Menjadi Ratu Genit

Rupert tidak pernah membayangkan akan bisa melihat pemandangan yang dia rindukan seumur hidupnya. Seluruh permukaan bumi diselimuti oleh salju putih yang bersih. Sangat mengagumkan dan membuatnya tak bisa berkata-kata.

Dan seseorang yang bisa membuatnya melihat semua ini adalah ... Wanita yang sedang tersenyum senang padanya.

Wanita itu sangat berbeda dari semua wanita yang dia kenal di istana. Begitu sederhana namun indah.

"Terima kasih Ratu" katanya membuat wanita itu kembali tersenyum.

Tapi ... Wanita itu tidak selalu tersenyum. Terkadang, wajah wanita itu berhiaskan awan mendung yang hitam. Dan penyebabnya, tidak lain adalah Raja. Penguasa yang sengaja menikahi Ratu bersamaan dengan selirnya.

Sebuah penyelewengan pada peraturan istana yang telah dibuat secara turun temurun. Atas nama cinta, pria itu tidak mempedulikan perasaan Ratu. Dengan mudah memotong sayap wanita yang seharusnya bisa terbang setinggi langit.

Namun, bagaimanapun Rupert membenci pria itu. Ratu adalah istri sah dari Raja. Tidak akan ada siapapun yang bisa merubah hal itu. Kecuali Raja, sebagai penguasa istana yang bisa merubah semua peraturan.

Yang bisa dia lakukan adalah membuat Ratu tidak menghabiskan semua waktunya sendiri. Berdiri di dalam kegelapan yang sunyi. Semoga saja dia bisa menjadi lilin kecil yang bisa menerangi sudut hati Ratu.

Lalu keadaan genting terjadi. Ratu yang sejak pagi mengikuti Ratu dan selirnya mendaki gunung salju ... Menghilang.

"Apa katamu?" tanya Rupert meminta penjelasan pada prajurit. Tapi semua prajurit mengabaikannya.

Raja dan selirnya kemudian datang dengan keadaan yang tidak baik. Dan Rupert sama sekali tidak melihat Ratu dan pelayannya.

"Dimana Ratu?" tanyanya pada prajurit lagi. Dan kembali diabaikan begitu saja.

Dia berusaha mengumpulkan informasi lagi dan akhirnya menemukan kabar kalau Ratu mungkin telah terkubur salju bersama pelayannya.

"Tidak. Tidak mungkin" kata Rupert menyesal. Meski memiliki tubuh yang kurus, Rupert sangat yakin Ratu adalah pribadi yang pantang menyerah. Juga sangat pandai. Tidak mungkin mati sia-sia di dalam salju yang longsor.

Tidak mengindahkan suasana yang ramai, Rupert membawa semua barang yang dipikirnya berguna dalam pendakian. Dia akan mencari Ratu sendiri. Dan dia akan menemukan Ratu.

Hanya berbekal ilmu pendakian dari buku, Rupert berjalan menuju lokasi gunung salju yang dimaksud. Karena secara teori dan kenyataan sangat jauh berbeda, Rupert beberapa kali tersesat. Sampai malam tiba, dia belum juga melihat lokasi longsor salju yang dimaksud.

Tanpa putus asa, dia terus berjalan. Saat akhirnya dia sampai di lokasi longsor salju, matahari telah terbit. Rupert hampir putus asa dalam pencariannya lalu menemukan sebuah lubang cukup besar di bawah lereng gunung.

Dia berlari seperti orang gila menuju lubang itu. Dan akhirnya menemukan Ratu yang sedang ... . Rupert terdiam melihat tubuh yang dipahat begitu sempurna oleh Tuhan. Matanya mengikuti setiap langkah sulaman benang yang terpaksa digunakan untuk menutupi tubuh itu.

Seperti ini ternyata hasrat yang tak pernah dia rasakan pada wanita manapun. Meski Rupert tahu ini salah, tapi dia tidak ingin menyingkirkannya. Tidak mau merasa terlalu berdosa karena menikmati tubuh Ratu, Rupert akhirnya memanggil wanita itu.

"Ratu!" serunya sangat bahagia.

Wanita itu menampilkan senyum tercantik yang dilihatnya. Tapi ... Dia tahu ada yang salah dengan keadaan Ratu. Dan benar saja. Ketika dia memeriksa kening Ratu, Rupert menemukan wanita itu sedang demam.

Tanpa banyak bertanya bagaimana Ratu bisa bertahan sampai sejauh ini, Rupert segera membungkus tubuh itu erat dan membopongnya turun gunung.

"Rupert, aku bisa jalan sendiri" ujar Ratu, tapi Rupert tidak mau mendengar nya. Ini mungkin pertama dan terakhir kalinya dia bisa menyentuh tubuh wanita itu. Karena setelah kembali, dia hanya bisa menjadi petugas perpustakaan yang menyimpan keinginan pada istri Raja.

Sampai di bawah gunung, pasukan Jenderal Malone sang beruang besar telah menantinya. Pria yang diciptakan untuk menahan pedang dan serangan musuh itu tampak lega karena Rupert membawa Ratu dengan selamat.

Walau enggan, Rupert terpaksa menyerahkan Ratu ke dalam pelukan sang beruang besar. Karena yang terpenting baginya adalah keselamatan wanita itu.

Sesampainya di aula besar tempat rombongan istana dijamu, Ratu telah beristirahat di ruangannya. Dalam keadaan yang baik karena diselamatkan dengan cepat. Rupert menghela napas lega karena bisa menggunakan kekuatan tubuhnya dalam tujuan tepat.

"Terima kasih" kata Jenderal Malone yang menunggu di depan ruangan Ratu.

"Untunglah" jawabnya.

Tak lama, pelayan Ratu keluar dari ruangan. Setelah melihat Rupert dan Jenderal Malone, pelayan itu segera berlutut dan menangis. Berulang kali mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan Ratu. Rupert tidak pernah merasa sangat berguna seperti ini selama hidupnya.

Mulai saat ini, dia telah memutuskan untuk mempergunakan segala pikiran dan tubuhnya untuk Ratu. Dia akan bersumpah setia pada wanita yang membuatnya sangat bangga telah hidup sampai saat ini.

"Apa-apaan mereka??" kata William melihat Malone dan anak penasehat itu di depan ruangan Ratu.

Dia hanya pergi untuk mendapatkan lebih banyak kayu bakar dan tiba-tiba wanita itu sudah lenyap dari gua. Ternyata telah dibawa pergi oleh seseorang dan dikembalikan ke dalam ruangan sempit itu. Padahal dia belum puas mencium bibir Ratu. Belum puas menyentuh tubuh Ratu. Dan belum puas menyatukan kedua tubuh mereka dalam kaitan yang paling intim.

"Sial" umpatnya menyerah dan pergi dari lorong tempat ruangan Ratu berada. Kembali ke ruangannya yang kosong dan membosankan.

Tapi setidaknya, dia telah menyentuh dan bercinta dengan Ratu. Telah mendapatkan apa yang memang seharusnya adalah miliknya. Hanya miliknya.

"Raja!" seru seseorang yang masuk ke dalam ruangannya. Dengan keceriaan seorang wanita muda yang bersemangat.

"Mary!" panggilnya.

"Saya mencari Anda sejak semalam. Kemana Anda pergi?" tanya Mary. William tidak mungkin menceritakan proses penyelamatan Ratu pada wanita yang dicintainya itu. Dia tidak ingin Mary merasa dikhianati. Apalagi karena dia juga bercinta dengan wanita yang seharusnya William abaikan itu.

"Aku menghukum orang yang membuat kita dalam situasi yang berbahaya"

"Benarkah? Apa mereka sudah mati?"

"Mereka semua layak untuk mati"

Mendengar kata-kata kejam seperti itu, William melihat sebuah senyum puas dari wanita yang dicintainya. Seakan Mary suka mendengar kata-kata kejam yang dia lontarkan.

Apakah itu aneh?

Mungkin. Karena sebagian besar wanita pasti tidak menyukai kata-kata kejam seperti itu.

"Saya ingin mereka dipenggal, Raja" kata Mary mengejutkan William. Bagaimana bisa seorang wanita polos seperti Mary menginginkan kematian seseorang? Bukankah itu terlalu kejam?

Tapi ... Lord tua dan keluarganya memang layak untuk dihukum karena telah membahayakan nyawa William dan Mary. Juga wanita yang kini telah pulih karena ditangani dengan baik oleh dokter istana.