Tak di pandang di tempat iya berada sebelumnya. Namun keberadaannya saat ini mampu membuat orang lain mengejar-ngejarnya. Berawal dari kesalahan orang tua yang membuatnya harus hidup di antara garis kemiskinan. Di hina oleh orang lain dan di rendahkan oleh kekasihnya sendiri.
Tiba-tiba sang kakek datang ketika cucu nya benar-benar dalam himpitan rasa malu dan kesal.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat dan alur cerita itu bukanlah hal yang sebenarnya.
Salam Halu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Turyana affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membungkam Dengan Uang
"Bu Vera, ada keributan di depan pintu masuk." Pelayan wanita yang tadi menyambut Arsa saat ini memanggil Vera sebagai manajer untuk mengatasi keributan ini.
Di sisi lain, Talita yang melihat ini pun merasa khawatir.
"Tidak, tidak mungkin. Apa yang kamu lakukan Arsa? " tanya Talita dengan nada khawatir serta ketakutan. Iya bahkan tidak menyangka kalau Arsa akan menampar wajah seseorang saat ia baru saja masuk. Dia juga tahu kalau ini adalah bar, pasti di tempat itu ada banyak satpam. Talita benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu.
"Jangan khawatir! " Kata Arsa penuh percaya diri.
Dan di saat yang bersamaan, seorang wanita muda dengan make up yang sangat tebal dan pakaian yang terbuka datang mendekat ke arah Arsa. Dia adalah anak dari tetangga Talita, Vera. Wanita itulah yang mengejek Arsa dan Talita di depan rumah Talita beberapa waktu yang lalu. Vera juga mengajak beberapa satpam di belakangnya.
"Siapa yang berani membuat keributan di sini? Siapa yang berani memukul orang di bar ini? " Tanya Vera dengan suara lantang dan bergegas mendekat ke tempat keributan itu terjadi.
"Mrs. Vera, ini dia." Orang laki-laki yang tadi ditampar oleh Arsa menunjuk ke arah Arsa. Vera yang baru saja melihat ke arah Arsa dan Talita langsung mengenali mereka berdua.
"Talita... Apa yang kamu lakukan di sini? Oh ya aku tahu, apa kamu akan bekerja di sini? " Vera melipat kedua tangannya dan berkata mencibir Talita. Dari cara wanita tersebut memandang Arsa dan Talita sudah terlihat bahwa tatapan tersebut adalah tatapan menghina.
"Kalau ke sini mau menghabiskan uang bagaimana? " Jawab Arsa. Alih-alih menjawab pertanyaan Vera, Arsa malah balik bertanya.
"Talita, laki-laki ini pacarmu kan? " Tanya Vera memandang ke arah Talita.
"Iya, aku memang pacarnya. Apa ada masalah? " Tanpa menunggu jawaban Talita, Arsa langsung memeluk Talita. Tubuh Talita tiba-tiba langsung meremang. Dia berdebar-debar tidak karu-karuan. Talita tidak menyangka kalau Arsa tiba-tiba akan memeluknya. Tapi dia pun juga tidak bisa menolak. Talita membiarkan Arsa memeluk dirinya.
"Talita, Kenapa kamu sangat bodoh sehingga kamu bisa tertipu Oleh lelaki miskin yang berpakaian lusuh ini." Vera pun tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Vera Vera... kamu itu nggak usah terlalu peduli dengan siapa Aku berpacaran. Itu semua bukan urusanmu." jawab Talita memberanikan dirinya untuk berkata.
"Itu semua memang bukan urusanku, tapi pacarmu ini sudah memukul seseorang di sini. Itu adalah hal yang berbeda lagi. Karena itu, Apapun yang aku katakan mereka semua akan menurutiku. Kalian berdua harus pergi dari sini. " Vera berkata dengan ekspresi bangga di wajahnya.
"Benarkah seperti itu? " Arsa tersenyum dan berkata dengan nada dingin. Ia pun mengeluarkan sekelompok uang dari dalam tasnya dan menatap pelayan yang tadi ditamparnya.
"Aku akan memberikan uang ini karena aku sudah menampar wajahmu. Apakah uang ini cukup? " Arsa mengambil uang tersebut dan mengibas-ngibaskan di depan pelayan tadi.
"Cukup cukup." Jawab pelayan tersebut dengan mata berbinar. Ada lebih dari 10 juta dalam 1 gepok uang yang di pegang Arsa. Dan uang itu bisa melebihi gajinya selama 1 bulan.
"Kalau aku menamparmu lagi, kamu bisa mendapatkan uang ini secara cuma-cuma." Setelah itu Arsa mengeluarkan 1 gepok lagi.
"Dua tamparan lagi, maka uang ini akan menjadi milikmu, kamu mau atau tidak? " Tanya Arsa.
"Iya.. Iya saya mau tuan." laki-laki itu mengangguk beberapa kali. Tanpa berkata apa-apa, Arsa langsung menghampiri pelayan laki-laki itu. Kemudian tangannya berayun untuk menampar laki-laki tersebut dengan keras. Setelahnya ia melemparkan uang yang dipegangnya itu ke lantai. Dengan cepat pelayan laki-laki itu berjongkok dan dengan tergesa-gesa mengambil uang yang menurutnya sangat banyak itu. Di antara kerumunan yang sangat padat itu, pelayan laki - laki tadi mengambil uang, dia kemudian dengan hormat meminta maaf kepada Arsa.
"Tuan, saya benar-benar tidak tahu diri dan sudah berani merendahkan anda. Saya Gian, dengan tulus meminta maaf kepada anda. Tolong maafkanlah saya." Kata Laki-laki itu dengan membungkuk. Awalnya, laki- laki itu mengira kalau Arsa adalah orang miskin. Tapi Perkiraannya benar-benar meleset saat melihat Arsa yang membuang puluhan juta Kepada orang-orang yang berada di sana. Sehingga mereka semua tidak berani berpikir kalau Arsa adalah orang miskin lagi.
"Kamu..." Arsa langsung mengabaikan pelayan laki-laki tadi. iya berbalik menatap dan menunjuk ke arah Vera lalu tersenyum.
"Hal ini seharusnya tidak melanggar aturan di bar ini kan? " Ucap Arsa di depan Vera. Vera pun hanya bisa terdiam. Dia merasa kesal menahan amarah. Dia tidak menyangka jika Arsa bisa melakukan ini. Di sisi lain, iya merasa sangat terkejut. Dia yang awalnya mengira jika Arsa adalah orang miskin, tapi perkiraannya itu salah besar. Tidak ada orang miskin yang mau membuang-buang uang puluhan juga secara langsung. Arsa pun tersenyum memandang hal ini.
"Aku bertanya kepadamu. Apakah hal seperti ini melanggar aturan bar?"
"Jawab aku! " Arsa tersenyum remeh lalu menegur Vera. Nada biacaranya benar-benar terdengar seperti memprovokasi.
"Aku bertanya, bawahanmu bersedia menderita untuk mendapatkan uang. Apakah hal itu melanggar aturan bar ini? Jawab aku! " Sekali lagi Arsa mengulangi pertanyaannya.
"Tidak juga." Jawab Vera yang terlihat sangat ketakutan. Setelah itu dia tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi.