dia segera masuk dan menemukan Dandy sedang berdiri di dekat balcon.
" Minumlah...ini akan mengurangi kegugupanmu." Pak Sammy menyerahkan segelas jus mangga kepada Dandy kemudian berkata lagi: " Setelah ini sembunyilah di walk in closet sampai aku membawa Jade ke sini."
Pak Sammy keluar dari kamar dan hendak menuju ke ruang keluarga untuk menemui Shawn. Tanpa disadarinya ada seorang gadis tersenyum devil di dekat pintu dapur.
" Baiklah Pak wali kelas, akan kubantu rencanamu menjadi sangat sempurna." Gumam gadis itu.
" Tolong...tolong...tolong..." Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari halaman belakang. Rupanya Jannice yang berteriak karna Jade tiba-tiba saja luruh ke lantai.
Semua orang pun berlarian dan mendapati Jade yang sudah tergeletak di lantai. Pak Sammy dengan sigap mengangkat tubuh Jade dan membawanya ke kamar utama di lantai satu.
"Marry, tolong ambilkan minyak kayu putih." Perintahnya pada Marry, asisten rumah tangga sekaligus murid paling genius di kelasnya.
" Iya, Pak." Marry pun segera mengambil minyak kayu putih di kotak dan membawanya ke kamar utama.
" Marry, Jannice..kalian balurkan minyak kayu putih ke tangan dan kakinya. Ah ya...sedikit dekatkan juga ke area hidungnya. Aku akan memanggil dokter." Ucap Pak Sammy.
Semua orang selain Marry dan Jannice pun keluar dari situ untuk memberikan ruang yang lebih kepada mereka. Tak selang berapa lama Pak Sammy datang bersama seorang dokter.
" Kalian keluarlah, biarkan Jade diperiksa lebih dulu." Ucapnya kepada Marry dan Jannice. Mereka berduapun menuruti perintah wali kelasnya itu dan membiarkan Jade diperiksa oleh dokter.
Pak Sammy mengunci pintu kamar kemudian menuju walk in closet memanggil Dandy. Setelah Dandy keluar, dokterpun menjelaskan kepada Dandy tentang langkah-langkah untuk menyuntikkan ramuan itu. Rupanya dokter yang dipanggil Pak Sammy adalah dokter keluarga yang biasa menangani masalah kesehatan yang sedikit unik di keluarga **Yang**.
Dandy mengangguk paham dan mulai mendekati Jade sementara dokter dan Pak Sammy keluar dari kamar. Pak Sammy mengunci kamar dari luar dan akan membukanya saat Dandy meneleponnya nanti.
Dandy mendudukan dirinya tepat di samping Jade, mengelus puncuk kepalanya perlahan. Diapun mulai melepaskan jilbab Jade, meletakannya di atas nakas.
" Bismillah." Ucapnya dalam hati kemudian dengan perlahan mulai membuka kancing seragam Jade. Dandy menutup matanya sesaat, menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan dan membuka matanya kembali.
" Astaghfirullah...kenapa aku merasakan hawa panas, bukankah AC nya menyala?" Dandy mengambil remote AC dan melihat suhu tertera 21°C.
" Ya Allah...bantu hamba meredam nafsu ini sesaat saja. Ini belum saatnya."
Dandy mulai membalikkan badan Jade perlahan, mengusapnya lembut di bagian punggung dan terdengarlah lenguhan halus dari Jade.
" Dokter bilang aku harus mengusapnya terus sampai bibir Jade terlihat membiru." Gumam Dandy sambil mengamati cermin besar di dinding kamar itu yang menampilkan kondisi Jade saat ini.
"Astaghfirullah...Astaghfirullah...Astaghfirullah, kenapa tubuhku semakin panas?" Gumamnya kembali sambil terus mengusap lembut punggung Jade.
Dandy menajamkan penglihatannya saat melihat dari pantulan cermin, bibir Jade mulai terlihat membiru.
Untuk menegaskan pandangannya, Dandy membalikkan posisi Jade menjadi telentang dan terlihatlah bibir Jade yang benar benar berubah menjadi biru.
Dandy meraba pergelangan tangan Jade dan memasukkan ramuan itu secara intravena. Dia menyuntikannya perlahan sambil terus mengamati wajah gadis belia yang sudah menjadi istrinya itu.
Setelah selesai Dandy membuang suntikannya ke dalam tempat sampah kecil di samping nakas kemudian kembali mendekati Jade.
Tangannya perlahan terulur membelai surai Jade. " Ana uhibbuki fillah." Ucap Dandy kemudian mengecup kening Jade, cukup lama dia melakukannya seolah sedang melepaskan kerinduan selama 10 tahun ini. Dia yang selalu mengamatinya dari jarak jauh sekarang justru bisa menyentuhnya.
Ingin dia membawa Jade ke dalam dekapannya, tapi dia tahu jika ada hasrat yang harus dia tahan mati-matian.
" Kenapa bibirnya masih membiru? Bukankah aku sudah menyuntikan semua ramuannya?" Gumam Dandy.
Tanpa terasa, Dandy semakin mendekatkan wajahnya dan ... Cup....
Sebuah kecupan singkat Dandy berikan di bibir biru Jade.
Jade kembali melenguh dan tanpa sadar dia memiringkan tubuhnya ke arah Dandy, tangan kanannya terjatuh tepat mengenai paha Dandy.
" Astaghfirullah."
Dandy yang terkejut berusaha memegang tangan Jade dan berniat membenarkan posisi tidurnya yang malah membuat Jade seolah menggenggam erat jari jemari Dandy.
" Jade...lepaskan. Aku harus pergi, aku janji suatu saat kita bahkan akan lebih dekat dari ini, tapi tidak untuk sekarang." Gumam Dandy sambil melepaskan perlahan genggaman tangan Jade.
Saking perlahannya, kontak fisik itu justru membuat Dandy merasa kepalanya seperti berputar. Luapan nafsu dalam tubuhnya semakin memuncak, tetapi akal sehatnya memaksanya untuk terus dalam batas wajarnya.
Dia mencoba bangkit dan hendak melangkah dan tiba-tiba saja " Bruuukk" Dandy terjatuh ke atas ranjang tepat di samping Jade.
\_ To Be Continued