Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
BAB 34
Brian mendekat, kedua tangannya memeluk pinggang Riana dari belakang, menelusupkan wajahnya di area yang ia ingin kan, beberapa ciuman bahkan kecupan mendarat mesra di sana, aroma favoritnya ini memang sungguh menenangkan, seketika sakit kepala dan mual nya reda, kedua lengannya melingkar semakin erat, manakala Riana mulai berontak.
“Diamlah sebentar, Koki rumah ini tidak tahu tentang sandiwara pernikahan kita,” Bisik Brian di tengah aktivitasnya, padahal tak masalah jika koki tak tahu, toh mereka juga tidak punya kewajiban menunjukkan kemesraan di depan koki.
“Aku tidak peduli jika koki tahu,” Riana menjawab tegas.
Brian tersenyum simpul, “masih galak ternyata, jangan berlebihan, nanti kalau cinta gimana?” candaan itu keluar begitu saja dari mulut Brian.
Riana mendelik menatap Brian yang kini ikut duduk di sisi nya, “amit amit … jangan sampai aku jatuh cinta padamu.” jawab Riana ketus, tangannya mengetuk meja beberapa kali, hingga membuat sang koki menoleh.
“Iya nyonya, ada lagi yang lain?” tanya koki pada nyonya muda nya.
“Tidak ada,” jawab Riana dengan menggelengkan kepalanya.
“Selamat pagi tuan muda,” sapa sang koki.
“Hmmm…”
Jawab Brian singkat. “Aku bahkan belum memesan sarapan, kenapa sudah mengolah steak?”
Sang koki tersenyum, “Nyonya sedang ingin sarapan steak tuan,”
Brian terkejut, kemudian kembali menatap Riana yang juga sedang acuh menatap nya.
Brian mengusap perut Riana, “hai sayang, kamu sedang ingin sarapan? apa kamu lapar?”
Koki menghidangkan mashed potato dan salad terlebih dahulu, kentang lembut, bercampur cooking cream dan butter, lengkap dengan taburan parsley segar, harum dan sungguh menggugah selera.
“Tuan, apa anda mau Steak juga? sudah lama sekali anda tidak menyantap steak untuk sarapan.”
“Yah, aku tak bisa menelan apapun di pagi hari sejak istriku mengandung.” jawab Brian apa adanya.
Walau terkejut, karena tuan Robin belum memberikan informasi seputar kehamilan Riana, sang koki tetap berusaha tersenyum, “Bersyukurlah tuan, setidaknya anda bisa berbagi beban dengan nyonya, pasti bayi kalian sangat senang memiliki orang tua yang kompak dan saling mencintai seperti anda berdua.”
Entah kenapa Brian senang mendengar penuturan sang Koki, tapi tidak dengan Riana yang masih terkejut dengan keinginannya kali ini, rupanya sang bayi membuat selera kedua orang tuanya bertukar, biasanya Riana menyukai sarapan dengan sepiring nasi dan rendang buatan mama Nisya, sekarang justru menginginkan steak untuk sarapan, begitupun Brian yang tidak suka nasi, tiba tiba sering menginginkan masakan padang ketika sedang lapar.
“Baiklah, aku juga mau steak nya,” jawab Brian.
Sang koki mengangguk, kemudian mengeluarkan daging yang sudah ia marinasi sebelumnya.
“Benarkah apa yang dikatakan koki?” tanya Riana ketika menyendok mashed potato.
“Kenapa? kamu heran karena selera kita bertukar?”
“Begitulah.”
“Mungkinkah bayi ini menginginkan kita menjadi keluarga sungguhan?”
Riana terdiam, sejujur nya ia belum memiliki gambaran seperti apa kelak masa depannya bersama Brian, dan anak mereka.
“Entah, aku sendiri tak pernah memikirkan hal itu karena sudah jelas tidak akan mungkin.”
“Kenapa tidak mungkin?”
“Karena tak pernah ada cinta diantara kita.”
Brian pun sama bingung nya, ketika membahas kenapa tak pernah ada cinta di hatinya untuk Riana.
Padahal seharusnya tidak sulit menumbuhkan cinta di hati Riana.
‘Ah … Brian, kamu memang pria brengsek sejati, hingga sudah dua kali menikahi wanita yang sama, namun kamu tak pernah berhasil membuatnya mencintaimu’.
Tentu saja kalimat itu hanya terucap di hati Brian.
“Silahkan Nyonya dan Tuan …” sang koki meletak kan dua piring Steak ke hadapan pemilik nya masing masing.
“Medium Rare untuk anda tuan, dan well done untuk anda nyonya …”
“Terima kasih,”
“Terima kasih,”
Ucap Brian dan Riana bersamaan.
Karena terkejut, keduanya bertatapan, “kenapa menatapku, jangan bilang kamu ingin mengatakan kalau kamu jatuh cinta padaku.” Brian kembali ke mode over pe de nya.
Riana tak mengatakan apa apa, ia hanya memalingkan wajah, agar tatapan mereka terputus, kemudian mulai mengangkat pisau dan garpunya, namun ia terkejut, ketika Brian mengambil alih piringnya.
“Hei … itu milikku,” seru Riana.
“Iya, aku tahu,” jawab Brian.
Sang calon daddy itu dengan sabar mengiris Steak di piring Riana, karena sudah terbiasa sarapan dengan Steak, jadi Brian melakukannya dengan cepat tanpa kesulitan, setelah selesai, pria itu mengembalikan piring Riana ke tempat semula.
“Aku bisa melakukannya sendiri, kamu lupa, aku mahir menggunakan pisau?”
“Aku tidak akan pernah lupa sayang, seperti biasa, anggap aku melakukan ini untuk anakku,”
Sayang?
Kata kata ‘sayang’ itu masih terngiang di telinga Riana, hingga membuat Riana membeku, tak juga memulai sarapan, padahal beberapa saat yang lalu ia merasa sangat lapar.
“Buka mulut …” ucap Brian membuyarkan lamunan Riana.
“Aku bisa makan sendiri.”
“Lalu kenapa sejak tadi melamun?” jawab Brian yang masih setia menunggu Riana suka rela membuka mulut. “atau kamu memang lebih suka jika aku menyuapimu.”
Riana yang tak terima segera mengambil alih garpu dari tangan suaminya, kemudian memasukkan potongan steak ke mulutnya.
Brian tersenyum kecil, "setelah ini bersiaplah, ada acara yang harus kita hadiri."
"Bisakah aku bermalas malasan di kamar?" Tanya Riana malas, karena libur seminggu berturut-turut adalah hal yang langka bagi Riana yang selalu berkutat dengan jadwal pasien.
"Sayang nya tidak bisa," jawab Brian singkat.
Riana memanyunkan bibir nya.
"@# $% &%?& @$$ #+() /@ …" entah kalimat apa yang terucap dari bibir mungil nya, karena ia merasa kesal harus melewatkan waktu berharga yang seharusnya ia gunakan untuk bersantai.
"Lucunya kalau sedang cemberut," Gumam Brian pelan, diam diam di tengah kegiatannya mengunyah daging, Brian memperhatikan perubahan mimik wajah Riana yang sedang cemberut sambil mengumpat tidak jelas.
"Selesaikan sarapanmu, aku akan mandi dan bersiap," pamit Brian setelah menghabiskan sarapannya.
Riana menatap punggung suaminya hingga hilang di ujung tangga. "Kesambet jin iprit dimana dia? Kenapa sejak kemarin sikap nya begitu manis? Tapi terserah lah, selama tidak merugikan ku, terserah dia mau ngapain." Gumam Riana cuek, kemudian ia kembali menikmati mashed potato dan salad nya.
"Selamat pagi nyonya …" sebuah suara membuyarkan lamunan Riana.
Riana menoleh dan melihat wanita berpenampilan aduhai, sedang berdiri menatapnya, walau terlihat anggun, entah kenapa Riana merasa jika Grace berpakaian demikian untuk menarik perhatian seseorang.