Bersaing Dengan Masa Lalu

Bersaing Dengan Masa Lalu

Bab 1

Sinar mentari bersinar cerah, secerah hati Jasmine karna semalam dia telah sepakat menjalin hubungan dengan lelaki pujaan hatinya. Gadis berdarah Indonesia dan Inggris itu sanggup bertahan di tengah-tengah sikap Juna yang kaku dan tidak mudah di dekati. Bisa dibilang Jasmine adalah gadis pertama yang mampu meluluhkan hati Juna, meski harus berjuang selama 2 tahun lamanya. Namun Jasmine tak pernah mempersalahkan waktu yang telah dia habiskan untuk berjuang. Sebab itu percaya bahwa usaha tak akan mengkhianati hasil. Sekarang dia mampu membuktikan dengan bisa bersanding di samping Juna sebagai kekasih.

Sudah 4 bulan sejak keduanya resmi menjadi pasangan kekasih. Keduanya semakin intens bertemu. Apalagi jarak kampus Jasmine dengan kantor Juna cukup dekat. Kapanpun Jasmine bisa singgah untuk sekedar menemui Juna dan membawakan makanan.

Walaupun baru 4 bulan menjalin hubungan, tapi sudah ada obrolan tentang pernikahan setiap kali ada acara keluarga. Karna sejak awal mereka memang sudah di jodohkan oleh keluarga kedua belah pihak.

...****...

Duduk di depan meja rias, Jasmine baru saja selesai memoles make up tipis di wajahnya. Rambut panjangnya di biarkan tergerai. Kali ini dia memakai dress selutut bermotif bunga kecil-kecil. Dress itu sangat mendeskripsikan suasana hati Jasmine pagi ini. Penuh bunga, seperti hatinya.

Selesai memastikan penampilannya rapi, Jasmine meraih ponsel di atas meja rias dan mengirimkan pesan pada Juna. Dia memberi tahu Juna jika dia sudah selesai bersiap.

Juna sering mengomel jika disuruh menunggu. Itu sebabnya Jasmine akan menghubungi Juna kalau dia sudah siap. Jadi Juna tidak akan menunggu.

Jasmine keluar kamar dan masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai bawah. Gadis itu menghampiri Mamanya yang sedang merangkai bunga segar ke dalam vas untuk di pajang di beberapa sudut ruang tamu dan ruang keluarga.

"Mamah,," Jasmine menunduk dan memeluk Mamanya dari belakang sofa. Kinanti menoleh kebelakang dengan seulas senyum lebar. Kebahagiaan yang dirasakan oleh putrinya seolah menular padanya. Sejak putrinya menjalani hubungan dengan Juna, Kinanti sering melihat wajah putrinya berseri-seri dan tampak lebih semangat menjalani hari-harinya.

"Mau pergi kemana sayang.?"

"Aku minta jalan-jalan ke pantai. Minggu kemarin Kak Juna sangat sibuk dan tidak punya waktu untukku. Semalam aku sedikit memaksa, tapi Kak Juna tidak keberatan pergi pagi ini." Jasmine menyengir kuda setelah menjelaskan semuanya pada sang Mama.

"Sini, duduk di sebelah Mama." Kinanti menepuk sisi kosong di sampingnya. Jasmine segera pindah dan duduk di sebelah sang Mama.

"Jasmine, apa Juna sering mengeluh setiap kali kamu memaksa atau merengek padanya.?" Kinanti berkata dengan intonasi yang pelan dan lembut.

Putrinya baru 19 tahun, walaupun sudah bukan remaja lagi, namun Kinanti tau betul seperti apa sifat putrinya. Sejak dulu ia dan sang suaminya sangat memanjakan Jasmine. Jadi di usia Jasmine saat ini, putrinya itu belum bisa bersikap dewasa dalam menyikapi beberapa hal. Termasuk dalam menjalani hubungan dengan Juna. Sering kali Jasmine merengek pada Juna, layaknya merengek pada orang tuanya sendiri. Kinanti khawatir Juna merasa risih jika terus-terusan menghadapi sifat kekanakan Jasmine.

Jasmine mengangguk.

"Kadang-kadang. Tapi dari dulu Kak Juna memang seperti itu, dia hanya bercanda saja." Jasmine bisa bicara sesantai itu karna setiap keluhan atau cibiran Juna tak pernah ia ambil hati. Bagi Jasmine, Juna tidak benar-benar serius mengatakannya. Sebab di balik perkataan Juna, pria itu masih tetap menuruti keinginannya.

"Sayang, tapi kita tidak pernah tau isi hati seseorang. Alangkah baiknya kamu belajar dewasa mulai dari sekarang. Ke depan saat kamu dan Juna memutuskan untuk menikah, tidak semua hal bisa disikapi dengan cara merengek. Apalagi hanya di anggap bercanda." Kinanti menasehati putrinya selembut mungkin agar bisa di pahami oleh Jasmine. Sebagai Ibu, dia khawatir putrinya akan kesulitan beradaptasi ketika sudah menikah nanti.

"Iya Mah, Jasmine mengerti. Sebenarnya Jasmine bisa saja bersikap dewasa di depan Kak Juna, tapi kalau tidak merengek dan kekanakan seperti ini, Kak Juna semakin pendiam." Keluhnya.

Sekarang Kinanti tau kenapa putrinya selalu bersikap kekanakan di depan Juna. Jasmine hanya berusaha menarik perhatian Juna yang memang terlalu kaku.

"Mama senang kalau memang kamu bisa bersikap lebih dewasa. Kalau begitu jangan terlalu sering merengek, sesekali kamu harus menunjukkan sisi dewasa agar Juna semakin yakin untuk menjadikan kamu sebagai istrinya. Karna laki-laki juga butuh wanita yang bisa berfikir dewasa."

"Baik Mah, Jasmine mengerti." Jasmine memeluk Kinanti dari samping. Nasehat Mamanya bisa diterima dengan baik tanpa bantahan. Karna 0ada dasarnya Jasmine memang tipikal orang yang penurut dam mudah di arahkan.

...******...

Pandangan Juna lurus ke jalanan. Alih-alih mengajak Jasmine mengobrol, Juna lebih suka fokus menyetir. Terkadang malah menegur Jasmine jika gadis itu sudah terlalu banyak bicara dan membuat telinganya sakit.

Kali ini Jasmine juga tidak banyak bicara. Dia mengunci mulutnya rapat-rapat setelah menanyakan kabar Mama Dewi, lalu menanyakan kesibukan Juna minggu kemarin.

Setelah di nasehati Mamanya beberapa waktu lalu, Jasmine jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa mungkin selama ini Juna tidak suka pada sikapnya.? Jihan sampai menatap lekat-lekat wajah Juna dari samping. Bukannya bertanya langsung, Jasmine malah memendamnya sendiri.

Juna yang merasa di perhatikan oleh Jasmine, langsung menoleh sekilas dengan sebelah alis terangkat.

"Kenapa.?" Tanyanya.

"Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan." Jasmine berucap ragu.

"Aku tidak pernah melarang kamu bertanya." Juna menjawab datar.

"Ya, aku tau. Nanti saja kalau sudah sampai di tujuan."

...******...

"Apa sifatku selama ini membuat Kak Juna tidak nyaman.?"

Di tepi pantai, keduanya duduk bawah pepohonan rindang. Menatap hamparan air laut yang terlihat berwarna biru jernih.

Juna menghentikan ketikan di layar ponselnya. Pria itu selalu sibuk setiap kali pergi berdua dengan Jasmine. Ada saja sesuatu yang dikerjakan oleh Juna. Terkadang menerima telfon, mengecek email dan sebagainya.

"Sifat kamu yang mana.? Yang manja.? Suka merengek.? cerewet dan banyak maunya.?" Terang Juna meng absen satu persatu sifat Jasmine.

Jasmine mendadak bungkam dan sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri. Benarkah dia seperti itu.? Semua yang disebutkan Juna tidak ada baiknya.

"Seburuk itu ya.?" Lirihnya setelah cukup lama terdiam.

"Aku tidak bilang buruk." Sanggah Juna ketika melihat mata jernih Jasmine mulai berkaca-kaca.

"Sama saja. Yang Kak Juna sebutkan tidak ada baik-baiknya." Jasmin menunduk sendu. Mungkin dia memang harus berubah. Tidak perlu melakukan semua itu untuk mendapatkan perhatian Juna. Apalagi Juna memang kaku dan cuek sejak awal.

"Aku belum sarapan, kita cari makan dulu." Juna berdiri dari duduknya, dia mengibaskan pantatnya untuk menyingkirkan pasir yang menempel di celana. Pria itu lantas mengulurkan tangan pada Jasmine untuk membantunya berdiri.

Sebenarnya hubungan mereka terlihat tidak hangat, tapi Jasmine bersikeras ingin hidup bersama Juna.

Terpopuler

Comments

Akbar Razaq

Akbar Razaq

perempuan klo dah bucin jadi bodoh ndak peka.

2024-11-11

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-11-16

0

Ira

Ira

k

2024-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!