Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Tiba di Jepang
Niat Viola sudah bulat untuk bicara pada Dion. Meski dengan apa yang dia lakukan saat ini, tidak menutup kemungkinan akan menghancurkan hidup wanita yang telah melahirkannya dan Khalisa. Atau tetap baik-baik saja.
Tapi hati nurani Viola yakin, inilah yang terbaik untuk semuanya. Diana harus membayar semua kesalahan yang dia lakukan. Terutama pada ayah Arsyad dan ibu kandung Sonia. Kedua orang itulah yang sangat tersakiti atas perbuatannya. Dan juga pada Sonia. Diana sudah memisahkan seorang anak dari ayah kandungnya.
Disinilah sekarang Viola berada. Di ruangan pimpinan perusahaan, dimana Dion berada.
"Papa dengar kamu mengajukan surat pengunduran diri." ucap Dion begitu melihat siapa yang masuk ke ruangannya.
"Suratnya sudah sampai ke Papa?" tanya Viola.
Dion mengangguk sambil menunjukkan lembaran kertas yang Viola kirim ke bagian HRD. Viola tersenyum. Walau statusnya putri tiri Dion, Viola tetap melakukan prosedur yang berlaku di perusahaan ini.
"Kamu akan pergi bersama pria itu?" tanya Dion.
"Iya, Pa. Saya akan ikut Julian ke negaranya." jawab Viola.
"Dengan meninggalkan ibu mu dan Ica?" sahut Dion bertanya.
"Ica sudah bersama pria yang tepat." jawab Viola.
"Papa tahu, kamu yang merencanakan ini semua. Kamu sengaja menjalin hubungan dengan Devan agar dia tidak jadi menikahi adik kamu. Papa juga tahu apa yang sudah kamu lakukan pada Sonia. Kamu yang menyuruh teman Sonia memberikan obat perangsang malam itu." ucap Dion.
"Papa memata-matai aku ternyata." balas Viola sambil terkekeh, "Maaf untuk Sonia. Vio melakukannya bukan tanpa alasan. Sonia lebih baik bersama Sultan yang benar-benar mencintainya dari pada bersama Narendra." ucap Viola lagi.
"Kenapa harus minta maaf dengan Papa?" tanya Dion.
"Karena Sonia adalah putri kandung Papa." jawab Viola.
"Dia putri mantan istri Papa dan laki-laki lain." balas Dion.
"Papa yakin? Bukan kah Sonia sudah menunjuk kan hasil DNA kalian?" tanya Viola.
"Hasil DNA bisa saja di palsu kan." jawab Dion cepat.
"Papa bisa tes DNA lagi untuk meyakinkan. Kenapa tidak Papa lakukan? Atau Papa takut menerima kebenaran ini?" tanya Viola menyelidik.
Dion diam, apa yang Viola katakan itu benar. Jika benar Sonia putrinya, Dion merasa sangat berdosa pada mendiang mantan istrinya. Berkorban sendirian di luar sana untuk melahirkan putri mereka. Dion terlalu mudah percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Dan mengikuti permintaan mereka untuk menceraikan istrinya yang sejak pertama menikah memang tidak pernah di restui.
"Sebenarnya ada yang ingin Vio sampaikan ke Papa, bukan masalah pengunduran diri. Tapi Karena ini" ucap Viola sambil meletakkan lembaran kertas yang sejak tadi berada di pangkuannya.
"Apa ini? Apa ada yang berani curang di perusahaan ini?" tanya Dion, karena dia mempercayakan Viola sebagai akuntan di perusahaannya.
"Ini bukan masalah perusahaan. Tapi hasil detektif ayah Arsyad, sahabat baik Papa." ucap Viola.
Dion menatap penuh tanya pada anak tirinya dan juga anak sahabatnya itu. Karena itu juga, Dion tulus menyayangi Viola dan Khalisa. Diana dan ayah Arsyad adalah sahabatnya. Mereka bertiga dulu sangat dekat dan selalu bersama-sama sampai akhirnya, orang tua Diana meminta ayah Arsyad untuk menikah dengan Diana.
Baik ayah Arsyad dan Diana tidak masalah dengan permintaan orang tua Diana itu. Dion pun sama, tidak masalah dengan pernikahan Diana dan Arsyad. Dion sendiri saat itu sudah menjalin hubungan dengan Airin, ibu Sonia.
Sampai Viola lahir, kehidupan rumah tangga ayah Arsyad dan Diana baik-baik saja. Dion pun menikahi Airin meski tidak mendapat restu orang tuanya. Karena orang tua Dion masih berharap Diana yang jadi menantu mereka.
"Untuk apa kamu memberikan ini pada Papa?" tanya Dion.
"Karena menurut Vio, Papa harus tahu apa yang selama ini di sembunyikan oleh ayah. Agar Papa tidak lagi salah paham dengan ayah." jawab Viola.
Dion terdiam mencoba mencerna maksud ucapan Viola. Haruskah dia membaca hasil penyelidikan sahabatnya? Apa yang ingin Viola coba tunjukkan padanya?
"Papa bisa membacanya nanti. Tapi satu hal yang harus Papa ketahui. Bukan Ibu yang harus Papa bela, tapi ayah." ucap Viola sambil berdiri untuk meninggalkan Dion.
"Satu lagi. Selama ini bukan ayah yang melarang kami bertemu ibu. Tapi ibu yang tidak ingin bertemu kami, terutama pada Ica. Anak yang tidak dia harapkan kelahirannya." ucap Viola lagi sebelum dia meninggalkan ruangan Dion dengan lembaran kertas hasil penyelidikan ayah arsyad.
***
Khalisa tidak pernah menyangka, mimpinya untuk menginjakkan kaki di tanah Jepang bisa jadi kenyataan. Narendra tidak sengaja pernah mendengar percakapan antara Khalisa dan Sonia. Saat itu Khalisa mengatakan, dia ingin bisa menginjakkan kakinya di Jepang, negara asal nenek buyutnya.
Mengingat itu, maka Narendra akan mewujudkan mimpi Khalisa, wanita yang di cintainya.
Di sinilah mereka saat ini. Di bandar udara Tokyo Haneda. Sebelum menghabiskan waktu berkeliling di kota Tokyo, Narendra mengajak Khalisa untuk menyimpan bawaan mereka di sebuah apartement yang Narendra sewa dari temannya yang asli orang Jepang. Teman Narendra itu juga yang akan menjadi pemandu wisata untuk mereka selama berada di Jepang. Mulai dari menjemput mereka di bandara, seperti saat ini.
"Sayang, kenalkan ini Genta." ucap Narendra memperkenalkan temannya pada Khalisa.
"Salam kenal Kak Genta." ucap Khalisa dengan menggunakan bahasa Jepang yang sudah Khalisa pelajari sejak kecil.
Ayah Arsyad dan paman Kamal yang mengajari Khalisa, Viola dan Sonia berbicara bahasa Jepang. Menurut kedua saudara kembar itu, ayah dari nenek mereka asli orang Jepang. Karena itu, mereka wajib belajar bahasa salah satu nenek moyang mereka. Karena itu juga, Khalisa sangat ingin mengunjungi Jepang.
Khalisa ingin mengunjungi saudara-saudara dari nenek buyut nya yang tinggal di Osaka. Berbekal alamat dan nomor kontak yang diberikan paman Kamal, Narendra sudah berhasil menghubungi salah satu saudara ayah Arsyad dan paman Kamal, yang berada di sana.
"Ternyata kamu bisa bicara pakai bahasa Jepang." balas Genta.
"Nenek buyut istri ku berasal dari Osaka." ucap Narendra menjelaskan.
"Oh ya? Pantas saja kamu meminta saya memandu kalian ke sana." balas Genta.
"Saya sudah kirim alamat yang akan kita kunjungi di Osaka." balas Narendra.
"Baiklah, sekarang kita ke apartement dulu untuk istirahat malam ini. Besok pagi baru kita mulai petualangan kalian di Jepang." ucap Genta sambil mempersilakan Narendra dan Khalisa untuk masuk ke dalam mobil yang akan mengantarkan mereka ke apartement.
Genta langsung pamit setelah mengantar sepasang suami istri itu tiba di apartemen yang Narendra sewa dari Genta. Apartement yang cukup mewah, meski hanya memiliki satu kamar tidur.
"Ica kira kita akan menginap di hotel." ucap Khalisa setelah Genta pamit pulang.
"Kamu ingin kita pindah ke hotel sayang?" tanya Narendra yang berpikir Khalisa tidak menyukai idenya memilih apartement sebagai tempat tinggal mereka selama di Jepang.
"Tidak, Ica justru suka di sini. Bisa masak makanan sesuai selera." jawab Khalisa yang memang tidak begitu menyukai makanan khas Jepang.
Berbeda halnya saat dia di ajak ayah Arsyad dan paman Kamal berlibur ke Turki, mengunjungi saudara sepupu dan keluarga besar lainya dari kedua saudara kembar itu yang ada di turki. Khalisa tidak pusing memilih makanan. Selain di sana banyak makanan halal, Khalisa juga menyukai makanan negara itu. Mungkin karena terbiasa makan yang ada di restoran ayah Arsyad.
"Itu salah satu alasan Mas menyewa apartement. Karena tahu, istri Mas ini biarpun sangat ingin mengunjungi Jepang, tapi tidak begitu menyukai makanan Jepang." balas Narendra.
"Terima kasih Hubby." ucap Khalisa membalas ucapan Narendra yang begitu mengerti bagaimana dirinya.
Waktu empat tahun bukan waktu yang sebentar yang pernah mereka lalui bersama. Tentu Narendra sudah sangat paham apa yang disukai dan apa yang tidak di sukai Khalisa. Begitupun sebaliknya.
"Sayang, sekali lagi." pinta Narendra. Sungguh dia sangat suka Khalisa memanggilnya dengan panggilan hubby.
"Hubby." ulang Khalisa panggilannya pada Narendra.
Dan pria itu langsung menarik pinggang Khalisa agar menempel padanya. Menundukkan kepalanya, Narendra meraup bibir Khalisa. Dan kembali menenggelamkan Khalisa dalam kelembutan bibirnya.
"Hubby." panggil Khalisa di sela-sela mereka menghirup oksigen.
Tidak perlu menunggu lebih lama lagi. Narendra mengangkat tubuh Khalisa ala bridal style, membawa sang istri menuju kamar dan membaringkannya di atas ranjang. Narendra akan menuntaskan keinginannya yang sudah tertahan sejak masih berada di pulau. Jadilah malam yang sudah larut ini, Narendra dan Khalisa habiskan untuk memadu kasih.
...◇◇◇...