Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Tiga paruh baya itu akhirnya sampai di ruangan yang di katakan Giska dan Mika. Yuni membukanya terlebih dulu sembari senyum-senyum, berharap sekali tengah memergoki sang anak dan menantu yang tengah melepas rindu. Tapi sayang, apa yang dia lihat membuatnya diam tak bergerak, di tengah-tengah pintu yang terbuka.
"Kok berhenti, Ma," ucap Reno yang sudah siap-siap untuk masuk.
"Assalamu'alaikum," sapa Yuni tak menjawab pertanyaan sang suami. Ia lalu melangkahkan kaki ke dalam begitu juga dua orang di belakangnya.
"Wa'alaikumsallam," jawab Malik dan Sarah hampir bersamaan. Lelaki itu langsung menampakan wajah bahagia saat kedatangan sang mama, papa juga bunda. Ia lantas menyalami tangan mama Yuni yang sudah sampai di sisi ranjang. Lelaki itu memanjangkan lehernya mencari keberadaan seseorang yang sangat di harapkan untuk datang.
"Bagaimana kamu, Lik?" tanya Anugrah saat tengah bergantian dengan Yuni, mendekat ke arah Malik.
"Sudah baikan Bund. Mmm, apa Giska nggak ikut, Bund?" tanyanya dengan senyum kaku.
Sarah yang di sana hanya bisa menunduk, ia tak bisa mendekat takut akan penolakan jika dia yang bukan siapa-siapa dari keluarga Malik, tiba-tiba mendekatkan diri.
Seketika, sesaat setelah pertanyaan Malik tiga manusia paruh baya itu saling pandang.
"Dia paling duluan, loh," ucap Anugrah. "Apa, nyasar?" tanyanya.
"Mmm, maaf Tante. Apa, Giska kira-kira sudah lama sampainya?" Sarah mencoba bertanya.
Anugrah melihat ke arah Sarah, ia tersenyum. "Sudah, Nak. Harusnya sudah duduk santai di sini," jawabnya.
"Apa, boleh saya mencari. Saya takut Giska tidak jadi ke sini lantaran ada saya," ucap Sarah lagi.
Anugrah mendekat, "kenapa kamu di sini? Mmm, maksudnya, bukankah kamu memiliki bayi."
Sarah mengangguk, "Shaki saya titipkan dengan Mika, maaf. Saya hanya khawatir dengan Malik, saya tidak bermaksud apa-apa," ucapnya.
"Pulanglah, kasihan putramu. Malik sudah banyak yang menunggu," ucap Yuni yang mendekat ke arah Sarah. "Saya mamanya Malik dan Mika, dia ini bundanya," sambung Yuni mengenalkan dirinya dan Anugrah.
"Iya, saya permisi kalau gitu, Tante," Sarah mencoba mengulurkan tangan dan tentu saja di sambut baik oleh Anugrah dan Yuni.
"Hati-hati," ucap Anugrah. Sarah hanya mengangguk. Ia bahkan keluar tanpa pamit pada Malik dan Reno. Karena raut wajah Reno seperti tak suka pada dirinya.
Setelah Sarah keluar, Reno mendekat dan meninju pelan lengan sang putra. "Sudah sembuh 'kan?"
Malik bukan menjawab, lelaki itu malah menangis.
"Hei, anak laki kok cengeng." Reno menarik tubuh sang putra ke dalam dekapannya.
"Apa aku gagal, Pa?" tanya Malik di dalam dekapan sang ayah.
"Berhasil dong, anak Papa jelas berhasil," ucap Reno yang juga tak kuasa jika tak mengeluarkan air mata. Begitupun dua perempuan yang ada di sisi lainnya, sama-sama mengusap sudut matanya.
"Jadi, Giska ikut, Pa?" tanya Malik lagi, setelah pelukan terurai.
Reno tertawa lirih, "sudahlah. Sama itu saja, cantik," katanya menggoda sang putra.
"Pa, nggak lucu," ucap Malik kesal.
Anugrah tersenyum, "Siap-siap saja Lik, Giska pergi. Kayaknya dia nggak masuk karena lihat kamu sama dia," ucapan bunda menghadirkan helaan napas sesal dari Malik.
"Aku pengin nyari dia, Pa," katanya.
"Sok, jagoan. Wajah masih pucat, Papa yakin jalan juga belum kuat kamu. Sudah biarkan dulu, nanti biar kita para orangtua yang nyari. Tapi, nanti kalau nggak mau ketemu kamu jangan kesel ya."
Papa Reno semakin membuat wajah Malik ketakutan. Sudah begitu lama ia menunggu ini, sampai sakit dan tidak mengurus badan. Lalu hanya dengan melihat dia dan Sarah sang istri jadi tak mau melanjutkan perjalanan pernikahan mereka, sungguh menurutnya ini benar-benar tidak adil.
"Sudah jangan di goda terus, Ren," ucap Anugrah.
Sebagai seorang ibu dari anak gadis, ia jelas tahu kalau sang putri jelas sakit hati kembali saat mendapati sang suami berada dalam satu ruangan dengan perempuan lain. Apalagi ia tak tahu, seperti apa saat Giska yang melihat, sampai tak menampakkan dirinya di sana.
Dalam hati orang tua itu hanya berharap, semoga Giska hanya salah paham. Tidak sampai kabur ke Desa kembali dan menyelesaikan segalanya hanya karena salah paham.
...💮💮💮...
Sementara itu, Sarah tak langsung pulang. Ia mencoba mencari keberadaan Giska. Setiap yang ia lihat wanita bercadar ia amati baik-baik, karena ia tak terlalu paham dengan postur tubuh Giska.
Sampai di mana ia mendapati gadis bercadar yang duduk sendirian do taman yang terletak lumayan jauh dari ruangan Malik. Dengan langkah pelan dan ragu, Sarah mendekat.
"Maaf, Mbak. Boleh ikut duduk di sini," ucap Sarah meminta Izin.
"Silakan," jawab gadis itu.
"Kenapa sendirian?" tanya Sarah.
Giska mengerutkan kening, lantas menoleh ke arah wanita yang bertanya di sebelahnya. Setelah mengetahui siapa orang itu, ia hanya bisa mengembuskan napas kasar.
"Karena untuk bersama, aku sudah tak punya kawan," jawab Giska.
Sarah menelan ludahnya dengan susah payah. Ia pikir, Giska adalah wanita yang lemah lembut ternyata begitu ketus. "Mmmm, kadang apa yang kita lihat tak seperti kenyataannya loh," ucap perempuan itu lagi.
"Oh, ya?" tanya Giska. "Kalau ternyata mata lebih jeli untuk menilai, bagaimana," sambungnya.
"Giska, aku tahu apa yang kamu maksud. Maaf, kalau kedatangan aku menemui Malik membuatmu salah paham. Aku hanya sedikit khawatir padanya, tidak ada rasa lain atau maksud lain," ucap Sarah mencoba agar Giska mau mengerti.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee