Princess Pratama

Kendra menggenggam erat tangan Tania. Air mata yang tadinya kering kini mengalir lagi di pelupuk matanya.

Tania menghapusnya. "Sudah.. Jangan menangis. Kamu udah dewasa loh Bang. Masa iya udah besar gini masih nangis sih?" ledek Tania yang membuat Kendra semakin tersedu.

"Abang mohon Hunny.. Tarik kembali ucapan mu. Abang nggak mungkin melepaskan mu begitu saja hanya karena sebuah janji. Abang melakukan ini pun karena kamu. Agar kamu tidak pergi lagi dari hidupku. Sudah cukup penantian ku selama sepuluh tahun ini berada dirumah sakit Uwak Ira. Jangan lagi Hunny.. Abang mohon.." pintanya lagi masih dengan mengiba.

"Dengarkan Tania, Bang Kendra. Selama kamu belum menikahi Ziana karena janji, maka selama itu juga kita bersama. Aku tidak akan pergi kemana pun! Aku tetap di sisi mu. Tetapi ketika kamu mengucapkan ijab atas nama gadis lain yang merupakan sepupu ku sendiri.. Maka aku akan mundur. Ziana yang akan menggantikan posisiku. Ia gadis yang baik kok. Sama sepertiku."

"Nggak. Aku hanya mencintaimu saja. Bukan yang lain Tania!"

"Cinta itu akan hadir karena terbiasa. Walau akan sulit melupakan cinta pertama, tetapi itu lebih baik. Daripada aku harus melihat setiap harinya wajah adikku itu murung karena ku. Karena kamu lebih memilihku dibandingkan dengannya. Aku mengalah karena menyayanginya. Tak apa. Mungkin, dia jodohmu. Dan aku bukanlah jodohmu. Aku hanya sepenggal dari kisah cintamu sebelum kamu mendapatkan jodohmu yang sesungguhnya. Tempat di mana kamu berpulang nantinya."

Kendra lagi dan lagi menggeleng. "Nggak. Aku hanya mau kamu Tania. Bukan yang lain! Posisi kamu tak kan tergantikan dengan yang lain!"

"Bulshit!"

"Tania!"

"Itu bohong Bang Kendra. Untuk sekarang kamu ialah mencintaiku karena dekat dengan ku. Tetapi ketika kalian nantinya bersatu, perlahan tapi pasti namaku yang terukir dihatimu akan terhapus seiring berjalannya waktu. Kamu akan berbalik mencintai Ziana dan meninggalkan aku. Itu yang aku tidak mau. Daripada aku sakit nanti, lebih baik aku sakit sekarang! Dan aku lebih memilih mundur daripada harus makan hati! Rambut sama hitam tapi hati? Siapa yang tahu kan ya?"

Kendra sesegukan, "Jangan bicara seperti itu Hunny.. Jangan tinggalkan aku. Aku mohon.. Tega kah dirimu meninggalkan pemuda cacat mental ini??" pintanya lagi begitu mengiba pada Tania

Tania tersenyum lagi. "Kamu nggak cacat Bang Kendra. Kamu sehat kok. Kamu hanya sedang tertekan karena masalah yang kamu hadapi. Seiring waktu terapi yang aku lakukan, pasti akan menyembuhkan mu. Untuk itu. Sebelum kamu menikahi Ziana, kamu harus siap lahir dan batin dulu. Ayo, kita istirahat. Kamu belum minum obat kan ya dari tadi??" imbuhnya dengan segera menuntun Kendra menuju ke kamar mereka.

"Hunny.."

"Ya?"

"Jangan tinggalkan aku!"

"Nggak akan Bang!"

"Tapi nanti kamu pergi!"

"Aku pergi karena keinginanmu. Jika kamu tidak menginginkan ku pergi, maka aku tidak akan pergi!"

"Beneran?"

"Nggak janji!"

"Hunny.. Do not leave me hunny. Please.."

( Jangan tinggalakan aku, sayang..")

"I Don't Promise!"

( Aku tak janji)

"Hunny!"

"Yes my dear. Is there anything I can help you with?"

( Ya sayang. Ada yang aku bisa bantu?)

"Please.. Jangan tinggalkan Abang, Hunny.. Dengan cara apa lagi aku membujukmu agar kamu tidak meninggalkan ku?"

"Tak ada bang Kendra. Ikuti saja arus air mengalir. Jangan menentangnya. Ya?"

Kendra menggeleng dengan tubuh yang semakin lemah.

Tania segera membaringkannya di ranjang mereka. Ia pun ikut bergabung bersama Kendra yang tidak ingin melepaskannya sedikit pun.

Sementara para orang tua di bawah sana, terdiam membisu setelah mendengar keputusan Tania yang menyakitkan untuknya.

Ia terpaksa berpisah dengan cintanya karena uwaknya yang sudah terikat janji dengan Ummi Kendra dan juga Abinya demi menyelamatkan perusahaannya.