Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 35
Denis menatap Sandro memberi isyarat untuk membuka pintu ruang kerjanya saat mendengar ada yang mengetuk dari luar. Sandro lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya lalu memberi isyarat kepada Rian untuk masuk.
“Ada apa?” tanya Sandro dengan suara dingin.
“Maaf tuan Sandro tapi dibawah ada perwakilan dari BakerTech yang ingin bertemu dengan presdir” ucap Rian memberitahu.
“Apa kamu gila! Bukannya kamu tahu jika selama ini presdir tidak pernah menunjukkan wajahnya ke semua orang” hardik Sandro membentak Rian dengan suara tinggi.
“Maafkan saya yang ceroboh tuan” ucap Rian sambil menunduk.
“Kamu bukan orang yang ceroboh Rian. Katakan apa tujuanmu?” tanya Arsen dengan suara tegas mencurigainya.
Rian menatap Denis dan lainnya dengan wajah panik sambil menunjukkan kertas yang ia pegang dan hpnya.
Mata Arsen dan Sandro melotot melihat apa yang ditulis Rian disana, Arsen dengan cepat menghidupkan laptopnya sedangkan Sandro berjalan menuju ke arah kaca jendela mencari sesuatu.
...ADA YANG MEMBUNTUTI ADIK AKU UNTUK MENCARI TAHU TENTANG IDENTITAS PRESDIR SAAT INI...
Denis tersenyum menyeringai membaca tulisan Rian barusan dan menatapnya memberi isyarat untuk melakukan akting terus.
“Orang itu ingin bertemu dengan presdir karena dia mengenal presdir tuan” ucap Rian melakukan akting.
“Siapa?” tanya Sandro yang juga ikut berakting.
“Aku tidak tahu tuan. Dia hanya berkata dia perwakilan BakerTech dan sudah sangat mengenal presdir”
“Begitu ya? Tanya kepadanya apa makanan favorit presdir” ucap Sandro sambil tersenyum menyeringai.
“Baik tuan akan saya tanyakan”
“Keluar. Jika kamu sudah dapat jawabannya beritahu aku” ucap Sandro dengan suara dingin.
“Baik tuan”
Sandro sengaja berjalan ke arah pintu membukanya dan menutupnya kembali seakan dia benar-benar keluar dari ruangan Denis. Arsen lalu memberinya isyarat untuk berbicara dengan orang di panggilan tersebut.
^^^“Kamu dengar sendiri kan?” tanya Rian dengan suara dingin.^^^
“Hehehehe! Asistennya tidak mudah dibohongi ya” ucap orang dari seberang sambil terkekeh.
Sandro mengepal kedua tangannya saat mendengar suara yang sangat ia kenali. Matanya bertatapan dengan Arsen yang sudah melacak lokasi keberadaan orang tersebut dan siapa di balik ini semua.
^^^“Jadi apa makanan favorit presdir kami?” tanya Rian to the point.^^^
“Bukannya kamu tahu jawabannya?” tanya balik orang diseberang sana.
^^^“Jika aku tahu pastinya aku sudah tahu seperti apa wajah presdirku. Aku memang sekertarisnya tapi jangan lupa di atas aku masih ada 2 orang kepercayaan presdir kami” ucap Rian dengan suara tegas.^^^
“Aku tidak perduli yang pastinya kamu masuk kembali ke ruangan anjing peliharaan presdir kamu itu dan beritahu makanan favoritnya. Jangan lupa nyawa adikmu yang satu panti asuhan ada di tanganku” ancam orang dari seberang.
^^^“Bangsat! Jika kamu berani menyakiti adikku, aku bersumpah akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!” bentak Rian dengan emosi.^^^
“Silahkan saja. Lakukan perintah aku sialan dan adikmu akan selamat!” bentak orang diseberang sana lalu mematikan panggilannya sepihak.
Mata Rian berkilat tajam menatap panggilan tersebut yang sudah berakhir di hpnya. Kedua tangannya terkepal seakan ingin menghancurkan orang yang sudah berani membuntuti keluarganya.
“Adik kamu sudah aman” ucap Arsen menunjukkan orang-orangnya yang membuntuti adik angkat Rian tanpa ketahuan musuh mereka.
Phew……………..
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Rian membuang napasnya dengan kasar merasa sangat lega karena keluarganya sudah aman saat ini. Sedangkan Sandro ia menatap foto orang yang berhasil Arsen lacak keberadaannya, tepat berada di cafe yang berseberangan dengan perusahaan mereka.
“Sepertinya mereka memandang remeh aku” ucap Sandro sambil tersenyum menyeringai.
“Karena kamu kurang tegas dan sangat lemah didepan mereka dude” ejek Arsen.
Bugh………….
“Sialan kamu Sandro! Beraninya kamu melempar aku dengan sepatu baumu itu!” bentak Arsen dengan emosi saat sepatu Sandro mendarat tepat di keningnya.
“Jangan memancing emosiku bocah empat mata. Jika tidak aku akan merobek mulut sialanmu itu detik ini juga” ancam Sandro dengan tatapan berkilat tajam.
“Ckk!!” decak Arsen dengan kesal karena tak berani membantah lagi.
“Beritahu dia untuk bertemu di cafe AS” ucap Denis dengan suara dingin membuat ketiganya langsung menatapnya.
“Kenapa harus di cafe aku bos?” tanya Arsen sambil membenarkan kaca matanya yang melorot sedari tadi.
“Karena cafe kamu punya ruangan tersembunyi untuk kita melakukan sesuatu yang menarik didalam sana” jawab Sandro sambil tersenyum menyeringai.
“Menarik? Kamu tidak merencanakan hal-hal seperti semalam kan dude?” tanya Arsen dengan selidik.
“Heemmm! Mungkin ya dan mungkin juga tidak” balas Sandro dengan ambigu.
“Ckk!! Kamu memang keterlaluan dude” ketus Arsen dengan kesal.
“Tuan boleh aku ikut” ucap Rian dengan suara dingin.
“Jangan bilang kamu sudah ketularan gilanya dia Rian” ucap Arsen sambil menunjuk Sandro.
“Tutup mulut sialanmu bocah mata empat!” bentak Sandro dengan suara tinggi.
“Kamu boleh ikut Rian dan bisa membalas perbuatan orang tadi yang sudah mengusik keluargamu” ucap Denis sambil tersenyum menyeringai.
“Baik presdir. Aku sudah tidak sabar lagi” balas Rian sambil tersenyum penuh arti.
“Kirim lokasi pertemuan ke sialan itu Rian” titah Sandro dengan cepat.
“Baik tuan”
Arsen hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ketiga orang didepannya yang sudah mulai keluar sifat gila mereka itu.
Arsen yakin orang diseberang sana tidak akan pernah lolos dari ketiganya, karena sudah berani mengusik mereka apa lagi kalau sudah berhubungan dengan keluarga mereka.
Sepertinya akan ada yang mati hari ini, batin Arsen sambil membuang napasnya dengan kasar.
Denis sendiri terkekeh melihat Arsen tahu apa yang ia pikirkan saat ini. Ia tidak perduli dengan orang tadi karena itu akan menjadi bagian Sandro dan Rian.
~ BakerTech ~
Saat ini Kenzo sedang berbicara dengan direktur utama BakerTech, melapor proyek yang sedang ia kerjakan saat ini dan persyaratan yang diberikan oleh DA Bank saat mereka menandatangi kontrak kerja sama.
“Kamu yakin persyaratan dari DA Bank bisa kamu penuhi?” tanya Abraham Kein direktur utama BakerTech dan orang kepercayaan mendiang presdir BakerTech.
“Yakin tuan” jawab Kenzo dengan suara tegas.
“Lalu dari mana kamu bisa dapatkan uang itu sedangkan proyek mall ini belum rampung?” tanya Abraham dengan tatapan tajam.
“Dari keuntungan proyek-proyek BakerTech yang sudah selesai tuan. Kita hanya mengembalikan 20% dari peminjaman kita tuan” ucap Kenzo dengan menyakinkan.
“20% sebanding dengan 7% saham di perusahaan kita Kenzo” tegas Abraham dengan tatapan berkilat tajam.
“Saya tahu tuan. Tapi saya bisa janjikan kalau keuntungan dari proyek kita ini akan mencapai 250% bahkan bisa menutup seluruh pinjaman BakerTech nanti”
“Heemmm! Aku percaya kepadamu dan kamu yang bertanggung jawab jika sewaktu-waktu ada kesalahan” ucap Abraham memperingatinya.
“Iya tuan saya tahu” balas Kenzo dengan suara tegas.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Kenzo lalu pamit keluar pergi kembali ke ruangannya. Abraham berharap Kenzo bisa memenuhi syarat yang diberikan oleh DA Bank sesuai ucapannya itu, karena jika ada kesalahan sedikit saja maka ia tidak bisa melanjutkan rencananya selama ini.
Sampainya di ruangannya, Kenzo membanting pintu ruang kerjanya mengagetkan Windi yang berdiri didepan meja kerjanya menyambut Kenzo yang baru saja datang.
“Tuan” panggil Ando dengan suara dingin.
“Kamu sudah dapat siapa yang menghancurkan gudang penyimpanan Riski Akbar?” tanya Kenzo dengan tatapan tajam.
“Maaf tuan tapi saya belum mendapat informasi mengenai siapa yang sudah melakukan hal tersebut” jawab Ando dengan menunduk.
Bugh…………..
“Bodoh. Cari tahu siapa orang itu karena aku yakin dia orang yang sama yang menghancurkan gudangku!” bentak Kenzo sambil melempar asbak rokok hingga mengenai kening Ando.
“Saya akan berusaha mencari tahu tuan” ucap Ando dengan sopan.
“Pergi dari hadapanku dan cari data orang tersebut secepatnya!” bentak Kenzo.
“Baik tuan”
Ando berlalu keluar tak membantah ucapan Kenzo barusan, sampai di luar Windi kaget bukan main melihat kening Ando yang berdarah.
“Tuan” ucap Windi menunjuk keningnya yang berdarah.
“Lanjutkan pekerjaan kamu. Jangan ikut campur urusanku” ucap Ando dengan suara tegas.
“Baik tuan” balas Windi dengan patuh.
Ando berlalu menuju ruangannya dan bergegas mengobati keningnya yang terluka karena ulah Kenzo. Mata tajamnya menatap dirinya sendiri dari cermin sambil mengepal kedua tangannya hingga urat-uratnya kelihatan.
Sampai kapan aku harus melayani an***g sialan itu, batin Ando dengan tatapan penuh kebencian.
~ Club Zeus ~
Suara desahan bercampur teriakan kesakitan bergema didalam sana membuat manajer club Zeus dan anak buah Riski Akbar hanya bisa diam saja mendengar semua itu.
Mereka sangat tahu apa yang sudah terjadi didalam sana, karena kebiasaan Riski Akbar pelanggan VIP mereka yang sering kali membuat beberapa wanita penghibur disana harus dilarikan ke rumah sakit.
Bahkan ada juga yang sampai merenggang nyawa karena siksaan dari Riski Akbar jika sedang berhubungan badan.
“Ada berapa wanita didalam sana?” tanya tangan kanan Riski Akbar yang bernama Marco.
“Ada 4 tuan Marco” ucap Ken manajer club Zeus.
“Heemmmm”
3 Jam kemudian
Marco dan Ken masuk ke dalam kamar yang dipakai oleh Riski Akbar setelah mendengar perintah dari Riski Akbar untuk masuk ke dalam sana. Keduanya melotot kaget melihat apa yang terjadi didalam sana.
Ken sendiri tak menyangka akan melihat keempat wanita tadi dengan tubuh polos dan penuh luka. 3 diantaranya sudah pingsan tak sanggup menerima siksaan dari Riski Akbar dan tersisa satu perempuan yang menjadi primadona disini, masih tersadar dengan napas satu-satu menatapnya.
“Apa mereka mati?” tanya Ken dengan gumaman kecil.
“Urus mereka semua seperti biasa” titah Riski Akbar dengan suara tegas.
“Baik bos” ucap Marco.
Ken menyuruh anak buahnya membawa keempatnya keluar dari sana menuju rumah sakit langganannya. Sampai di luar wanita yang masih sadar tadi membuang bungkusan kecil ke lantai yang langsung di ambil seorang pria berbaju cleaning service.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue……………
sekali dikeluarkan dr maxssimo family, maka selamanya bgtu