Irene, seorang gadis cantik yang gampang disukai pria manapun, tak sengaja bertemu Axelle, pria sederhana yang cukup dihindari orang-orang, entah karna apa. Sikapnya yang dingin dan tak tersentuh, membuat Irene tak bisa menahan diri untuk tak mendekatinya.
Axelle yang tak pernah didekati siapapun, langsung memiliki pikiran bahwa gadis ini memiliki tujuan tertentu, seperti mempermainkannya. Axelle berusaha untuk menghindarinya jika bertemu, menjauhinya seolah dia serangga, mendorongnya menjauh seolah dia orang jahat. Namun anehnya, gadis ini tak sekalipun marah. Dia terus mendekat, seolah tak ada yang bisa didekati selain dirinya.
Akankah Irene berhasil meluluhkan Axelle? Atau malah Axelle yang berhasil mengusir Irene untuk menjauh darinya? Atau bahkan keduanya memutuskan untuk melakukannya bersama setelah apa yang mereka lalui?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nightmare
"Axelle..."
"Axelle, tolong..."
"Axelle, tolongin gw..."
"Axelle!!"
Axelle membuka matanya, keringat membasahi tubuhnya. Ia menatap Irene yang sedari tadi berusaha membangunkannya, Irene menatapnya bingung.
"Hei!! Loe baik-baik aja?" Tanya Irene, khawatir.
Axelle tiba-tiba memeluk Irene, membuat Irene berbaring diatas dada Axelle. "Tolong..."
"Ha?"
Axelle memeluk Irene dengan erat, membuat Irene sulit melepaskan diri. Irene akhirnya diam, ia memilih mengalah, ia memilih berbaring disamping Axelle sambil menepuk pundak Axelle.
"Loe bakal baik-baik aja, loe gak perlu takut..."
Axelle memeluk erat tubuh Irene, seolah tak ada kesempatan untuk memeluknya lagi. Irene menghela nafas, sepertinya ia harus berada di posisi itu sampai pagi.
***
Axelle mengerjapkan matanya, sudah lama ia tak tidur nyenyak seperti semalam. Ia membuka matanya, sepertinya ada yang salah.
"Wahhh, akhirnya bangun juga..."
"John, ngapain loe disini?"
Betapa kagetnya Axelle, saat ia melihat John, temannya, tengah tidur di atas kasur sambil menatapnya, lebih tepatnya menatap dirinya dan Irene yang tengah terlelap di lantai hanya beralaskan selimut.
"Hush!! Ntar pacar loe bangun..."
John mengedipkan matanya sambil menunjuk Irene yang bersembunyi dibalik dada Axelle, membuat Axelle kaget dengan tingkah gadis ini. Sejak kapan Irene tidur bersamanya disini?
"Udah berani ya loe bawa cewek ke apartemen? Dan lagi, kenapa kalian tidur disitu? Disini lebih enak, lebih hangat!!"
"Diem loe!! Sana keluar!!"
"Sayang banget ya, bajunya ternyata masih utuh. Irene cantik lho!! Kalo gak mau, buat gw aja!!"
"John, keluar!! Kepala gw pusing, keluar dulu sana!!"
"Keliatannya tidur loe lumayan nyenyak ya, mengingat jarang banget loe bangun siang..."
"Loe bisa bikin dia bangun!! Keluar, gak loe?"
"Iya, gw keluar, gak sabaran banget sihh..."
Saat John sudah menutup pintu, Axelle menghela nafas kasar. Ia melihat ponselnya, sudah siang rupanya. Axelle melepaskan pelukannya perlahan, membuat Irene menggeliat, tapi tak bangun sama sekali.
"Sejak kapan loe... Ah, semalam... Aishh, shit!! Kenapa gw secengeng itu di depan dia? Kenapa gw harus mimpi itu semalam?!" Gumamnya sambil mengacak rambutnya, ia menatap Irene yang masih tak terganggu. "Apa yang harus gw omongin ke dia nanti?"
***
"Loe makan apaan, John?" Tanya Axelle, saat melihat temannya itu tengah asyik melahap sesuatu sambil menonton TV.
"Gw nemu ini di atas meja, jadi gw makan." Ujar John, innocent.
"Ya!! Itu punya Irene, kok loe makan?" Ujar Axelle, kesal.
"Hmm, beliin lagilah, uang loe kan banyak. Lagian loe gak pengap disini, loe pasti mampu beli apartemen yang lebih besar." Ujar John, lagi.
"Gw gak mau menarik perhatian mereka, lagian mereka taunya Winter itu cowok indo miskin." Ujar Axelle, pelan.
"Masih dipake aja tuh nama, bukannya kata loe kekanakan?" Tanya John, membuat Axelle bungkam. "Ah, maaf!!" Ujarnya, kemudian.
"Mereka masih gak tau nama asli gw, kan?" Ujar Axelle, ia beranjak dari duduknya. Ia mengambil kopi, lalu menyeduhnya.
"Gak makan loe? Ramennya masih banyak lho, dia kayaknya mau nyetok..."
"Berhenti sentuh makanan dia, ishh..." Ujar Axelle, galak.
"Ckkk, minta satu-dua gak papa kali." Ujar John, pelan.
Pintu kamar itu terbuka, membuat kedua pria itu menoleh ke arah yang sama. Mereka berdua terdiam, kala melihat Irene tengah mengeringkan rambutnya.
"Dia bidadari, bukan sih?" Celetuk John, membuat Axelle segera meraih kesadarannya. Ia kembali sibuk dengan kopinya, sedangkan Irene kaget melihat ada pria lain bersama Axelle.
"Oh ya, kenalin, dia John, temen gw. John, dia Irene... Entah dia siapa gw, gw juga bingung." Ujar Axelle, datar.
"Hei!! Ke cewek cantik itu gak boleh bersikap kurang-ajar, seenggaknya loe ngakuin sesuatu..."
"Sesuatu? Sesuatu apaan?"
"Kalian sama-sama keramas pagi ini, gw jadi penasaran, apa yang terjadi di saat hujan semalam ya?"
"Loe ngomong apaan, Bego?!" Teriak Axelle, wajahnya memerah, begitu pun Irene. "Kita gak ngelakuin apa-apa, sialan!!"
"Sans, Pak, galak bener." Ujar John, tertawa puas bisa menggoda mereka berdua. "Btw, cantik, gw ambil ramen loe satu ya?" Ujarnya, enteng sekali.
"Udah dimakan, mana bisa diambil balik..." Ujar Axelle, membuat John terkekeh pelan.
"Loe gak makan, Al?" Tanya Irene, menyadari Axelle hanya minum kopi yang baru diseduhnya.
"Nggak..." Jawab Axelle, singkat.
"Heh!! Makan, jangan minum kopi." Teriak Irene, membuat John kaget dan hampir menyemburkan makanannya. Irene segera berjalan menuju dapur, lalu mencari makanan. "Kosong... Cuman ada sereal dan... Masih bagus kok susunya."
"Sejak kapan benda-benda kayak gitu ada disini?" Tanya Axelle, seingatnya ia tak pernah membeli susu dan sereal.
"Gw, inget kita belanja akhir pekan kemarin..." Ujar John, membuat Axelle ingin sekali memukulnya.
"Udah pake duit gw, loe makan semuanya lagi..."
"Masih baru kok, gw kan beli dua..."
"Sialan!!"
Irene menuangkan sereal dan susu ke dalam mangkuk, lalu menyodorkannya pada Axelle. "Makan!!"
"Gw mual kalo makan jam segini, minum kopi udah cukup." Ujar Axelle, datar. Ia meminum kopinya lagi, tapi Irene merebut cangkir itu. "Hei!! Panas!!"
"Makan, sebelum dingin!!" Ujar Irene, tak terbantahkan. "Lagian kopi gak baik buat lambung, loe harus makan biar gak kurus kayak gitu." Ujarnya, lagi.
"Ya!! Sejak kapan gw izinin loe buat ngatur-ngatur hidup gw? Ini hidup gw, terserah gw mau ngapain..." Teriak Axelle, sepertinya kesabarannya itu berbatas.
"Ya!! Kalo loe gak bisa jaga diri loe sendiri, terus siapa lagi? Gw khawatir sama hidup loe, makanya gw suruh..."
"Gw gak butuh perhatian dari loe!!" Teriak Axelle, kesal. "Asal loe tau, gw udah capek sama hidup gw sendiri, loe lebih mempersulit kehidupan gw kalo mereka ngeliat loe semalam."
Irene terdiam, ia menatap Axelle tajam. "Gw juga gak tau kejadiannya bakal kayak gini, maaf..." Ujarnya, pelan. Ia menunduk, lalu berjalan pergi, meninggalkan Axelle dan John yang hanya diam melihat mereka sedari tadi.
Brak!!
Pintu dibanting, Axelle mengambil kopinya kembali.
"Loe gak ngerasa keterlaluan?"
"Diam!!"
"Loe gak ngejar dia? Dia gak tau daerah ini lho, kayaknya."
Axelle hanya diam, membuat John memilih bungkam.
"Apaan sih? Orang nyuruh makan doang, kenapa pake ngebentak? Kenapa juga gw harus ngikutin dia sampe sini? Aishh, gak ada petunjuk ya daerah mana ini?"
Irene merogoh saku celana pendek yang ia pakai, seingatnya ia membawa dompetnya disana. "Lho, kok gak ada? Apa jatuh di rumah Axelle ya?? Atau di kantong plastik yang gw bawa? Nggak mungkin deh, tapi..."
"Permisi, anda Nona Bae Joohyun?"