Jungkir Balik Dunia Rena

"Tadi itu seru sekali ya." seru Rena setelah berhasil melarikan diri dari kemarahan para karyawan pabrik.

"Iya sangat seru, sudah lama aku tidak pernah merasa sebersemangat ini." ucap Zayn pula. Zayn dan Rena saling menatap, kemudian mereka tertawa bersama.

"Seru?" pekik Andrew dengan dahi yang mengkerut disertai napas yang memburu.

"Hampir mati tapi mereka bilang seru? Sepertinya tuan Zayn sudah mulai ketularan gesrek seperti sekretaris Rena." batin Andrew.

Andrew hampir tertangkap dan nyaris jadi bulan-bulanan para karyawan pabrik. Untung saja kepala cabang datang tepat waktu dan berhasil menenangkan para bawahannya, dengan menjanjikan akan memberi seekor hewan ternak untuk masing-masing orang. Kalau tidak, entah bagaimana nasib Andrew sekarang.

"Kalian berdua memang cocok karna sama-sama aneh." cibir Andrew keceplosan.

"Asisten Andrew! Sudah mulai berani kau rupanya!" hardik Zayn, dan jangan lupakan tatapannya yang tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya. Membuat nyali Andrew ciut seketika.

"Maafkan atas kelancangan saya tuan." sesal Andrew dengan kepala tertunduk.

***

***

Di home stay...

"Tuan Zayn, kenapa kita pulang hari ini? Bukannya kau sudah berjanji akan mengajakku mendaki pegunungan." Rengek Rena saat Zayn memintanya untuk mengemasi barang-barang milik pria itu ke dalam koper.

"tidak sekarang sekretaris Rena, lagi pula aku tidak membawa peralatan mendakiku." balas Zayn malas.

"Siapa bilang kau tidak bawa, kau membawanya kok. Ini dia." Rena menunjukan peralatan mendaki yang dimasukan mom Alena ke dalam koper Zayn tempo hari.

"Kau sudah gila ya?! Untuk apa membawa peralatan mendaki saat sedang dinas kantor!" hardik Zayn, ingin heran tapi begitulah Rena. Selalu di luar prediksinya.

"Kalau kau mengatai aku gila. Berarti kau mengatai aunty Alena gila juga!" kesal Rena dengan bibir yang mengerucut.

"Berani kau mengatai momku gila!" hardik Zayn. Walaupun kelakuan mom Alena 11 12 dengan Rena, tapi tidak ada yang berhak mengatai mom Alena selain dad Abraham saja. Bahkan Zayn dan Lizzie sang adik pun tak berani.

"Karna aunty Alena yang memasukan peralatan mendaki itu ke dalam kopermu!" beritahu Rena apa adanya.

"Ck. Kau dan momku sudah bersekongkol untuk menjebakku ya?" umpat Zayn dengan mata membelalak.

"Ya anggap saja begitu! Dan terimalah takdirmu untuk menerimaku dalam hidupmu tuan Zayn!" Rena mendorong tubuh kekar Zayn hingga pria itu terjatuh di atas ranjang. Rena bisa dengan mudah melakukan hal itu, karna kemampuan bela dirinya tidak bisa di ragukan lagi.

"Sudah berani bermain pisik kau rupanya. Jangan kau pikir karna kau seorang wanita jadi aku tidak berani membalasmu sekretaris Rena." Zayn tak terima Rena mendorongnya.

Pria itu mencoba bangkit dan bersiap untuk membalas perbuatan sang sekretaris. tapi gagal, Zayn malah terpeleset hingga kembali terjatuh. Zayn tidak jatuh sendiri sekarang, karna Rena ikut terjatuh di atas tubuhnya. Zayn sempat menarik ujung kemeja Rena saat akan terjatuh tadi.

"Permisi tuan, anda ingin di pesankan tiket untuk penerbangan sore atau malam hari?" tanya sekretaris Andrew. Andrew langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, karna pintu kamar tuan Zayn sudah terbuka lebar saat Andrew datang.

"Astaga!" Andrew langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain saat melihat pemandangan yang begitu intim di hadapannya.

"Jika ingin bermesraan, kenapa mereka tidak menutup pintunya." rutuk Andrew di dalam hati. Sekarang Andrew tahu kenapa sekretaris Rena begitu diistimewakan di perusahaan, karna sekretaris Rena dan tuan Zayn memiliki hubungan.

"Asisten Andrew, kau pulang duluan saja karna aku dan tuan Zayn masih ada urusan di tempat ini!" ucap Rena dengan nada memerintah. Seketika Rena lupa kalau asisten Andrew adalah atasannya juga yang harus Rena hormati.

"Baik sekretaris Rena." patuh Andrew. Kemudian pria berkaca mata itu pergi meninggalkan kamar tuan Zayn, dan tak lupa menutup kamar sang atasan.

"Menyingkir dari atas tubuhku dasar pemaksa!" Zayn mencoba menyingkirkan Rena dari atas tubuhnya, namun gagal karna tenaga Zayn mendadak lemas malah inti tubuhnya yang menegang sekarang.

"Tidak akan! Sebelum kau memenuhi janjimu untuk mengajakku mendaki gunung!" ancam Rena.

"Ok, baiklah. Aku akan mengajakmu mendaki besok pagi." Zayn tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan sang sekretaris.

"Begitu dong." Rena tersenyum penuh kemenangan.

Bruk!

Zayn mendorong tubuh Rena, membuat wanita cantik itu jatuh terjerembab ke atas lantai.

"Aw, dasar pria kejam! Tidak punya hati! Tidak punya perasaan!" rutuk Rena sembari mengusap bokongnya yang terasa sakit.

"Mau kemana kau?" tanya Rena saat melihat Zayn berjalan ke luar kamarnya.

"Aku akan membeli logistik untuk bekal mendaki kita besok ke pusat kota." balas Zayn.

"Aku ikut!" seru Rena antusias.

"Tidak boleh! Kau tetap di sini atau kita tidak akan jadi mendaki!" ancam Zayn. Zayn sudah lelah hari ini, jadi ingin menenangkan dirinya tanpa di ganggu oleh siapapun.

"Ok. Tapi berikan dompet, KTP dan kartu ATM anda sebelum anda pergi." balas Rena.

"Kalau aku tidak membawa dompet, aku akan berbelanja menggunakan apa?"

"Rena mengambil beberapa uang berwarna merah dari saku pribadinya, lalu memberikannya pada sang bos. Kemudian tangan Rena menengadah, meminta apa yang dia sebutkan sebelumnya.

Dengan terpaksa Zayn memberikan apa yang Rena minta. Rena melakukan hal itu agar Zayn tidak bisa kabur, apalagi meninggalkan dirinya sendirian di tempat terpencil ini.

Bersambung.