Marsha Aulia mengira, ia tidak akan pernah bertemu kembali dengan sang mantan kekasih. Namun, takdir berkata lain. Pria yang mengkhianatinya itu, justru kini menjadi atasan di tempatnya bekerja. Gadis berusia 27 tahun itu ingin kembali lari, menjauh seperti yang ia lakukan lima tahun lalu. Namun apa daya, ia terikat dengan kontrak kerja yang tak boleh di langgarnya. Apa yang harus Marsha lakukan? Berpura-pura tidak mengenal pria itu? Atau justru kembali menjalin hubungan saat pria yang telah beristri itu mengatakan jika masih sangat mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Aku Harus Mengundurkan Diri.
Tanpa Rafael dan Aldo sadari, Sandra mendengarkan pembicaraan mereka. Ia yang hendak kembali ke dalam kamar, tanpa sengaja mendengar keributan dari ruang kerja sang suami. Takut terjadi hal buruk, Sandra pun memutuskan untuk mencuri dengar.
“Jadi gadis itu telah kembali dan bekerja di hotel Rafael?” Ucap Sandra pelan. Wanita muda itu tersenyum getir. Ia pun memutar kursi rodanya kembali ke dalam kamar.
“Marsha telah kembali. Kebahagian Rafael telah datang.” Gumamnya pelan.
“Nak Sandra darimana? Bibi khawatir.” Bibi Rita mengambil alih mendorong kursi roda sang majikan. Ia sempat khawatir melihat tidak ada Sandra di dalam kamar, maupun kamar mandi.
“Apa nak Sandra perlu sesuatu?” Tanya bibi Rita sembari membantu Sandra berbaring.
Kepala Sandra menggeleng pelan. “Safa dimana, bi?”
“Sedang bermain bersama Wati, nak. Bibi kira nak Sandra pergi ke ruang bermain.” Bibi Rita menyelimuti kaki Sandra. Ia sudah mengenal wanita muda itu sejak masih berusia kanak-kanak karena sering bermain bersama Rafael.
“Dia sudah kembali, bi.” Ucap Sandra yang membuat bibi Rita tidak mengerti.
“Dia? Siapa?” Tanya wanita paruh baya itu. Ia pun duduk di tepi ranjang.
“Marsha, bi.” Tangan Sandra mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Ia sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Marsha. Cinta pertama sang suami telah kembali.
Tidak ada gadis itu, rumah tangga mereka sangat dingin. Apalagi sekarang, Rafael tahu keberadaan Marsha, mungkin rumah tangga mereka akan karam.
“Nak Sandra tahu darimana?” Tanya bibi Rita.
“Tanpa sengaja tadi aku mendengar ada keributan di ruang kerja Rafael, bi. Dia memukul Aldo karena menyembunyikan keberadaan Marsha yang sekarang bekerja di hotel.” Jelas Sandra sembari mengusap air mata di pipinya.
Haruskah ia bersedih, jika selama ini pun tidak pernah bahagia?
“Nak Sandra tenang dulu. Semuanya pasti akan baik-baik saja.” Bibi Rita menenangkan.
Sandra tersenyum pilu. “Tidak bi. Justru sekarang lah awalnya. Rafael tidak pernah bisa melupakan Marsha. Ada sesuatu pada diri gadis itu, yang tidak aku miliki. Sehingga Rafael tidak akan pernah bisa berpaling hati.”
Bibi Rita tidak dapat menjawab. Ia hanya mampu mengusap lengan Sandra, agar wanita muda itu lebih tenang.
Bagaimana pun juga, bibi Rita tahu apa yang terjadi di antara Rafael dan Marsha saat remaja dulu.
Seharusnya, Rafael bertanggung jawab pada gadis itu setelah mereka melakukan kesalahan. Jika seperti itu, mungkin semuanya tidak akan serumit saat ini.
Kembali ke ruang kerja Rafael.
Suasana kini menjadi hening. Baik Rafael maupun Aldo, tak ada yang berbicara. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Sejak kapan Marsha bekerja di hotel kita?” Tanya Rafael kemudian. Pria itu telah duduk di atas kursi di balik meja kerjanya.
Sementara Aldo masih berdiri, dengan tampilan berantakan. Ada memar di sudut bibir pria itu.
“Aku yakin, kamu pasti sudah menyelidikinya.” Imbuh Rafael lagi.
Aldo menghela nafas pelan. Lalu menjawab secara hati-hati, agar tidak salah bicara lagi.
“Lima tahun, Raf. Dia asisten Chef dari cabang Bali.” Jelas Aldo.
Rafael tersenyum remeh. Sang pujaan hati selama lima tahun bekerja di bawah perusahaannya, tetapi ia sendiri tidak tahu.
“Kirimkan aku data lengkap tentang Marsha.” Perintah Rafael tegas.
“Iya, Raf.”
“Obati dulu bibirmu sebelum pulang.” Rafael berbicara sebelum ia melangkah pergi meninggalkan ruang kerja itu.
Aldo mengangguk. Ia mengikuti langkah sang atasan. Rafael berjalan ke arah tangga menuju kamarnya. Sementara Aldo pergi ke ruang makan untuk mengambil es batu.
\~\~\~\~
Marsha duduk termenung di atas kursi taman yang terletak tidak jauh dari hotel. Memori gadis itu mengulang apa yang ia lihat siang ini di restoran.
Saat sedang menyajikan makanan, telinga wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu tanpa sengaja mendengar suara tangisan balita. Ia pun seketika menoleh ke arah restoran.
Ia melihat Aldo menggendong seorang anak kecil perempuan, kemudian menyerahkan kepada pria lainnya. Jantung Marsha seketika berdetak kencang. Gadis itu seperti mengenali postur tubuh pria yang berjalan menuju pintu keluar sembari menggendong balita itu.
Apa pria itu memang benar Rafael seperti dugaan Marsha?
Rasa penasaran membuat gadis itu bertanya pada rekan kerja yang lebih dulu bekerja di restoran itu.
“Oh, tadi itu Big bos sama putrinya, Sha.”
Yang artinya, pria itu adalah pemilik hotel tempat Marsha bekerja. Hendak bertanya lebih lanjut, pesanan makan siang memenuhi meja dapur. Sehingga membuat ia harus fokus pada pekerjaannya.
The Harmony of Jakarta.
Marsha mengetik nama hotel tempatnya bekerja pada mesin pencarian di internet. Sungguh ia sangat penasaran. Apalagi melihat Aldo disana. Gadis itu teringat ucapan Chef Robby yang mengatakan jika Aldo adalah teman baik dari pemilik hotel.
“The Harmony of Jakarta, a Luxury Hotel by Haditama Group.”
Deg!!
Haditama Group.
Ponsel Marsha jatuh perlahan di atas pangkuannya. Haditama. Itu adalah nama belakang dari sang mantan kekasih.
Kepala Marsha menggeleng pelan. Bisa saja, Haditama yang lain. Nama itu, bukan hanya milik satu keluarga ‘kan?
Ia dengan cepat mengetik nama Haditama group di laman pencarian. Beberapa detik kemudian muncul artikel yang berkaitan dengan nama itu.
“Haditama Group, berdiri sepuluh tahun lalu, di Yogyakarta. Namun, semenjak sang pendiri— bapak Haditama meninggal dunia, setahun silam. Sang pewaris, Rafael Haditama memindahkan pusat Haditama Group ke ibukota Jakarta.”
Marsha mengatupkan bibirnya seketika. Lima tahun bekerja di The Harmony of Bali—nama hotel cabang di pulau dewata, bagaimana bisa ia tidak tahu menahu perihal Management hotel itu.
“Tidak. Ini tidak benar. Aku harus mengundurkan diri.”
Cepat atau lambat, Rafael pasti akan mengetahui keberadaan Marsha. Sebelum itu terjadi, ia harus pergi terlebih dulu.