Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu ala indomilk
"BONCEL BURUAN!" pekik Aidan menggema di seluruh penjuru rumah. Pria itu sudah rapih dengan kemeja hitam lengan pendek dengan kaos dalam berwarna hijau. Sembari bermain game online di sofa depan TV menunggu boncel jelmaan botol Yakult yang tak kunjung turun dari lantai 2 entah sedang apa.
"Gak usah teriak! Yuk buruan!" ucap Yura begitu sampai di samping Aidan.
Pria yang sejak tadi berteriak sembari memainkan game di ponselnya langsung tertegun begitu mendongak menatap penampilan Yura malam ini. Manik matanya menatap Yura dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia bahkan berdiri dengan perlahan tanpa ia sadari.
"Cantik" batinnya melihat Yura yang memakai dress hitam sepaha, terlihat simpel tapi memancarkan kecantikan saat di kenakan Yura.
Bukan bagaimana, ini boncel jelmaan botol Yakult jarang-jarang pakai pakaian begini. Karena memang anaknya jarang keluyuran. Ayah dan kakaknya itu terlalu mengekang kebebasannya, paling keluar ya kuliah dan ke acara keluarga. Lain dari itu jangan harap.
Melihat Aidan yang malah diam menatapnya seperti itu membuat Yura menilik tubuhnya sendiri dari atas hingga bawah. "Ke-kenapa bang?" tanya Yura gugup.
Aidan tersadar, Kembali menatap Yura dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Gak ada baju Lain?" huh, bisa berabe kalau Yura masih pakai pakaian seperti ini, bisa di pastikan si Revan bulepotan itu akan semakin terpesona dan jatuh cinta pada Yura jika melihat penampilan gadis itu seperti ini. Tidak, itu tidak boleh terjadi dan tidak akan Aidan biarkan itu terjadi.
"Hah? Kenapa jelek ya?"
"Banget."
Wajah Yura agak kecewa mendengar jawaban Aidan. Seburuk itu kah penampilannya? "Ya udah deh, tunggu bentar kalau gitu gue ganti dulu." Yura sudah akan bergegas lari ke lantai 2. Namun Aidan dengan segera mencekal tangan Yura. Menunggu Yura ganti lagi mau jam berapa mereka pergi, keburu acara opening cafe Revan selesai.
"Gak usah ganti deh, udah gini aja." ucap Aidan pasrah pada akhirnya.
"Tapi Lo bilang gue jelek."
Aidan memasukkan sebelah tangannya ke saku celana menatap wajah Yura yang juga menatapnya. Manik mata Aidan beralih ke bibir gadis itu yang memakai lip tint warna red Cherry kamarin yang sempat Aidan cicipi, sangat menggoda iman Aidan sekali. Ia menimbang nimbang isi kepala yang sudah mulai macam macam. Lalu tak lama ia berdecak karena tidak bisa mengontrol isi otak dan juga nafsunya. Dengan perlahan Aidan mendekati Yura mengangkat dagu gadis itu dengan jari telunjuknya pelan. "Lo cantik." bisiknya tepat di depan bibir Yura, tangannya dengan cepat beralih ke tengkuk dan menyambar bibir gadis itu yang sudah menggodanya sejak Yura turun.
Cup!
Congor lu dan!
Salahkan saja Yura kenapa ia memiliki bibir yang menggoda makannya Aidan langsung mode entok nyosor jilid 2.
Sontak Yura membulatkan matanya, apa lagi ketika Aidan perlahan mulai melumat bibirnya. Yura tidak membalas ciuman Aidan sama sekali, namun ikut memejamkan mata menikmati lumatan lembut pria itu di bibirnya.
Yura memukul-mukul dada Aidan ketika nafasnya mulai habis, namun Aidan masih enggan melepaskan tauatannya. Dan kembali Yura memukul dada Aidan lebih keras ketika nafasnya benar-benar habis dan dengan berat Aidan melepaskan tautan meraka.
Setalahnya cumbuan itu terlepas Aidan terkekeh melihat Yura yang terengah-engah.
"Masih bisa ketawa lagi Lo!" kesal Yura dengan dada naik turun menetralkan deru nafasnya "Ngapa Lo malah main cium gue?!"
Aidan menyeka bibirnya yang terasa lengket akibat lip tint Yura yang sudah pasti menempel di bibirnya "Gue cuma mau ilangin warna lipstik Lo yang berlebihan." padahal dia cuma gak mau nanti Yura jadi pusat perhatian, karena gadis itu terlalu cantik malam ini. Terutama si Revan bulepotan itu, tidak akan Aidan biarkan.
Hilih, ngomongin Yura gengsinya setinggi menara Eiffel pinter banget. Lah dia juga punya gengsi yang sama tingginya dari Yura, bahkan lebih parah. Udah gengsi gak peka lagi. Huh, dasar indomilk kadaluarsa!
Yura menatap Aidan tajam "kan bisa Lo bilang sama gue ,biar gue lap pakai tisu!"
"Wah sayang dong, kalau gak gitu gue gak bisa cium bibir Lo lagi." Aidan nyengir.
Yura kembali memukul dada Aidan penuh dendam "berengsek! Ngambil kesempatan dalam kesempitan."
Bukan marah Aidan malah terkekeh mendengar umpatan Yura "harus, sama istri harus gitu, malah kalau bisa jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan. Tapi lo harus selalu kasih gue kesempatan." tidak lupa ia mengedipkan sebelah matanya, lalu tersenyum memperlihatkan 2 gigi kelincinya.
"Hih!" kembali Yura memukul dada Aidan kelewat kesal.
Aidan kembali tertawa. Dan setalahnya menangkap tangan Yura yang akan memukulnya kembali.
"Mau pergi gak nih? Atau mau lanjut yang tadi?" tanyanya dengan mengedipkan sebelah matanya genit.
Mata Yura langsung melotot "macem macem gue sunat ya Lo!" ancam Yura.
Tapi Aidan bukannya takut malam tertawa mendengar ancaman yang di layangkan Yura., seakan akan ancaman Yura itu bukan apa apa untuknya. Aidan malah mengambil sebelah tangan Yura dan mengenggamnya lalu menarik Yura agar mengikutinya berjalan keluar rumah.
_____________
Begitu tiba di cafe milik Revan keduanya turun dari dalam mobil rubicon milik Abri, yang sempat Aidan pinjam sebelumnya. Karena mobil orangtuanya sedang di pakai.
Cafe tersebut telihat ramai, jadi Aidan inisiatif menggenggam tangan Yura supaya gadis itu tidak hilang Karena terlalu mungil kayak upil, kan bahaya kalau hilang, susah nyarinya.
Di tengah cafe ada live music yang sedang berlangsung, membuat beberapa pengunjung cafe ikut menyanyi mengikuti musik yang dibawakan band yang sedang manggung di panggung kecil tersebut.
"Woy dan!" seruan seseorang membuat kepala Aidan memutar, ternyata itu Dendy.
"Eh, Lo di undang juga?" Aidan berjalan mendekat dan duduk bersama Dendy yang terlihat duduk sendiri begitu juga Yura ia membuntuti Aidan kemana saja pria itu pergi.
Dendy mengangguk. "Haduh, pengantin baru gitu ya, kemana-mana berdua. Pegangan tangan, pakai baju couplean. Haduh bayang-bayang gue belum keliatan hilalnya lagi."
Keduanya langsung menunduk memperhatikan baju masing-masing lalu saling menatap satu sama lain. Mereka baru menyadari kalau warna pakaian mereka itu sama, jadi terlihat seperti couplean. Padahal gak janjian.
Yura jadi mesam-mesem sendiri.
"Bukan gak keliatan hilalnya." tutur Aidan setelahnya.
"Jadi karena apa?" tanya Dendy penasaran.
"Karena muka Lo sebelas dua belas sama megalodon, makannya jodoh Lo balik kanan putar jalan."
Tak!
Dendy menjitak kepala Aidan karena terlalu kesal "congor lo babi!"
Melihat tingkah keduanya Yura hanya tertawa saja. Sebanarnya sih Dendy itu tidak kalah tampan dari Aidan, hanya saja wajahnya radak lebih sangar dari Aidan lebih-lebih lebih tubuhnya yang sedikit berisi. Udah kayak preman. Pantas aja sih Aidan menyamakannya dengan megalodon.
"Hai, Yura." sapa seorang pria dari arah samping Yang tidak lain adalah Revan. Kini ia sudah beralih duduk di sebelah gadis itu. "Aku kira kamu gak datang."
Yura langsung menghentikan tawanya dan beralih pada Revan "Datang kok."
"Bareng bang Aidan?" tanya Revan menatap Aidan yang juga menatapnya.
Yura mengangguk.
"Yura doang yang Lo sapa Van? Gue gak?" protes Aidan ketika Revan telihat tidak perduli padanya dan juga Dendy yang jelas teman satu komunitasnya dulu.
Revan tertawa renyah "iya, gue lupa. Hai bang Aidan, bang Dendy. Makasih udah datang ke opening cafe gue."
Keduanya mengangguk.
"Congratulation atas cafe baru Lo Van, cafenya bagus. Semoga dari cafe ini rezeki Lo berjalan lancar." ujar Aidan tulus.
"Amin bang, makasih doanya."
Aidan kembali mengangguk seraya tersenyum kecil.
Revan kembali beralih ke Yura. "Kamu cantik banget Ra." pujinya setelah mengamati penampilan gadis pujaannya. Tidak mengetahui jika tatapan Aidan yang sudah berubah sekaan ingin memakan mangsanya hidup hidup.
"Makasih." tidak lupa Yura tersenyum sopan melirik Aidan yang wajahnya sudah tidak karuan.
Udah kayak singa mau nyaplok orang.
"Udah jadi buayanya van? Kita gak di tawari makanan apa gitu?" tanya Aidan kelewat kesal, kesal karena Revan yang terang-terangan memuji istrinya dan juga kesal Karena Aidan sudah setel dari rumah tidak makan tapi Revan belum memberikan mereka buku menu untuk di pilih.
Revan tertawa "hahaha, iya bang, iya. Kalau buat kalian gue udah siapin menu yang paling enak disini. Sebentar." Revan pergi dari sana, meninggalkan 3 orang tersebut.
"Cemburu kiw, kiw." ledek Dendy setelahnya tergelak, tidak lupa ia menoel-noel lengan Aidan genit menggoda.
"Mata Lo cemburu!" ia menggerakkan bahunya agar menjauh dari jemari genit milik Dendy.
"Liat Ra, laki Lo mau bilang cemburu aja pakek gengsi." adunya pada Yura yang di balas senyum kecil oleh gadis itu. Setelahnya ia menatap Aidan dan bertanya dalam hati, apa benar Aidan cemburu? Jika iya berarti Aidan juga sudah memiliki perasaan padanya dong? Tapi gak boleh seneng dulu, kan siapa tau prasangka Dendy salah. Yura gak boleh seneng dulu.
"By the way, malam ini Lo cantik banget Ra. Tambah imut lagi pakai pakaian begitu." puji Dendy, ia kembali memancing ikan dalam kolam, nyangkut di kail kagak?
Brak!
Aidan menendang kursi yang di duduki oleh Dendy. "Masih gue pantau ya lu upil kecot. Bentar lagi gue kuliti Lo!"
Nah, kan kemakan umpan dia. Tinggal bilang cemburu apa susahnya sih?
Dendy kembali tergelak. "peace dan, peace." ia mengangkat 2 jarinya ke udara. Lalu mulutnya kembali bergerak tanpa suara ke arah Yura "cem-bu-ru. Aidan cem-bu-ru." dan itu tidak lepas dari pandangan Aidan.
"Gerak sekali lagi congor Lo gue ganti sama congor babi." ancam Aidan. Membuat Dendy langsung bungkam. dan malah gantian Yura yang terkekeh pelan melihat kelakuan 2 sahabat ini.
Revan datang kembali, membawa makanan yang katanya paling enak di cafenya.
Ia memberikan 1 persatu minuman dan juga makan untuk 3 orang tersebut.
"Dan ini khusus buat Yura." ia meletakkan kopi yang berbeda dari Aidan dan Dendy.
"Ini namanya butter coffe. Rasanya manis, kamu pasti suka. Coba deh." ucapnya.
Yura mengangguk saja. Lalu menyeruput kopi tersebut. Rasanya manis, hanya saja agak aneh di mulut Yura. Mungkin karena Yura tidak pernah meminum kopi sebelumnya jadi menurutnya aneh. Tapi walaupun begitu kopi ini tetap enak.
"Gimana?" tanya Revan penuh harap dengan jawaban Yura.
Yura mengangguk kecil "enak."
Seketika Revan merasa lega mendengar ucapan Yura." kamu suka?"
Yura kembali mengangguk.
Melihat interaksi keduanya membuat Aidan tanpa sadar mengepalkan tangannya kuat menahan emosi. Ada rasa tidak terima melihat Yura di perhatikan pria lain selain dirinya. Apa benar yang dikatakan Dendy bahwa ia tengah di landa rasa cemburu?
Dret!
Suara gesekan kursi dan lantai, setalahnya Aidan berdiri. Membuat 3 orang yang ada di sana mendongak menatapnya.
"Mau kemana dan?" tanya Dendy agak mendongak.
Sebenarnya Aidan berdiri seperti ini karena sudah kepalang kesal dan ingin menonjok Revan si bulepotan yang bertransformasi menjadi buaya pebinor, namun ia urungkan karena teringat dirinya ini aparat negara tidak boleh sembarangan menonjok warga sipil. Bisa copot jabatan dan di mutasi dia nanti. "Mau ke kamar mandi." bohong Aidan pada akhirnya.
"Gue ke kamar mandi dulu." ucap Aidan pada Yura dan di angguki oleh gadis itu. "Titip Yura den." ia beralih pada Dendy yang di angguki pria tersebut sambil mengangkat jempol kanannya ke udara pertanda siap.
Revan menatap kepergian Aidan dan baru ia sadari kalau Aidan dan Yura memakai baju dengan warna senada. Seketika ada yang mengganjal di hati Revan melihat itu. Tapi tidak mungkinkan mereka punya hubungan lebih?
Ketiganya terdiam, Dendy dan Yura yang menikmati makan mereka. Sementara Revan yang sejak Aidan pergi malah diam melamun.
Suara dering ponsel memecah keheningan di meja mereka. Yang berasal dari ponsel Dendy. Membuat lamunan Revan buyar seketika.
"Gue terima telpon dulu." ucapnya setelahnya pergi meninggalkan Yura bersama Revan.
gak kerasaaaaa😛