NovelToon NovelToon
Nura 1996

Nura 1996

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Ibu Pengganti / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Titik.tiga

menjadi anak pertama dan satu-satu nya membuat aku merasakan kasih sayang sepenuhnya dari kedua orangtua ku terutama ayahku.
tapi siapa sangka, kasih sayang mereka yang begitu besar malah membuat hidupku kacau,,,.
aku harus menjalani hidupku seorang diri disaat aku benar-benar sedang membutuhkan keberadaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titik.tiga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 5

Selama ini, aku pikir kedekatanku dengan ayahku akan membuatku jadi orang yang paling mengerti tentang dirinya. Ternyata, aku salah besar. Aku sama sekali tidak pernah tahu tentang masa lalunya. Yang kutahu, ayahku hanyalah seorang pedagang kaki lima yang kemudian membuka warung di rumah. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk mengantar jemputku dan menemaniku ke mana pun aku pergi.

Mungkin, ayah adalah orang yang paling mengerti aku, tetapi tidak sebaliknya. Cerita singkat dari Novan membuatku termenung. Selama ini, aku tak pernah tahu bahwa ayahku pernah melalui hal-hal yang seperti itu.

Sambil menikmati masakan ayah, pikiranku terus berputar. Aku ingin bertanya banyak hal, tapi bingung harus mulai dari mana. Setelah makan, aku beres-beres tempat tidur dan pakaianku. Tak lama, ayah kembali dengan wajah lusuh dan pakaian yang basah.

"Kenapa basah, Yah? Dari mana?" tanyaku keheranan.

"Tadi pas ayah ke warung, ga sengaja lihat warga lagi kerja bakti, jadi ayah ikut bantu-bantu sebentar. Ayah mandi dulu, ya," jawabnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Aku mencium aroma asap dari tubuhnya. Kupikir, mungkin ayah terkena asap dari pembakaran sampah. Meskipun asap pembakaran itu polusi, banyak orang yang masih melakukannya untuk mengurangi sampah.

Aku duduk bersandar menunggu ayah selesai mandi. Setengah jam kemudian, dia keluar, dan kami pun bersiap menuju rumah sakit. Kami berjalan menuju jalan raya, lalu tiba-tiba seorang ibu berlari dan langsung memeluk ayahku.

"Pak, makasih banyak, makasih... Ya Allah, terima kasih, Pak," ucap si ibu sambil menangis.

Aku heran dengan tindakannya. Ibu itu tak henti-henti berterima kasih dalam bahasa Sunda. Dia menarik kami ke warung yang sudah dipenuhi orang. Rupanya, ayahku baru saja menyelamatkan anak ibu itu dari kobaran api. Tak jauh dari warung, rumah ibu itu baru saja terbakar.

Dari cerita warga, saat ayahku sedang membeli sesuatu di warung, tiba-tiba dia berlari dan masuk ke rumah yang dipenuhi asap lewat jendela. Setelah menyelamatkan anaknya, ayah langsung pergi karena sudah ada petugas damkar yang memadamkan api. Warga yang melihat memberi tahu ibu itu ke mana ayahku pergi, sehingga mereka menunggu di pinggir jalan untuk berterima kasih.

Perjalanan kami ke rumah sakit sempat terhambat karena kejadian itu. Jujur, aku merasa tindakannya sangat berbahaya. Namun, ayahku rela mempertaruhkan nyawa untuk orang yang tidak dia kenal.

Tak lama kemudian, seorang petugas keamanan datang dan menanyakan beberapa hal kepada ayah. Saat sedang berbicara, tiba-tiba seorang bapak memukul kepala ayahku dengan keras.

"Plak!" Suara pukulan itu mengejutkanku.

Aku yang tak terima ayah diperlakukan begitu langsung marah. "Jangan kurang ajar, Pak! Ayahku ga salah apa-apa, kenapa dipukul?" bentakku.

Namun, ayahku justru menenangkan dengan meminta maaf pada bapak itu. "Ini senior ayah sewaktu di lapangan. Maafkan ayah, nanti ayah jelaskan," ucapnya dengan lembut.

Meski masih kesal, aku memilih diam. Setelah beberapa percakapan, akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan. Dua sepeda motor mengantar kami ke rumah sakit. Setibanya di sana, kami beristirahat sejenak di minimarket.

"Haha, akhirnya bisa istirahat juga," ucap ayah sambil tertawa.

"Yah, ngapain sih, kalau ayah kebakar gimana? Terus kenapa bohong?" tanyaku kesal.

"Santai aja, Sayang. Ayah baik-baik saja, kan? Lagian ayah engga bohong, itu kan bagian dari kerja bakti," jawabnya dengan santai.

"Ngeles aja bisa," jawabku kesal.

Tiba-tiba ayah melihat kantung kresek yang kubawa. "Eh, itu apa?"

"Ini, tadi pas di warung, ibu-ibu itu kasih Nura. Ya udah, Nura bawa aja."

Ayahku memintaku membuka kresek itu. Betapa kagetnya aku saat melihat isinya. Ternyata ada roti, air putih, dan uang sekitar 470 ribu rupiah dalam berbagai pecahan.

"Ayah, kok ada uangnya?"

"Lain kali kalau ada yang ngasih sesuatu, jangan langsung diterima. Mereka mungkin patungan buat terima kasih. Nah, roti buat ayah, uangnya buat kamu jajan," ucapnya sambil tersenyum.

Aku terkejut melihat keberanian dan kedermawanan ayah. Ternyata, di balik sikap santainya, ayahku adalah seorang yang berjiwa sosial tinggi.

1
Eriez Pit Harnanik
trus rani sama aji nya kmn thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!