JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keras Kepala
Dhev membawa Amira ke sofa, setelah itu segera menghubungi dokter keluarganya.
Dan yang ditunggu pun tidak lama sudah datang.
"Pak, Ibu Amira sangat lemah dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit," kata dokter perempuan yang usianya berada di bawah Amira, Amira yang sudah siuman itu mendengar dan menolak.
"Saya mau di rumah saja, saya cuma mau Nala. Tolong, Dhev! Bawakan Mamah gadis itu," rintih Amira seraya menggenggam tangan putranya yang sudah berusia 32 tahun itu.
"Mah, sudah lah, kita juga sudah berdamai dengannya, jangan terlalu dipikirkan sampai sakit seperti ini!" kata Dhev. Pria yang sedang berdiri di sisi sofa itu membantu Amira untuk bangun dan memindahkan Amira ke kamar tamu yang berada di lantai bawah.
"Besok Dhev akan memindahkan semua barang Mamah ke kamar ini, Mamah tidak perlu naik turun tangga, Dhev ngeri liatnya!" kata Dhev yang kemudian keluar dari kamar.
Dan ternyata, Dhev sedang ditunggu oleh dokter. Dokter tersebut berdiri tidak jauh dari pintu kamar tamu.
"Maaf, Pak. Ada baiknya kita ikuti saja kemauan Ibu, siapa tau keadaannya akan membaik," ucapnya seraya menatap penuh yakin pada Dhev.
"Hmmm," jawab Dhev. Setelah itu, Dhev pergi meninggalkan dokter tersebut tanpa menanyakan resep dokter yang harus di tebusnya.
"Keras kepala, persis seperti ayahnya," gumam dokter dalam hati, setelah itu dokter keluar dan tidak lupa memberikan resep pada orang rumah yang masih terjaga yaitu satpam yang menunggu di luar.
****
Sementara itu, Mika juga masih terjaga, ia sedang menunggu keponakannya di rumah sakit.
Mika mengirim foto Ken yang sedang terlihat lemas, berharap kalau ayahnya akan kasihan dan menjenguknya.
"Dulu kamu tidak seperti ini, Mas. Kamu adalah hangat sampai aku sangat mengagumi mu," gumam Mika yang sedang duduk di sofa ruang rawat Ken, menatap layar ponselnya.
Sedangkan Kenzo terlelap setelah diberikan obat.
Sementara Dhev setelah melihat siapa yang mengirim pesan itu memilih tidak perduli dan sama sekali tidak membuka pesan Mika.
****
Keesokan paginya, walau tidur larut malam, tidak membuat Nala malas untuk bangun pagi, gadis yang sudah rapi dengan celana jeans pendek dan kaos oblong berwarna krem itu membuka pintu kontrakan dan menghirup udara segar di pagi hari.
Nala memikirkan Ririn, karena dari kemarin belum melihat atau menerima pesan darinya.
"Apa aku chat duluan, ya?" batin Nala, "tapi kalau ketahuan tante pasti Ririn diomelin," lanjutnya, setelah berbincang dengan diri sendiri, Nala memilih untuk berbelanja ke pasar.
Karena menunggu lama untuk angkot, Nala memilih menunggu sambil berjalan kaki.
"Astaga, kok lama banget nggak ada angkot, lagi pada demo kali, ya! Apa pada mogok kerja sopir angkot?" ucap Nala seraya mengusap peluh di dahinya dan saat itu juga Nala melihat seorang anak kecil yang berpakaian khas ala rumah sakit sedang berlari menyebrang jalan, karena berlari membuat anak kecil itu hampir keserempet motor.
Dengan reflek Nala segera menghampiri dan memeluknya sampai terjatuh.
"Aduh," pekik Nala yang sikunya kembali terluka.
"Kamu nggak papa?" tanya Nala seraya melepaskan pelukannya.
Anak kecil itu menjawab dengan menggelengkan kepala, meneteskan air mata kesedihan yang terbaca oleh Nala.
Kemudian, datang seorang wanita cantik, berambut lurus sebahu, berbadan sangat ramping dengan penampilan rapi, mengenakan dress biru muda selutut dengan lengan panjang menghampiri Nala, tepatnya menghampiri anak kecil yang sedang bersama Nala.
"Kamu nggak papa, sayang?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Mika dan anak kecil yang ia hampiri adalah Kenzo.
Kenzo tidak menjawab tetapi Kenzo mengibaskan tangan Mika yang berada di lengannya.
Kenzo merasa kesal pada Mika yang terus menerus meminta dirinya untuk kirim pesan suara pada Dhev. Sedangkan Kenzo sedang sangat membenci ayahnya.
"Ken mau pulang, Ken mau sama Oma!" bentak Kenzo lalu melanjutkan berlari dan Mika memilih melepaskan sandal gak tahunya kemudian mengejar Ken.
Sementara Nala hanya memperhatikan dari kejauhan.
****
Sementara itu, Adelia sedang memfitnah Nala di depan suaminya yang seorang mandor di sebuah perusahaan kontruksi.
"Ini pasti hasutan dari anak itu sampai Airin berani pergi dari rumah!"
"Akan ku urus anak itu!" kata suami Adelia yang sedang meminum kopi di teras rumah, hari ini adalah minggu pagi dan ia ingin bersantai.
Tetapi dengan kaburnya anak kesayangan membuat lelaki berbadan gendut itu tak dapat bersantai dengan tenang.
"Di mana pangkalan anak itu?"
Mendengar pertanyaan itu segera Adelia memberitahu dimana adiknya sempat melihat Ririn dan Nala berjualan.
"Tunggu saja, pasti anak kita akan pulang dengan sendirinya," ucap lelaki botak itu dengan yakin.
****
Tiiin! Suara klakson dari belakang mengejutkan Nala yang sedang menenteng belanjaannya.
"Berat nggak?" tanya mengendara motor yang mengagetkan Nala.
"Astaga, bikin kaget aja. Berat lah masa enggak!" jawab Nala yang sedang menenteng kantong beras dll.
"Sini ku bantu!" kata Ririn seraya menarik belanjaan Nala. Ayo aku ojekin, pas banget nih lagi butuh pemasukan," canda Ririn.
"Boleh nawar nggak ongkosnya?"
"Buat kamu, apa sih yang ngga!" jawab Ririn, kemudian Nala segera membonceng motor sahabatnya itu.
"Rin, kemana aja, baru keliatan?" tanya Nala seraya memperhatikan kaca spion tepatnya memperhatikan wajah cantik Ririn.
"Ada, cuma kemarin males keluar aja," jawab Ririn dan keduanya terus mengobrol sampai ke kontrakan Nala.
"Aku sampai sini aja, ya. Mau nyari kerja terus mau kuliah juga," kata Ririn seraya memberikan belanjaan Nala.
"Kerja?" tanya Nala heran.
"Pengen mandiri!" jawab Ririn seraya tersenyum.
"Hati-hati, semoga lancar!"
"Siap," jawab Ririn yang kemudian tancap gas.
****
Amira sangat kaget saat melihat cucunya mengenakan pakaian rumah sakit.
"Apa yang terjadi, sayang?" tanya Amira seraya memeluk Kenzo.
"Ken nggak papa," jawab Kenzo seraya membalas pelukan hangat dari omanya.
"Ken sakit, Tante. Apakah Mas Dhev tidak memberitahu?" tanya Mika yang berdiri di belakang Kenzo.
"Anak itu!" batin Amira, ia tidak ingin memperlihatkan kekesalannya pada Dhev di depan Mika.
"Ya sudah, biar Ken Oma yang merawat, barangkali Mika lelah silahkan pulang dan istirahat." Amira mengusir secara halus dan Mika mengerti maksudnya.
"Baik, Mika pamit dulu, Tan. Maaf tidak dapat menjaga Ken dengan baik," ucapnya, setelah itu Mika yang merasa gagal dan tidak enak hati itu pergi dengan perasaan yang tak menentu.
Amira mengajak Ken ke kamar tamu yang sekarang menjadi kamar Amira, Amira juga menghubungi dokter Andira, dokter keluarganya.
"Kamu istirahat dulu, Omah ambilkan sarapan untuk kamu, ya. Mau apa, Nak? Sandwich? Bubur ayam? Atau nasi goreng?"
Walau Amira sudah mengetahui kesukaan cucunya itu tetapi Amira ingin menanyakan apa yang diinginkan oleh cucunya.
"Ken mau nasi goreng, Omah," jawab Ken yang sudah berbaring di ranjang.
Setelah itu, Amira segera bangun dari duduknya lalu keluar dari kamar.
Amira meminta nasi goreng pada asisten yang bekerja di bagian dapur. Setelah mengatakan pesanan Ken, Amira segera pergi menemui Dhev di kamarnya yang ternyata masih tertidur.
Kamar itu terlihat temaram karena gorden kamarnya masih tertutup rapat.
"Dhev!" teriak Amira yang masih berdiri di pintu membuat Dhev merasa kalau gendang telinganya hampir pecah.
Bersambung.
Nah iya itu, aku setuju kalau Dhev diomelin aja. Yuk jangan lupa like dan di favoritkan, ya. Dikomen juga, ok 😚