Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Eve tiba di rumah, aura sepi mulai merasuk ke dalam hatinya.
"Non sudah pulang, ayo cepat ganti baju. Bibi sudah masak makanan kesukaan non" Sambut bibi sambil menggiring Eve menuju ke anak tangga.
Eve tersenyum senang, wanita ini selalu bisa memberi kehangatan.
"Iya iya bi, aku mandi terus turun deh" balas Eve.
Eve masuk ke dalam kamar, mengambil handuk dan bersiap untuk mandi.
Cling~
Suara dering ponsel Eve terdengar nyaring. Pertanda sebuah pesan telah masuk.
Eve hanya melirik sekilas, tampak ia tidak begitu perduli.
Cling~ Cling~
Tadi pesan, kali ini panggilan. Eve kembali melirik ponselnya. Terlihat foto ma dan papanya muncul di layar ponselnya pertanda jika mereka yang menghubungi Eve.
Seulas senyum terukir di wajahnya. Eve segera meraih ponselnya dan langsung menjawab panggilan dari sang mama.
"Ha-"
Belum sempat Eve menyapa mamanya sudah berkata duluan.
"Kamu sudah baik baik saja kan, mama sama papa akan pulang besok"
Eve hanya terdiam, raut wajah bahagia pun menghilang. Sudah 4 hari dia sakit tapi mama papanya masih menunda untuk pulang.
"Kamu tenang aja yah, mama sama papa pasti akan melihat kamu kok."
"Gak usah, aku udah baik baik aja. Urus saja urusan kalian!"
Klik.
Eve langsung memutuskan panggilan mereka dan melempar ponselnya ke sembarang arah. Tidak sopan, dan Eve juga sadar apa yang dia lakukan adalah salah. Tapi, mau bagaimana lagi, hatinya terasa sakit di saat dirinya membutuhkan kedua orang tuanya. Mereka malah tidak ada dan sibuk dengan urusan dunia mereka sendiri.
Tuk!! Tuk!!
Eve tersentak mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.
"Non, kok lama kali mandinya. Kalau udah selesai ayo turun makan non." Panggil bibi di depan pintu kamarnya.
Eve menghapus air matanya kasar dan berusaha agar suaranya terdengar biasa aja.
"Iya bi lagi ngeringin rambut." Bohong nya.
"Yaudah, bibi tunggu bawah yah"
"Iyaa"
Eve segera masuk ke dalam kamar mandi dalam menyelesaikan ritual mandinya.
Hari itu Eve menghabiskan waktunya sendiri di rumah. Ajakan Nadia dan Tiara saja ia tolak dengan alasan tidak enak badan. Eve sedang tidak ingin kemana mana dan tidak ingin bersama siapapun. Masalah internal dan eksternal dalam hidupnya seakan ingin menekannya jauh ke bawah.
Eve memang terlihat kuat dan tangguh. tapi, dia juga seorang wanita yang memiliki hati lembut dan butuh perhatian.
Di sisi lain, Joe baru sampai di rumah. Bundanya menyambut dirinya di ruang tamu.
"Sudah pulang kamu?" sapa Liana seraya meletakkan majalahnya di atas meja.
Joe mengangguk dan berjalan kearah bundanya. Baru hendak duduk di samping bundanya, tiba tiba Hana menyalip dan duduk lebih dulu di samping Liana. Hana juga langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan sang bunda.
"Ih apaan sih Hana, kek anak kecil aja" dengus Joe kesal, padahal dirinya yang ingin bermanja.
"Alah bilang aja Lo juga mau."
"Ih ogah, gue udah gede ngapain manja seperti itu" Tukas Joe. Hana meledeknya dengan menjulurkan lidah.
"Malah meledek!" geram Joe.
"Eee sudah sudah, mendingan kamu mandi sana, abis itu kita makan bareng"Ucap Liana melerai.
"Bunda masak apa?"
"Makanan kesukaan kalian lah. Udah sana" Usir Liana mendorong Joe agar segera mandi.
"Siap bos" jawab Jo bertingkah lucu.
Hana dan Liana tertawa melihat tingkah Joe.
Seperti yang sudah di katakan. Sedewasa apapun seorang. Tetap saja di depan kedua orang tuanya bersikap seperti anak anak.
"Ayo sayang kita tunggu di meja makan" ucap Liana setelah mengecup kening Hana.
Benar benar keluarga yang harmoni, penuh cinta dan kehangatan. Tidak seperti keluarga sebelah, penuh dengan kesunyian.
Joe selesai mandi dia segera turun dan bergabung dengan keluarganya di meja makan. Joe semakin bersemangat, dia tidak sendirian menghadapi kaum hawa. Terlihat ayahnya sudah duduk di meja makan.
"Ah, aku pikir bakalan sendirian di serang kaum hawa" Gumam Joe pura pura bernafas lega.
Hana dan Liana tertawa mencibir, mereka meremehkan Joe yang sudah salah pengharapan.
"Maaf ya Joe, walaupun ayah di sini. Tapi, ayah juga tidak mampu membantu mu. Ayah sudah bersegel." Ucap Frans sambil mengangkat satu tangannya dan menunjukkan bekas gigitan sang istri.
"Ha?"
"Hahaha.. Maaf yah bro, anda kali ini tetap sendirian." Ledek Hana tertawa lepas.
"Kaum hawa sudah menguasai dunia, hahaha.." Liana ikut ikutan.
"Ihhh sebel deh, masa dedek sendirian." Rengek Joe manja manja genit. Membuat keluarganya seketika diam dengan wajah datar.
"Mulai ni bocah" Dengus Hana.
Baru beberapa detik wajah mereka datar, kemudian secara serempak mereka tertawa bersama.
Terasa sekali kehangatan di rumah ini. Bibi yang melihat keharmonisan mereka sampai iri.
"Oh iya Joe, kamu tadi ke rumah sakit. Dapat siapa yang mengambil foto itu?" Tanya Liana.
Joe menggeleng, dia belum mengetahui siapa dalangnya tapi, dia berjanji akan membuat orang itu menyesal.
"Butuh 2 hari untuk mengecek rekaman cctv secara keseluruhan" tutur Joe.
Hana dan Frans tampak diam saja mendengar bunda dan Joe berbicara.
"Lalu, urusan di sekolah bagaimana?" tanya Frans.
"Sudah teratasi kok yah, cuma yah mungkin sisa nya ledekan teman" jelas Joe.
Hana masih bertahan menjadi pendengar yang baik. Meskipun di dalam pikirannya terdapat banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan.
"Syukur deh, terus Eve gimana?" Liana bernafas lega.
"Udah pulang Bun, dia keliatan capek banget dan syok dengan semua ini. Tapi," Joe menggantung ucapannya membuat kedua orang tuanya penasaran.
"Tapi apa?" tanya Liana, Frans juga menatapnya tapi tidak bersuara.
Joe membalas tatapan mereka dengan senyum jahilnya. Ia berhasil membuat kedua orang tuanya penasaran dengan hal yang sebenarnya tidak penting.
"Tapi apa?" desak Liana tidak sabar.
"Tapi, dia itu tetap menyebalkan. Membuat aku emosi dan terus menerus seperti orang jahat!"
"Huh?" semuanya melongo, apa yang mereka tunggu tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
"Huh, bunda pikir apaan" dengus Liana.
Hana semakin tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Kedua orang tuanya terlihat sangat perhatian pada Eve. Yah, dia tahu jika Eve adalah anak teman mereka. Tapi, tidak harus seperti ini juga kan? lagi lagi Joe juga harus tampak lebih bertanggung jawab pada Eve. Ada apa ini?
"Tunggu dulu, sebenarnya ada apa sih. Kok begitu banget sama Eve?" tanya Hana heran.
"Hm." Liana dan Frans saling tatap. Sedangkan Joe terlihat tidak peduli.
"Sayang, kamu belum tahu?" tanya Liana.
"Tahu apa?" balas hana balik nanya.
"Oh astaga bunda lupa ngasih tahu kamu." Liana menepuk keningnya.
"Bunda dan ayah sepakat menjodohkan Eve dan kakak kamu." Jelas Frans.
"Nikah muda" sambung Liana tersenyum manis.
Joe ,looo 11 12 kya orang tuanya Eve ,sering ninggalin ggt ajj 😏😏😏
Kecewa 🔥🔥🔥