NovelToon NovelToon
Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Menjadi bayi
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

Di khianati dan terbunuh oleh orang yang dia cintai, Nada hidup kembali di tubuh seorang gadis kecil yang lemah. Dia terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa?

"Kakak, tolong balaskan dendam ku." Pinta gadis kecil yang namanya hampir sama dengan Nada.

"Hah!! Gimana caranya gue balas dendam? tubuh gue aja lemah kayak gini."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.18

Setelah makan siang bersama kedua orang tuanya, Samudra kembali ke ruang kerja sementara Ayahnya mengantar Ibunya pulang. 

"Halo, bagaimana?" tanya Samudra, saat dia akan mengerjakan pekerjaannya.

"Barang bukti sudah tidak ada ditempat, bos. Yang ada hanya tas saja, juga barang milik sahabat Nona Nada." Beritahu mata-mata.

"Bagaimana bisa tidak, ada? Sementara lantai tersebut kosong." Marah Samudra tertahan, dia sangat bodoh saat dulu tidak datang ke unit dimana Nada ditemukan.

Dia lebih memilih pergi untuk menghilangkan kesedihannya, padahal dulu Embun pernah berkata bahwa masih ada barang milik Nada. Namun, dia malah mengabaikan Embun. Dan kini hanya penyesalan yang dia dapat.

"Kata orang-orang, beberapa hari yang lalu sempat ada anak kecil yang masuk ke unit tersebut. Bos, namun kata mereka anak itu salah lantai. Mereka pun tidak peduli."

"Anak kecil." Gumam Samudra, seketika dia ingat anak yang bernama Kara yang sering didatangi Nada.

"Cari anak itu sampai dapat, secepatnya!"

"Baik bos."

Samudra mematikan sambungan panggilannya, dan memejamkan mata. Jika terbukti ucapan Kara benar, maka dia harus membantu Kara.

****

Sementara itu Kara sudah siap dengan dress berwarna merah muda, dalam ingatan Kara dress tersebut adalah hadiah ulang tahun dari Evelin. 

Sementara Evelin dia memakai kemeja berwarna hitam, dengan bawahan bahan kain warna senada tak lupa dia memakai riasan tipis agar tak terlalu pucat.

Hari ini mereka akan melakukan me time, untuk pertama kalinya Evelin dan Kara menghabiskan waktu berdua.

"Kalian mau, kemana?" tanya Alfa, yang sedang duduk bersantai di teras.

"Kepo." Sahut Kara.

"Sayang." Tegur Evelin, membuat Kara memelas meminta maaf.

"Kita mau makan malam di luar, aku sudah siapkan makan malam buat kamu." Jawab Evelin, tak ada lagi nada lembut pada Alfa.

"Makan malam? Kalian gak ngajakin aku?" 

"Engga, Om gak ada duit. Mama hanya mampu bayarin buat berdua, makanya kerja biar punya duit. Bukan hanya numpang aja," cibir Kara.

"Kau bocah ..."

"Cukup Alfa, apa yang dikatakan Kara benar. Seharusnya kamu kerja, bukan hanya mengandalkan gaji aku saja. Kamu lelaki, yang katanya akan jadi kepala keluarga. Tapi apa? Kamu hanya duduk bermain gak jelas," sambar Evelin, kini dia mulai tegas. Kara yang mendengar jawaban dari Evelin tersenyum senang, dia menatap Alfa dengan senyum mengejek.

"Ayo Ma, mobilnya sudah datang. Biarin aja Om Alfa, toh udah ada makanan ini." Kara menarik Evelin, beruntung mobil yang dipesan sudah datang.

Alfa menatap kepergian Kara dan Evelin, dia menendang kursi plastik yang ada di sampingnya.

"Sial!" 

"Gue harus melakukan sesuatu." 

**** 

Kara menatap Evelin dan tersenyum, dia sangat bahagia bisa jalan berdua bersama Evelin.

"Kara pasti senang." Gumam Nada, dia pun tersenyum dalam hati. Karena reaksi tubuhnya tak biasa, dia tahu jika tubuh Kara sedih dan senang.

Saat ini terkadang Kara masih muncul, saat dia bermain bersama Hana jadi di tubuh Kara ada jiwa Nada dan Kara. Nada, tidak pernah mempermasalahkan itu justru dia hanya diam. Jika jiwa Kara yang muncul.

Nada yang ada dalam tubuh Kara, tiba-tiba kembali memikirkan apakah nanti akan kembali? Pertanyaan itu, selalu saja hadir dalam pikirannya.

"Nanti, jika aku pergi aku akan ke makam Mama dan Papa. Lalu bertemu Bunda Kasih, Bunda Tari dan Mbak Aida. Tentu saja Embun, aku akan berpisah dengan baik. Ya jika aku keluar dari tubuh Kara itu pun."

Evelin memperhatikan Kara yang menghela nafas dengan pelan.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Evelin.

"Aku gak papa, Ma." Balas Kara.

"Mama." Panggil Kara, setelah lama hening menyelimuti mereka berdua.

"Kenapa?"

"Bagaimana jika yang ada di tubuhku, bukan aku?" tanya Kara menatap Evelin, membuat Evelin mengerutkan kening. Dia bertanya dalam hati, kenapa Kara bertanya seperti itu?

"Kok ngomong gitu sih, memang siapa yang masuk ke tubuh kamu?"

"Ada lah, seseorang tapi aku yakin Mama gak akan percaya kalau aku jelaskan." Jawab Kara, Evelin menatap Kara dengan intens.

"Ma, jika aku yang mengalah maka Mama ikhlaskan aku. Dan harus menerima Kak Nada dengan baik," lirih Kara secara tiba-tiba.

"Kara." Bentak Evelin.

"Jangan bicara yang aneh-aneh, kamu tetap Kara anak Mama. Bukan yang lain," jelas Evelin matanya memanas, Kara adalah anak satu-satunya. Walau dulu dia sempat tak menginginkan sang anak, Kara menunduk tidak ada lagi obrolan di antara mereka. Kara dan Evelin, larut dalam lamunan masing-masing.

Tiga puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di salah satu resto ternama. Dimana dulu resto tersebut Evelin datangi saat dia hamil Kara.

"Terima kasih, Pak." Ucap Evelin, saat turun dari mobil.

"Sama-sama."

Evelin menggandeng Kara, dan tersenyum pada sang anak. Untuk sejenak dia akan melupakan perkataan Kara di mobil.

"Dulu, saat Mama hamil kamu. Mama ngidam makan lobster disini dan Papa mu memberikannya," kekeh Evelin, mengenang masa lalu.

Kara hanya tersenyum, dia mengikuti Evelin ke salah satu meja ujung dekat dengan jendela yang menghadap keluar. Dia bisa melihat orang-orang dari dalam, tapi orang-orang tidak bisa.

"Ayo kamu mau pesan, apa? Mama yang traktir."

Evelin menatap buku menu di hadapannya, dia lupa bahwa anaknya belum terlalu lancar membaca. Namun, Evelin terkejut saat Kara menyebutkan menu favorit Kara.

"Aku pesan steak dan nasi goreng seafood, minumnya es teh dan dessert nya aku mau choco cake dan smoothies." Kata Kara.

Pelayan tersebut mencatat dan menanyakan pesanan Evelin, setelah mencatat pesanan Evelin pelayan pun pamit.

"Kamu bisa baca dengan lancar, Kara?" tanya Evelin, dia juga baru sadar bicara Kara lancar.

"Iya, Mama. Aku bisa semuanya," balas Kara tersenyum penuh arti.

"Siapa yang mengajari, Kara?"

"Aku belajar sendiri, Ma." 

"Mama kira, Jayden."

Senyum Kara langsung luntur, saat Evelin membalas Jayden.

"Sudahlah, Ma jangan bahasa Abang Jay. Ini waktu kita berdua!" ucap Kara dengan tegas.

Evelin pun mengangguk dan tak bertanya lagi, tatapan Kara tertuju pada mesin atm yang tak jauh dari resto.

"Ma aku ke toilet sebentar, ya!" pamit Kara.

"Mau, Mama antar?" tanya Evelin.

"Gak usah, Ma. Aku kan udah gede udah berani." Kara tersenyum meyakinkan.

"Baiklah, anak Mama memang sudah besar." goda Evelin, mengacak rambut Kara membuat sang anak cemberut.

"Mama, jangan acak rambut aku." Rengek Kara.

"Iya, iya. Maaf ya!"

Evelin tertawa, memperhatikan Kara yang mengomel dengan pelan.

"Kara, Kara."

Setibanya di mesin atm, Kara menarik nafas dan mengeluarkannya dengan pelan. Ada sedikit keraguan, untuk mengambil uang karena dia butuh untuk membuktikan kejahatan Rowman.

Beruntung Kara bisa menjangkau angka, jarinya sangat lincah menekan password. Dan terbuka, Kara bersorak dalam hati karena kartunya masih bisa digunakan dan belum di blokir oleh Samudra atau Rowman.

"Saldonya masih sama, aku akan mengambil sebagian. Lalu besoknya aku akan mengambil lagi," gumam Kara, setelah melihat saldo kartu miliknya.

Dan tanpa Kara sadari, notifikasi tersebut masuk pada ponsel asisten Rowman. 

Mata Hendra membulat sempurna, saat notifikasi penarikan uang sebanyak tiga kali masuk pada ponselnya. Dengan cepat dia menghubungi Rowman.

"Tuan ada notifikasi masuk, dari kartu milik Nona Nada." Beritahu Hendra.

Bersambung ...

Maaf typo, komen guysss

1
AriNovani
Yang baru baca tolong jangan di skip ya!! soalnya ngaruh ke pendapatan kalo di skip, ya aku gk bayaran 😢
Diah Susanti
kirain udah SMP karena di bab sebelumnya disebut gadis kecil diduga kena pelecehan, ternyata masih balita. miris banget nasibnya, sampai meninggal dianiaya pacar ibunya
Epi Widayanti
lanjut 💪💪💪
Mochi 🐣
Lanjut /Determined//Determined//Determined/
Anonymous
semangat nulis/Determined/
AriNovani: /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
Epi Widayanti
semangat Kara kamu pasti bisa /Determined//Determined/
Epi Widayanti
lanjut /Heart//Heart/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart/
AriNovani
luar biasa
Mochi 🐣
lanjut
Margaretha Indrayani
lanjut thor
pecinta dunia fantasi
hai kak,aq pendatang baru 🥰
Epi Widayanti
next
Mochi 🐣
Lanjut /Heart//Heart/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
Mochi 🐣
Bagus 💙💙💙
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!