NovelToon NovelToon
Brondong Gila,Bulan

Brondong Gila,Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Cintamanis / Playboy / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!


Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.

"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.

Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.

"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.

"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.

"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjenguk

Aluna mengusap perlahan rambut panjangnya yang basah, dengan masih memakai kimono handuk berwarna ungu muda ia duduk di depan meja rias. Tangan gadis cantik itu terulur mengambil pengering rambut lalu menyalakan dan mengarahkan pada rambutnya yang terurai.

Semua gerakan itu Aluna lakukan dengan tatapan kosong, raganya mungkin duduk di kamar itu tapi pikiran Aluna jauh mengembara. Hanya berfokus pada setetes cairan merah kental yang menetes dari helm yang Cakra pakai, tidak banyak. Hanya setetes jatuh ke bahunya, membuat setitik noda di jaket baseball abu-abu yang brondong itu kenakan.

Dan Aluna juga menyadari satu hal, senyum Cakra berbeda. Begitu pula tatapan matanya, mata itu mengingatkan Aluna pada Cakra yang dulu saat masih berseragam biru putih, saat Cakra memintanya untuk sekedar menemaninya duduk di tepi sungai. Mereka hanya akan duduk diam sampai senja semakin pekat.

Saat itu Aluna bisa melihat betapa lelah dan sayu sorot mata pacar kecilnya. Namun, tak satu kata pun yang akan Cakra ucapkan sampai akhirnya pria itu mengajak Aluna pulang, Dan berterima kasih telah menemaninya. Aluna yakin ada sesuatu yang terjadi pada Cakra, tapi setiap Aluna bertanya Cakra hanya akan menjawab, "Nggak apa-apa, aku cuma lagi pengan berduaan sama pacarku." Jawaban yang menyebalkan.

Gadis bermayang panjang itu meletakkan penggering rambut setelah selesai mengeringkan rambutnya. Helaan nafasnya terdengar berat dan bimbang.

"Apa aku tanya langsung aja ya?" gumam Aluna penuh keraguan.

Aluna bangkit dari kursi dan mengambil ponsel yang ia cas di nakas samping ranjang. Setelah benda pipih itu menyala, ia membuka ruang pesannya dengan si kuman bakteri.

"Buka nggak ya .." Gumamnya sambil menatap lekat layar ponselnya.

Aluna memang memblokir nomer-nomer asing yang mengirim pesan padanya. Dan tentu sja salah satunya nomer Cakra yang baru ia blokir sore tadi. Karena sebelumnya Aluna memblokir nomer lama brondong itu saat ia lulus dan pindah ke sini.

"Ngapain sih gue mikirin dia, nggak jelas banget." Aluna melemparkan ponselnya ke atas kasur empuk lalu melangkah ke lemari untuk mengambil pakaian ganti.

Setelah mengambil kaos oversize bergambar donaldduck dan celana pendek dari dalam lemari, Aluna pun mulai melepaskan kimono handuk yang ia pakai. Ekor mata Aluna msih melirik ponselnya dengan tidak tenang, hatinya begitu gelisah menuntutnya untuk membuka blokir cakra, tapi otak gadis itu berkata sebaliknya. Jika Aluna membuka blokirannya maka sama saja Aluna memberi harapan lagi pada Cakra, jadi-jadi apa anjir!

Aluna mengusap wajah kasar, ia merasa frustasi dengan dirinya sendiri. Setelah selesai mengenakan bajunya, dengan langkah lebar dan raut wajah yang sulit digambarkan Aluna keluar dari kamarnya.

Dengan sedikit berlari ia menuruni tangga, dahinya berkerut saat melihat Luga berjalan santai ke arah meja makan sambil memainkan ponsel. Adik tampannya itu masih mengenakan kaos dan celana pendek basketnya.

"Udah pulang lo? Bukannya mau sparing?" tanya Aluna sembari menuruni anak tangga yang tersisa.

Aluna tahu adiknya itu tidak akan pulang dengan cepat kalau sudah main basket bersama teman-temannya. Luga menghentikan langkah, menoleh ke arah Aluna dan mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban. Setelah itu ia pun kembali mengayunkan langkah ke meja makan.

"Dih sombong amat bungsu," celetuk Aluna sambil menarik satu kursi untuk ia duduk.

"Sabarlah, orang lagi banyak pikiran," sahut Luga setelah duduk di samping Aluna.

"Paling mikirin cewek," sindir Luna gadis itu dengan mengambil salad sayur favoritnya lalu meletakkannya di piringnya.

Luga begidik geli melihat banyaknya sayuran hijau di piring sang kakak, demi apapun rasanya merinding sampai ke dalam-dalam. Berbeda dengan Aluna, Luga mengambil dua centong nasi, semur daging dan tempe goreng.

"Jadi apa yang buat lo pulang cepat?" sambung Aluna lagi, kali ini ia sedikit menggeser duduk agar bisa menatap Naluga dengan baik.

Naluga menghentakan nafasnya sedikit kasar, lalu menggerakkan kepalanya ke arah sang kakak yang super kepo, tapi dia suka.

"Teman luga sakit, jadi ya dibatalin," jawab Luga dengan nada kecewa, dia sangat berharap bisa sparing bersama teman lamanya. Tapi ternyata gagal.

"Oh, ya udah sih jangan sedih gitu. Namanya juga sakit nggak bisa kalau dipaksakan buat main," sahut Aluna yang mengerti rasa kecewa sang adik.

Luga hanya mengangguk malas, karena jujur saja dia rindu dengan temannya itu. Lama sekali mereka tidak bersua, terutama saat sang teman fokus belajar untuk ikut ujian kelas akselerasi.

"Emang sakit apa? udah di bawa ke dokter?"

"Cidera di kepala, katanya udah ditangan di klinik."

"Udah nggak usah lesu gitu, besok kan juga bisa ketemu di sekolah." Aluna mengacak-ngacak rambut Luga, Luga sedikit menarik kepalanya menghindar tapi tidak marah.

"Kita nggak satu sekolah, cuma teman basket aja," jawab Luga lagi.

"Kalau gitu Luga jenguk aja ke rumahnya, bawain masakan Ibu."

Luga dan Luna seketika seketika menoleh kebelakang. Calista tersenyum manis, wanita cantik itu berjalan dengan tangan posesif sang suami yang senantiasa melingkar di pinggangnya.

"Boleh Bu?" tanya Luga memastikan.

"Boleh dong," jawab Calista setelah ia duduk di kursi yang sudah disiapkan sang suami. Luga tersenyum lebar mendengar jawaban sang ibu.

Dengan cekatan Evan mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuk sang istri, lalu menaruhnya di depan Calista.

"Makasih Ayah," ucapnya lembut, Evan hanya mengangguk kecil. Setelah itu baru Evan mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Mengerutkan kening saat melihat piring kedua anaknya masih penuh.

"Kenapa belum di makan?" tanya Evan datar.

"Nungguin Ayahlah," sahut Aluna.

Mulut Evan pun ber O ria sambil manggut-manggut kecil. Makan malam pun di mulai dengan tenang, hanya suara dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar saling bersahutan.

Setelah selesai makan malam Luga pun pergi ke rumah teman basketnya dengan membawa semur daging, ayam kecap masakan sang ibu dan buah-buahan.

"Mana sih rumahnya?" ketus Aluna yang sedang menyetir.

Evan meminta Aluna untuk mengantarkan sang adik. Selain karena Luga yang belum punya sim dan sudah malam, Evan ingin mencuri kesempatan berdua tanpa gangguan dua buntutnya itu.

"Sabar napa Kak, Flashlane ... Flashlane .." gumam Luga merapalkan nama bengkel mobil tempat tinggal sang teman.

"Nah itu tuh!" Luga menunjuk papan nama LED berwarna merah terang yang cukup besar.

Aluna pun segera membelokan mobil milik sang ayah ke bengkel yang sudah tutup itu. Setelah mobil berhenti dengan sempurna Naluga melepaskan sabuk mengaman bersiap turun.

"Lo nggak turun Kak?" Aluna menggeleng.

"Oke, gue cuma bentar kok."

Luga pun turun dengan membawa rantang dan sekantong buah-buahan. Luga berjalan kearah pintu harmonika yang tertutup, tak lama pintu itu terbuka seorang laki-laki yang lebih tinggi dari Luga keluar, dia memakai hoodie hitam dan memakai penutup kepalanya juga.

Setelah memberikan buah tangannya luga memeluk singkat pria itu sebelum kembali ke mobil.

1
Nia Suciati
penasaran si Ona mau ngomong apa si ko, jadi kepo aku.
ini juga kenapa pada Ngeliatin Aluna kaya coba.
Nia Suciati
udah kelewat batas si menurutku si Wira, penganiayaan itu namanya.
apalagi dia yang setatusnya sebagai orang tua Cakra. kenapa gak di laporin aja kepolisi si.
Novita
jangan" bilang masih pagi Cakra udah buat kejutan buat Aluna?? atau Miranda buat onar lagi kah?? duhh jadi ikutan penasaran kayak Aluna wehh
Anie Nhie
Cakra memang Keras kepala,but keras kepala mempertahankan rasa cinta sebenarnya gak salah,apalagi Aluna juga masih sendiri dan kyknya emang masih ada ruang di Hati Aluna buat Cakra meskipun dia sendiri masih mengelak,,,
Nyatanya mau Cakra tw Om Hail pun sama² keras kepala dalam mempertahankan rasa cinta mereka buat seseorang yg spesial di hati mereka,,,
Apa ini??bakalan ada Drama apalagi yg akan Luna liat???
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
jodohin oma hail sama ona... 🤭🤭🤭
Realrf: eh lha gimana, terima kasih juga sudah komen. heheee,

santai saja, kita semua chat di sini kayak kawan
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: eh,,, direspon donk... makasih...
total 3 replies
Al-rayan Sandi Syahreza
setidaknya masih ada orang yg peduli sama Cakra
Al-rayan Sandi Syahreza
tak kira ini novel cuma kisah cinta anak remaja ,tapi ini lebih dari itu,ada cinta yg lebih dalam dlm kisah ini ,mungkin juga pengorbanan
Al-rayan Sandi Syahreza
giliran udah besar dan menguntungkan lewat jalur perjodohan saja yah menganggap anak, bener sarap ini bapak gemblung
Al-rayan Sandi Syahreza
bener2 nggak punya perasaan itu bapake Cakra , kecelakaan yg merengut nyawa mamanya Cakra kan bukan salah Cakra,dia juga sedih kali kehilangan mama nya, nggak punya otak emang
win ryry
wah ada apa ya??? kok Wilona kaya gitu.....ayo aluna cepat cek ada apa sebenarnya
win ryry
syukurlah ada om hail yg nolongin aka , aka lawan bapakmu dong biar gak semena mena ke kamu
Desi Sari
siapa yg pingsan sih willona.. gk jelas bgt kasih info bikin khawatir sm kepo aj
Jillian Rose
eh om hail sma jg kek cakra lg dlm memperjuangkan wanita dgn cara ugal ugalan
Novita
gimana sih Cakra lebih deket dengan om nya daripada ayahnya sendiri..
padahal anak gak tau apa", masa ibunya kecelakaan dan meninggal kesalahan nya harus di tanggung sang anak sampai dewasa?? emang kecelakaan itu disengaja?? salut sama Cakra yg bisa kuat menjalani kehidupan yg keras tanpa kasih sayang orang tua..
Novita
dibalik Cakra yg hahahihi didepan Aluna ternyata hidupnya berat 😭
padahal anak ny Cakra tapi lebih pro ke Miranda, pasti perkara uang lagi 😒😒
Kenara 💜
kuat ya lun. gebrakan apa lagi. yang bikin meledak Luna ya
Fitri Herra
.weh Cakra sma om nya bisa dibilang senasib ya ke-yg satu ngejar satunya nunggu n
Kenara 💜
berkali-kali om
kieky
aka lama" jadinya kyk obses g sih ke aluna...semoga aja g sih,,beruntung bgt om hail selalu ada disamping aka,,terus dampingi aka y om smp aka bisa bener" mandiri...btw ada apa dikelas luna y...apa jangn" cakra bikin ulah lagi
Anita💜💜
dih si Ona bikin penasaran,,ada apa lagi sih di nolite
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!