Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Terpojok
John mengangguk mantap. "Saya siap, Tuan Zayn. Jika pengalihan ini membuat kami berada di posisi yang lebih kuat untuk melindungi keluarga Mahendra, saya tak akan ragu. Kami tak akan biarkan Brata terus mengendalikan bisnis dan keluarga kami."
Zayn menganggukkan kepala dengan wajah penuh kebijaksanaan. “Saya bisa memahami niat kalian. Keluarga Mahendra selama ini dikenal sebagai keluarga yang menjunjung tinggi integritas. Tapi yang jelas, saat ini, kalian ada di sini karena situasi yang memaksa. Brata adalah sosok yang tidak mudah dihadapi tanpa dukungan yang kuat. Langkah kalian ini sudah tepat. Karena itu, saya akan mempertimbangkan permintaan kalian dengan serius dan memberikan dukungan sepenuh hati. Namun, saya juga ingin memastikan kalian benar-benar siap menghadapi konsekuensi dari keputusan ini.”
Pak Hadi, yang sejak tadi lebih banyak diam mendengarkan dengan saksama, akhirnya berbicara dengan penuh ketegasan, “Kami menyadari langkah ini tidak mudah, Tuan Zayn. Tapi keluarga Mahendra sudah siap untuk segala kemungkinan, selama kita bisa berdiri bersama. Kami percaya dengan bantuan Anda, keluarga kami akan bisa melewati ini.”
Zayn menatap Pak Hadi dengan penuh rasa hormat, tersenyum tipis, menunjukkan rasa puas. Ia memandang mereka satu per satu sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Saya menerima tawaran investasi kalian. Tetapi ada satu hal yang perlu kita sepakati bersama, begitu kita bergerak, kita tidak boleh mundur. Brata tidak akan tinggal diam, dan jika ia mencoba melawan, kita harus bersiap untuk menanggapinya dengan penuh kekuatan. Saya akan memberikan dukungan dari perusahaan kami. Dengan langkah ini, kita tidak hanya mengamankan investasi, tetapi juga mengirimkan pesan tegas kepada Brata. Perjuangan ini bukan sekadar tentang saham, ini tentang integritas dan kepercayaan yang sudah terbangun selama bertahun-tahun."
Zion tersenyum senang. "Terima kasih Tuan, Zayn. Sungguh sebuah keberuntungan bagi kami mendapat dukungan dari Anda."
Zayn tersenyum dan berdiri, menatap mereka semua dengan sikap penuh penghargaan. “Baiklah. Kita sepakat untuk bekerja sama. Mulai sekarang, kita akan bergerak bersama untuk menghadapi Brata dan mengamankan kepentingan keluarga Mahendra. Saya akan memastikan kalian mendapat dukungan penuh dari perusahaan kami.”
Zion, Ello, John, dan Pak Hadi mengangguk dengan perasaan lega. Mereka menandatangani kesepakatan awal, dan pertemuan pun ditutup dengan rasa lega dan tekad yang semakin kuat. Kini mereka siap menghadapi pertempuran yang lebih besar melawan Brata, dengan kekuatan aliansi baru yang akan melindungi keluarga Mahendra dari segala ancaman.
Mereka merasakan harapan baru dengan aliansi yang baru terjalin ini, dan keluar dari ruangan Zayn dengan keyakinan kuat bahwa bantuan ini akan menjadi langkah penting dalam menghadapi Brata yang penuh ambisi dan tipu muslihat.
Usai pertemuan dengan Zayn Nugroho, suasana di antara Zion, Ello, John, dan Pak Hadi terasa jauh lebih tenang. Keempatnya berjalan keluar dari gedung dengan langkah ringan, seolah beban yang mereka pikul selama ini akhirnya mulai terangkat. Udara sore dengan semilir angin terasa menyegarkan, membawa ketenangan setelah tekanan yang mereka alami.
Zion berhenti sejenak, menatap langit seakan mengucap syukur. "Aku benar-benar lega. Kita sudah memilih langkah yang tepat dengan mendatangi Zayn. Cara dia menangani situasi tadi menunjukkan bahwa dia sangat berkompeten," katanya sambil tersenyum tipis.
Ello mengangguk, sorot matanya penuh keyakinan. "Dia bahkan sudah memahami seluk-beluk masalah kita dengan Brata sebelum kita bicarakan sepenuhnya. Zayn tahu apa yang harus dilakukan."
Pak Hadi, yang biasanya pendiam, tak bisa menyembunyikan kelegaan di wajahnya. "Zayn orang yang tepat. Dengan dukungan darinya, kita punya peluang lebih besar untuk menang dari Brata. Keluarga Mahendra dan investasi ini ada di tangan yang kuat sekarang."
John ikut tersenyum, merasakan keyakinan yang sama. "Akhirnya, kita bisa mengambil kembali apa yang sudah seharusnya milik kita. Brata mungkin tak akan mudah menyerah, tapi sekarang kita punya seseorang yang bahkan bisa membuat langkahnya terhenti."
Keempatnya saling bertukar pandang, dipenuhi rasa percaya diri yang baru. Dengan perasaan lega yang menguatkan, mereka yakin bahwa babak baru akan segera dimulai, babak di mana mereka bukan lagi pihak yang harus bertahan, tetapi yang akan menghadapi Brata dengan penuh kekuatan dan strategi.
***
Di ruang kantornya yang sepi, Brata tampak mengerutkan dahi, menatap asistennya yang baru saja selesai melaporkan kabar buruk. Rasa marah bercampur kekecewaan memenuhi dirinya. "Brakk" Tanpa sadar ia menggebrak meja dengan keras, membuat asistennya terkejut.
"Zayn Nugroho?" Brata mengulang nama itu dengan nada penuh frustrasi. Ia merasa terpojok. "Keluarga Mahendra benar-benar bermain berani dengan menggandeng dia. Mereka tahu sekali bahwa Zayn adalah satu-satunya yang bisa membuat kita tak berkutik!"
Asistennya hanya bisa menunduk, tak berani menatap Brata yang tampak begitu gusar. Brata lalu bangkit dari kursinya, mulai berjalan mondar-mandir dengan langkah berat. Baginya, ini adalah pukulan telak. Dalam-dalam ia menyadari bahwa kekuatan mafia yang mendukung keluarga Nugroho jauh lebih besar daripada yang mendukungnya. Keluarga Nugroho bukan sekadar pengusaha besar, mereka punya pengaruh yang jauh lebih mengakar dan sulit dijangkau, bahkan lebih kuat daripada apa yang bisa ditawarkan oleh mafia di pihaknya.
"Ini sudah bukan lagi permainan bisnis biasa," Brata bergumam dengan suara rendah, tetapi penuh emosi. "Dengan Zayn dan keluarganya, aku tak punya cara untuk bisa menang."
Ia memandang ke arah jendela kantornya dengan tatapan penuh frustrasi. Semua rencananya selama ini terasa sia-sia; tak ada strategi yang bisa ia gunakan untuk menghadapi kekuatan sebesar itu. Bahkan jika keluarga Nugroho tak mengerahkan seluruh jaringan mafia mereka, Brata tahu bahwa dirinya tetap tak akan sanggup mengalahkan mereka. Keluarga Nugroho memiliki pengaruh yang lebih luas dan dalam daripada yang bisa ia bayangkan.
Brata mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarahnya. Sementara di benaknya, hanya ada satu pikiran yang terus berulang, bagaimana bisa ia keluar dari situasi yang kini tampak hampir mustahil untuk dimenangkan.
Brata menatap keluar jendela, raut wajahnya penuh dengan kekhawatiran yang jarang terlihat dari seorang pebisnis setegar dirinya. Ia bergumam pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, "Jika keluarga Nugroho benar-benar ikut campur, bisnis gelap kita bisa diungkap. Semua yang kita bangun selama ini… bisa hancur begitu saja."
Asistennya yang mendengar itu tampak terkejut. Dengan ragu, ia bertanya, "Tuan… apa benar keluarga Nugroho punya kekuatan sebesar itu?"
Brata menoleh dengan tatapan dingin namun penuh beban, lalu berkata dengan nada serius, "Lebih dari yang kamu kira. Keluarga Nugroho tak hanya kuat di dunia bisnis, mereka juga punya reputasi tak tertandingi dalam membantu pihak berwajib. Bahkan mafia yang mendukung mereka dikenal kejam dalam menghakimi koruptor dan pebisnis kotor. Mereka tak segan-segan menghancurkan siapa pun yang dianggap melanggar kode etik mereka."
Asistennya menelan ludah, tak menyangka bahaya yang sedang mengintai. Brata mendesah, tatapannya penuh tekanan. "Kita harus bertindak cepat. Hentikan segala aktivitas ilegal. Tutup semua aliran uang yang mencurigakan dan sembunyikan jejak-jejak kita. Jangan sampai kegiatan kita tercium keluarga Nugroho. Kalau sampai mereka mengetahui bisnis gelap kita, bukan hanya harta yang akan hilang… kita bisa terjerat hukum."
Suasana dalam ruangan berubah mencekam. Asistennya mengangguk cepat, mengerti betapa seriusnya perintah itu. Tak ada pilihan lain selain mengikuti perintah Brata untuk menghindari mimpi buruk yang bisa saja terjadi kapan saja.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued