menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Raihan menatap tajam pada seseorang yang baru datang.
"untuk apa datang kesini?" tanya Raihan tanpa ekspresi.
"ma-mama hanya ingin meminta maaf kepada Zaifa Rai.." ucap seseorang itu yang tak lain adalah Adrin, mama tirinya.
Adrin melangkah mendekati ranjang Zaifa. Matanya tampak berembun ketika sadar bahwa gadis lembut yang dulu di sakiti nya sekarang tampak ketakutan ketika melihat nya.
"Zaifa.... Maafin Tante" ucap Adrin.
"Tante benar-benar menyesal melakukan hal itu, Tante bo*doh saat itu mendengar hasutan orang lain. Seharus nya saat itu Tante menolong kamu. Tolong maafin Tante Zaifa. Tante benar-benar menyesal... Maafin Tante, maaf" ucap Adrin menangis sesenggukan.
Zaifa terenyuh, ia memilih mengangguk yang berarti ia memaafkan. Mungkin memang takdir hidup nya lah yang harus seperti ini. Namun, disaat ia sudah menemukan keluarga kandung nya kenapa ia harus menyimpan dendam. Bukan kah dendam hanya akan menyakiti diri sendiri.
"aku udah maafin Tante, bagaimana pun saat itu aku memang tak memiliki apapun untuk di jadikan jaminan." ucap Zaifa tenang.
Adrin menggeleng, ia lalu memeluk Zaifa dengan terisak-isak. Wanita yang di sakiti batin nya ternyata begitu baik.
"maafin Tante nak,,,, seharusnya memang saat itu Tante memberikan kamu kesempatan dan memberikan peluang kesuksesan untuk mu agar kamu tidak di jual oleh orang tua mu. tapi Tante begitu egois."
Zaifa melepas pelukan itu kemudian menatap wanita yang menjadi ibu sambung pria nya itu.
"semua sudah berlalu tan, aku udah lupa sama masa itu. Bagaimana pun dari hal itu aku belajar untuk terus menggapai mimpi ku agar menjadi seseorang yang tidak akan berhutang kepada siapapun lagi."
"kau memang anak yang baik. Pantas saja Raihan sangat mencintai mu"
"assalamualaikum...." ucap beberapa orang yang baru saja masuk.
Wajah yang asing membuat mereka yang ada di dalam ruang mengernyit heran. Kecuali Zaifa, Rafli dan Santi.
"wa'alaikum salam " jawab mereka yang ada di dalam ruangan.
"aduh,,, non Rani itu Lo udah pergi ke kota sehari semalem kok ngga ngabarin bibik. bibik khawatir tau non" seru bik Surti yang ikut dalam rombongan itu.
"Rani ngga apa-apa bik"
Bik Surti memeluk erat Rani seperti seorang ibu yang merindukan putri nya.
"kenapa non Rani di rumah sakit? Non Rani sakit apa?"
"Rani cuma kecapekan aja kok bik"
"tunggu. Kok anda memanggil Zaifa dengan Rani?" sela Niken.
"nama Zaifa itu Zaifa Maharani ma, di desa Zaifa biasa di panggil Rani. Lagipula itu nama yang nyaman saat di desa agar mereka mudah memanggil Rani"
Niken pun mengangguk kan kepalanya mengerti.
"mereka ini siapa non?"
Zaifa tersenyum. "ini mama Rani bik, ternyata Rani masih punya keluarga. Dan disana mereka adalah temen-temen Rani saat di kota dulu" jelas Rani.
"owalah, jadi nanti mbak Rani ngga balik ke desa lagi?" tanya seorang bapak yang sejak tadi diam.
"insya Allah, Rani akan sesekali kesana pak. Nanti tolong bapak-bapak dan ibu-ibu pekerja yang lain di kelola sebaik mungkin ya pak kebun dan hasil nya. Nanti bisa minta tolong sama Rafli dan Santi" ucap Rani melirik ke arah dia sejoli itu.
"baik mbak, saya pasti akan kerjakan semaksimal mungkin"
"terima kasih pak"
"jadi, nanti bibik sama siapa dong" ucap bik Surti sedih.
"bibik tinggal di rumah Rani ya, kalo kesepakatan bibik bisa minta tolong Santi buat nemenin. Karena Rani udah ketemu sama mama dan kakak Rani jadi mungkin Rani akan tinggal di sini dan di desa hanya seminggu atau dua Minggu sekali" jelas Rani.
bik Surti menghela nafas. Ia tak ingin egois dengan memaksa Rani tinggal di desa sebab di kota ini Rani sudah menemukan keluarga kandung nya.
"baik lah. Jaga baik-baik diri nona di sini. Jangan kesehatan"
"iya bik"
Mereka pun berpelukan, Niken dan Adrin terharu melihat Rani yang lembut dan dengan gampang memberikan kepercayaan kepada seseorang yang tak pernah mengenyam pendidikan apapun. Namun, bukan kah terkadang seseorang yang tidak berpendidikan akan lebih jujur daripada mereka yang mendapat gelar tinggi.
Setelah berbincang agak lama mereka yang dari desa pun berpamitan pulang, mereka menjenguk Rani sebab pagi tadi mereka mengantar hasil panen kemarin sore ke kota ini. Mereka pun kembali ke desa lagi pada sore hari.
"kita pamit dulu Zai, semoga kamu lekas stabil biar besok bisa nemenin aku" ucap Diva.
"iya. Kamu juga jaga diri jangan begadang inget besok hari penting"
"iya-iya, ya udah bye.... Kita pulang dulu"
Setelah kepergian Diva dan Boby pun Santi dan Rafli berpamitan untuk mencari penginapan.
"kalian ke apartemen ku aja daripada harus nyari hotel" usul Rama yang datang ketika masih ada orang-orang dari desa tadi.
"tapi...."
Santi dan Rafli saling pandang, sedangkan Niel menyikut perut Rama. Bagaimana pun mereka adalah orang desa yang masih sangat menjaga batasan.
"antar mereka ke rumah Tante aja Ram, biar mereka disana. karena Tante sama Niel mau menginap disini"
Rama yang sudah mendapat kode dari Niel pun kemudian mengangguk dan beranjak.
"mobil nya tinggal disini aja. Kalian barang aku"
Santi dan Rafli mengangguk kemudian berlalu setelah berpamitan kepada Zaifa.
"Tante istirahat di bed itu aja. Biar Raihan yang duduk di sini nunggu Zaifa" ucap Raihan berjalan menghampiri sang kekasih yang hendak terlelap.
Niel hanya mencibir ketika mengetahui maksud terselubung Raihan.
"baik lah. Tante seperti nya butuh meluruskan punggung dari tadi duduk terus pegel"
Raihan tersenyum penuh kemenangan melihat Niken mulai membaringkan tubuhnya di bed yang tak jauh dari mereka. Sementara Raihan segera duduk dan memandang wajah cantik Zaifa meskipun masih agak pucat.
"kau keterlaluan" sungut Zaifa.
"ini namanya cinta Zai" balas Raihan mengecup tangan Zaifa.
"jangan kau bermesraan di depan mata ku Rai" celetuk Niel membuat Niken yang belum memejamkan matanya menggeleng kan kepalanya pelan.
"kau mengganggu. tidur lah. Jomblo seperti mu tidak akan paham dengan situasi seperti ini" ejek Raihan.
Niel hanya mengangkat bahu tak acuh kemudian menidurkan tubuhnya di sofa. Ia pun merasa sedikit lelah hari ini.
Setelah memastikan Niel dan Niken tidur Raihan pun menatap lembut Zaifa.
"tidur lah, aku akan menunggu mu"
Zaifa tersenyum, kemudian mencari posisi yang nyaman dan mulai memejamkan matanya. Sementara Raihan menatap wajah kekasih yang perlahan mulai memasuki alam mimpi.
Raihan menopang wajah nya dengan kedua tangan, sungguh ia ingin segera menikahi kekasih nya ini. Agar ia bisa dengan leluasa memeluk dan mengungkung kekasih nya ini...
"aku mencintaimu Zai...." ucap Raihan pelan, mencium kening Zaifa kemudian mulai merebahkan kepalanya di samping tubuh Zaifa.
Sementara Zaifa, entah bermimpi apa, wanita itu tertidur sembari tersenyum begitu manis.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....