Terpaksa Menikahi CEO Lumpuh

"Aku mohon keluar lah."Ucap Kiara takut akan ketahuan oleh Ardan.

"Tidak mau."Ucap Bima terus mempertahankan posisi nya.

"Kau tidak tau beda nya dirimu dengan dirinya, dia suamiku."Batin Kiara benar-benar merasa tidak nyaman.

Baru saja ia merasa tidak nyaman akan perbuatan Ardan kepada nya tadi, kini malah giliran Bima yang menekan nya.

Karena emosi dan cemburu Bima mencoba untuk melakukan apa yang di lakukan Ardan tadi di leher Kiara yang sebelah kanan.

Namun tepat saat itu maid A datang dan mengetuk pintu kamar Kiara.

"Permisi."Ucap maid A sambil mengetuk pintu kamar Kiara.

"Iya bi,ada apa?"Ucap Kiara senang karena ia akhirnya bisa terselamatkan dari Bima dan ia pun mendorong Bima pelan dan bergegas membuka pintu kamar.

Melihat hal itu, Bima pun langsung keluar dari kamar tersebut tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Maid A yang melihat Bima keluar dari kamar Kiara dengan wajah manyun pun merasa kebingungan.

"Ada apa bi?"Tanya Kiara kepada maid A.

"Tuan Ardan ingin nyonya mengantarkan makan malam nya ke kamar nanti."Ucap maid A kepada Kiara.

"Baik bi, jika sudah selesai pangil saja aku, aku mau mandi dulu."Ucap Kiara.

"Siap nyonya."Ucap maid A kepada Kiara.

"Bi, jangan memangil ku nyonya, nanti tuan Bima akan curiga, aku tidak mau kalian mendapatkan hukuman dari mas Ardan karena dia tidak ingin ada yang tau jika aku ini istri nya."Pringat Kiara kepada maid A.

"Baik lah nyonya, aku akan belajar untuk lebih berhati-hati jika ada orang lain aku tidak akan memangil nyonya."Jawab maid A.

"Baik lah terimakasih."Ucap Kiara kepada maid A.

Maid A mengganguk mengerti dan kemudian pergi kembali ke dapur Fila untuk menyelesaikan masakan untuk makan malam.

Sementara itu di kamar Ardan.

"Apa yang di lakukan Bima?"Batin Ardan yang terlihat sudah mandi dan rapi, ia duduk di kursi roda nya.

Ardan kembali melihat layar laptop nya dan melihat apa yang tadi terjadi di kamar Kiara.

"Berani sekali dia."Batin Ardan terlihat mengepal kan tangan menahan emosi.

Namun tidak lama Bima masuk ke dalam kamar Ardan tampa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Ardan menutup laptop nya dan menatap Bima dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau lakukan?"Ucap Bima kepada Ardan.

"Melakukan apa?"Tanya Ardan dingin.

"Bekas ****** itu."Ucap Bima kepada Ardan.

"Hmm."Jawab Ardan lagi.

"Katakan pada ku, mengapa kau menindas nya?"Ucap Bima berdiri dengan memasukkan kedua tangan ke saku celana nya.

"Bukan urusan mu."Ucap Ardan tanpa menatap Bima.

"Jika itu urusan ku bagaimana?"Ucap Bima lagi.

"Kau tidak berhak."Jawab Ardan kembali menatap Bima yang berdiri di depan nya.

"Lalu jika aku tidak berhak, mengapa kau berhak?"Tanya Bima berusaha untuk memelan kan suaranya.

"Karena dia ... dia,"Ucap Ardan terhenti.

Hampir saja Ardan mengatakan hal yang sebenarnya tentang Kiara kepada Bima.

"Dia siapa? Pelayan pribadi mu kan?"Ucap Bima lagi.

"Iya, dan aku berhak melakukan apapun yang ku mau kepada nya, karena aku yang membayar gaji nya."Ucap Ardan.

"Tapi apa kah melecehkan nya itu termasuk pekerjaan nya juga? Sejak kapan kau menjadi laki-laki jahat seperti ini Ardan? Aku tidak melihat dirimu yang dulu."Ucap Bima mulai meluapkan emosi nya.

"Aku yang dulu? Menurut mu,aku yang dulu seperti apa?"Ucap Ardan menangapi Bima tampa emosi.

"Apa kau sendiri lupa bagaimana kau begitu menghormati seorang wanita? Apa kau melupakan nya? Oh iya tunggu, di mana Alina?"Ucap Bima yang baru menyadari jika seperti nya Ardan tidak lagi pernah berhubungan dengan Alina.

"Diam lah,dan keluar dari kamar ku sekarang juga."Ucap Ardan dengan ekspresi wajah yang berubah saat mendengar Bima menyebut nama Alina di depan nya.

"Aku bertanya dengan mu."Ucap Bima marah.

"Keluar!"Teriak Ardan yang berhasil membuat Kiara kaget.

Saat itu Kiara sedang dalam perjalanan menuju kamar Ardan untuk mengantarkan makan malam nya.

Dan ia mendengar kan Ardan dan Bima yang bertengkar, itu membuat nya terdiam dengan kaki gemetar, ia tau hal ini terjadi pasti gara-gara dirinya.

"Oke,aku akan keluar, dan aku akan mencari Alina dan mengatakan kepada nya bagaimana bejat nya dirimu."Ucap Bima kepada Ardan.

"Tau apa kau soal hubungan ku dan Alina! Jangan ikut campur masalah ku! Atau aku tidak akan pernah menganggap mu lagi."Ucap Ardan kepada Bima.

Bima memberhentikan langkah nya yang hendak keluar dari kamar Ardan,dan kembali menatap Ardan.

"Karena terlalu banyak rahasia yang kau sembunyikan dari ku, memaksa aku harus mencari tau nya sendiri."Ucap Bima lagi.

"Karena apa kau melakukan nya? Karena perempuan itu? Dia adalah ****** yang aku pekerja kan untuk merawat ku, dan aku bisa melakukan apapun yang aku mau sesuka hati ku kepada nya, dan kau tidak perlu membawa masalah itu kepada Alina, aku sudah tidak ada hubungannya dengan dia."Ucap Ardan kepada Bima.

"Dan aku baru tau, sekarang kau sangat suka ******."Ucap Bima yang kemudian membuka pintu kamar itu dan berjalan cepat keluar dari kamar tanpa mempedulikan Kiara yang berdiri mematung tak jauh dari depan pintu kamar.

"A-aku, ****** yang di beli?"Lirih Kiara dengan tangan yang erat memegang nampan berisi makanan.

Ardan melihat Kiara yang berdiri di luar kamar, ia tidak menyangka jika Kiara akan mendengar semuanya.

Kiara menahan air mata nya yang hendak jatuh dari mata cantik nya, ia berjalan cepat masuk ke dalam kamar Ardan dan menaruh nampan makanan tersebut.

"Ini makan malam nya tuan."Ucap Kiara menaruh makanan tersebut di atas nakas sampaing tempat tidur Ardan.

Ia pun hendak berjalan kembali keluar dari kamar itu namun ini kali kedua Ardan memegang tangan nya.

"Mau ke mana?"Ucap Ardan Tampa ekspresi.

"Mengerjakan sesuatu."Ucap Kiara melepaskan genggaman tangan Ardan dan berlari keluar dari kamar itu.

Kiara masuk ke dalam kamar nya dan mengunci pintu kamar dari dalam.

"Ya tuhan,kapan semua ini akan berakhir? Aku benar-benar lelah, mengapa mereka selalu menganggap aku ******, aku bahkan tidak pernah melakukan kesalahan apapun kepada mereka."Ucap Kiara di sela-sela tangisan nya.

Kiara mengambil ponsel nya, menatap foto kakak nya.

"Kapan kau akan pulang,kapan kau akan tau bagaimana menderita nya aku? Kapan?!"Ucap nya lagi dan kemudian memeluk erat ponsel nya.

Kiara sangat merindukan kakak nya, yang sekarang masih menjalani wajib militer.

Bersambung ....