Susah payah Jasmine berjuang meluluhkan hati Juna, pria yang terkena kaku dan sangat sulit di dekati wanita mana pun. 2 Tahun berjuang hingga akhirnya dia dan Juna resmi menjalin hubungan. Jasmine pikir, dia telah berhasil mendapatkan hati Juna, menjadi satu-satunya wanita yang menempati hatinya.
Namun ternyata anggapannya salah besar, sebab ada seseorang di masa lalu yang mampu bertahta di hati Juna selama bertahun-tahun lama. Jauh sebelum Jasmine mengenal Juna.
Di saat Jasmine dan Juna sudah menikah, Tiba-tiba sosok wanita di masa lalu Juna muncul kembali dan mengalihkan semua perhatian Juna. Haruskah Jasmine meneruskan pernikahannya, atau melepaskan Juna begitu saja setelah melewati perjuangan yang sulit.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
2 tahun yang lalu, Jasmine selalu di uji dengan sikap Vierra yang seakan-akan ingin merebut Juna darinya. Kesabarannya juga di uji karna harus melihat interaksi Juna dan Vierra dalam me diskusikan masa depan Joshua. Beberapa kali bolak-balik ke Jepang untuk menemui Joshua, Jasmine sudah kenyang dengan perlakuan dingin Vierra dan tingkahnya yang selalu mencari perhatian Juna.
Kini masa-masa sulit dalam menguatkan hati selama bersaing dengan masa lalu suaminya sudah terlewati. Jasmine tidak pernah lagi merasakan cemburu ataupun curiga pada kedekatan Juna dan Vierra karna dia melihat dan merasakan sendiri bagaimana cinta Juna padanya yang begitu besar. Jangankan berfikir untuk bersatu dengan Vierra, Juna sama sekali tidak pernah menatap wanita itu dengan ramah. Hanya wajah datar yang selalu Juna tunjukkan di depan Vierra. Itu cukup membuktikan bahwa perasaan Juna pada Vierra benar-benar sudah mati.
Ujian dalam pernikahan Jasmine tidak sampai di situ. Bukan hanya di uji soal masa lalu mantan suaminya, Jasmine juga di uji soal anak. Sudah 2 setengah tahun menikah, dia belum bisa memberikan keturunan untuk Juna.
Hari-hari Jasmine di lalui lebih berat dari sebelumnya. Di cukup stress memikirkan dirinya yang tak kunjung hamil sampai sekarang. Beberapa dokter spesialis sudah mereka datangi untuk melakukan konsultasi dan progam. Tidak ada yang salah dengan rahim Jasmine maupun benih Juna. Keduanya sama-sama sehat. Tapi selalu gagal setiap kali melakukan progam hamil. Mungkin memang belum waktunya mereka memiliki anak.
1 tahun belakangan sikap Jasmine juga mulai berubah. Dia menjadi lebih pendiam, sering melamun dan Juna juga kerap memergoki Jasmine sedang menangis diam-diam di dalam kamar hampir setiap malam.
Seperti malam ini saat Juna baru saja pulang dari perusahaan. Dia langsung masuk ke dalam kamar karna tidak mendapati Jasmine di lantai bawah. Saat mendapati istrinya tidak ada di ruang keluarga, raut wajah Juna mendadak khawatir. Dia sudah menduga kalau Jasmine sedang menangis di kamar. Karna biasanya Jasmine akan menunggunya di ruang keluarga, walaupun harus menunggu kepulangannya sampai larut malam. Saat mendapati istrinya tidak ada di ruang keluarga, Juna mendadak khawatir.
Dan benar dugaan Juna, Jasmine tengah meringkuk di atas ranjang. Bahunya tampak bergetar. Meski posisinya membelakangi Juna, tapi Juna tau kalau Jasmine sedang menangis.
"Menangis lagi , hmm.?" Juna sudah berjongkok di depan Jasmine. Perempuan itu terkejut karna tiba-tiba mendengar suara suaminya. Dia membuka mata dan langsung menghapus air matanya.
"Kapan sampai.? Mas Juna mau minum apa.? Biar aku buatkan." Jasmine langsung turun dari ranjang, dia hendak pergi seperti ingin menghindar dari pertanyaan Juna.
"Mau kemana.? Duduk saja disini." Juna menahan tangan Jasmine, lalu mendudukkannya di tepi ranjang, sedangkan dia masih berjongkok.
"Sudah aku bilang jangan menangis lagi. Kamu hanya buang-buang energi. Lebih baik simpan energinya untuk bermain dengan ku." Juna mengulurkan satu tangannya guna mengusap lembut sebelah wajah Jasmine.
Jasmine tersenyum tipis melihat tingkah mesum suaminya. Hanya jarak sepersekian detik, wajah Jasmine berubah sendu lagi. "Aku tidak hamil-hamil." Lirihnya yang merasa tidak berguna sebagai istri karna tak kunjung hamil.
Helaan nafas Juna terdengar berat. Dia kesulitan menumbuhkan rasa kepercayaan diri Jasmine.
"Aku sudah sering bilang padamu, Tuhan akan memberikan kita anak di waktu yang tepat. Kita hanya perlu sabar menunggu, jangan terlalu di pikirkan." Tutur Juna.
"Beberapa bulan lagi akan menjadi anniversary kita yang ke tiga, tapi aku belum jadi istri yang sempurna untuk Mas Juna. Aku minta maaf." Jasmine memalingkan wajah. Dia menahan diri untuk tidak terang-terangan menangis di depan Juna.
"Rahim kamu baik-baik saja, jangan selalu menyalahkan diri sendiri seperti ini." Juna sampai bingung harus bagaimana lagi meyakinkan Jasmine bahwa semua ini bukan salahnya. Dia juga tidak tau kenapa Jasmine berfikir seolah-olah dirinya tidak bisa hamil.
"Aku tidak masalah kalau kita cerai dan Mas Juna kembali pada Vierra. Dia pasti bisa memberikan anak lagi untuk Mas Juna." Jasmine ingin menarik tangannya dari genggaman Juna, tapi di tahan oleh pria itu yang kini menatap tajam.
"Cerai.? Kamu ingin melihatku jadi duda seumur hidup.?" Juna menatap tak habis pikir. Terkadang Jasmine selalu melontarkan kata-kata yang menurutnya tidak masuk akal.
"Jangan bicara aneh-aneh, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan kamu. Aku tidak peduli kita bisa memiliki anak atau tidak, selama aku punya kamu, hidupku sudah bahagia." Juna mengecup punggung tangan Jasmine yang sejak tadi dia genggam tanpa berniat melepaskannya. Dia masih berjongkok di depan Jasmine, mendongak untuk menatap istrinya yang duduk di tepi ranjang.
Jasmine menangis, dia tidak sanggup membendung air matanya karna tersentuh dengan ucapan Juna.
"Sudah aku bilang jangan menangis, lebih baik kita main saja malam ini." Juna mengedipkan sebelah matanya, hal itu membuat Jasmine terkekeh dan tidak tahan untuk mencubit lengan Juna.
"Mesum." Ucapnya.
"Tapi kamu suka.?" Balas Juna. Jasmine ingin mencubit lagi, tapi tangannya di genggam Juna. Kini Jasmine tidak berkutik lagi karna kedua tangannya ada dalam genggaman Juna.
Juna kemudian berdiri.
Cup,,
Dia mendaratkan kecupan singkat di bibir Jasmine, lalu mengukir senyum teduh. "Aku mandi dulu ya. Kamu jangan dulu, kita main sebentar biar kamu seneng." Ledeknya.
"Mas.!" Tegur Jasmine dengan semburat merah di pipinya yang merona.
"Tidak perlu malu sayang, mengaku saja." Goda Juna seraya menggelitik dagu Jasmine dan segera berlalu ke kamar mandi sebelum mendapat cubitan lagi di tangannya.
Jasmine senyum-senyum sendiri melihat punggung suaminya yang hampir menghilang di balik ruangan kamar mandi.
"Sekarang kamu bilang tidak masalah meski aku belum bisa memberi anak, tapi bagaimana setelah 3 atau 5 tahun lagi dan aku masih belum hamil. Apa kamu tidak akan berubah pikiran untuk menceraikan ku.?" Lirih Jasmine dengan perasaan yang berkecambuk.
...******...
"Hoekk,, hoeekk,,,"
Juna terbangun dari tidurnya karna kaget. Dia langsung panik saat mendapati Jasmine tidak ada di sebelahnya. Artinya Jasmine yang sedang muntah-muntah di kamar mandi. Juna melompat turun dari ranjang, dia menghampiri Jasmine dengan wajah paniknya.
"Sayang, kamu sakit.? Ayo ke dokter." Juna dengan sigap mengumpulkan rambut Jasmine yang tergerai gerai untuk di ikat agar tidak terkena muntahan.
Jasmine mencuci wajahnya setelah berkumur. "Aku sebenarnya sudah telat dua minggu, tapi tidak berani testpack." Ujar Jasmine. Dia selalu punya harapan dirinya hamil setiap kali telat datang bulan. Namun harapan itu selalu di sertai dengan rasa takut yang berlebihan. Sebab Jasmine sudah sering melakukan testpack setiap terlambat datang bulan, tapi selalu berakhir kecewa karna hasilnya negatif.
"Lebih baik periksa saja, aku lebih khawatir kamu sakit sayang." Juna merangkul Jasmine keluar dari kamar.
"Kita ke dokter setelah sarapan ya.?" Tawar Juna.
Jasmine menurut, dia tidak berniat membantah karna badannya benar-benar lemas dan sepertinya memang butuh obat.
laki plin plan, bilang ga cinta, tapi masih perhatian
laki gila lu
alasan gugat jelas, kebohongan dlm pernikahan ttg seorg anak...
buang aja laki model juna gt
klo perempuan lama2 bs cinta
klo lelaki dr yg cinta lama2 bs jenuh
apalagi klo dr awal ga cinta...
q penasaran sama kisah Jeny dan Joshua
ternyata si viera selalu komunikasi sama mamah Dewi dulu menghindar dr Juna sekarang mau Deket LG