NovelToon NovelToon
After One Night

After One Night

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:5.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Pasha Ayu

"Aku rela memberikan segalanya, hanya untuk satu malam dengan mu. Aku rela membahayakan hidupku hanya untuk bersama mu. Aku mencintaimu Badai." __ Cheryl.

"Dari awal kau tahu kau bukan tipe ideal ku. Lagi pula, kau juga tahu aku sudah memiliki kekasih. Kejadian diantara kita satu malam tadi, just for fun!" __ Badai.


Berawal dari kenakalan remaja sampai melibatkan dendam masa lalu orang tuanya.

Hay gais cerita ini masih prekuel 'Second Wife' juga masih sekuel dari 'Sexy Little Partner' dan semoga menjadi bacaan yang mengisi waktu luang kalian.

Genre Teen-Angst, jadi siapkan jantung waras kalian karena setiap part nya mengandung desir degup yg tak biasa.

Happy reading Baby.... 🥳

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Papi]

Malam ini keluarga kecil Dhyrga Miller dan Queen Kirana Rain kumpul. Cheryl, Axel, Alex semuanya ada di dalam ruangan santai yang sama. Obrolan mereka masih seputar kepemimpinan Axel yang baru akan di mulai.

Ezra tiba-tiba datang dengan sejuta ekspresi, di belakangnya ada Camila, gadis desa yang bertugas menjadi pengasuh Ezra.

"Mami besar, Daddy besar, Mami cantik, Om Alex, Om Axel. Lihat, bola ini bagus tidak?" Anak Cheryl berlarian membawa bola basket hitam dengan garis motif keemasan.

"Waw, bagus." Alex menyambut lebih dulu kedatangan keponakannya. "Kita mau main hmm?"

"Enggak!" Geleng Ezra cepat.

"Lalu?" Axel menimpali.

"Bola ini mau Eza kasih ke Papi." Kata Ezra kemudian.

"Papi?" Dhyrga, Queen dan Cheryl berkerut kening bersamaan.

"Iya Daddy, Mami besar, Mami cantik, masa kalian nggak tahu sih kalo Papi sudah pulang ke Indonesia." Ezra kemudian mendelik dan menutup mulutnya.

"Khaaa, aduh, Eza keceplosan, pasti papi mau bikin kejutan buat Mami cantik, iya kan Om?" Bisiknya pada Alex.

"Iya." Alex menyengir meski tak begitu yakin dengan jawabannya.

"Hehe." Ezra terkikik ala anak kecil yang tak berdosa. "Eza kabur dulu deh." Ia lantas berlari keluar dari ruangan tersebut.

Cheryl menegur. "Eza, jangan lari Sayang." Dengus nya.

Dhyrga membuka kacamata bacanya, ia lalu menatap serius putrinya. "Apa Daddy perlu mendatangi Badai? Dia masih suamimu tapi selama bertahun-tahun dia tidak pernah ada usaha untuk menemui mu. Setidaknya, menceraikan mu!"

"Tapi Daddy." Cheryl menegur.

"Kalau perkara kebutuhan Eza, Daddy punya banyak uang untuknya. Tidak perlu takut Eza kelaparan tanpa uang-uang dari suami mu!"

"Daddy." Queen kali ini yang menegur.

Dhyrga beralih pada istrinya. "Apa lagi Sayang? Seenaknya saja Badai berbuat seperti itu, dan bodohnya, Cheryl Arsya kita diam saja!" Ketus nya.

"Kalau laki-laki sudah tidak ada kabar lagi. Bahkan terkesan tak peduli. Alex yakin dia sudah tidak lagi membutuhkan mu Kak." Sambung Alex.

"Kali ini Axel setuju dengan Alex." Imbuh Axel.

Queen hanya terdiam. Ia bisa apa selain menyerahkan semuanya pada Cheryl yang menjalaninya.

"Kita lihat saja nanti." Cheryl bangkit dari duduk, kemudian ngeluyur pergi dan berlalu dari hadapan keluarganya.

Dia pun ingin beralih, meski sulit ia terus mencobanya. Tak jarang Cheryl mendatangi kelab malam hanya untuk melirik-lirik pemuda tampan yang mungkin bisa menjadi pelarian manisnya, dan usaha itu selalu gagal.

Setiap hari ia seperti orang bodoh, yang terus mengirim pesan teks dan hanya di buka tanpa di balas oleh Badai.

Kendati tak pernah mendapat balasan, Cheryl terus menginformasikan perkembangan Ezra pada Badai.

Cheryl setia mengirim foto, serangkaian cerita, juga video kelucuan putranya. Bagaimana pun, Badai berhak tahu. Yah, itu kebodohan hakiki Cheryl Arsya.

Sudah empat hari ini nomor ponsel milik Badai tidak lagi aktif. Mungkinkah ini alasannya, mungkin karena Badai pulang ke Indonesia dan tak mau menemuinya.

Langkah pelan Cheryl memasuki kamar miliknya, "Huaaa!" Begitu masuk ke dalam Cheryl mengeluarkan teriakan dan luapan emosi yang tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun.

"Cabut sampai ke akarnya sisa-sisa kebodohan ku Tuhan. Karena ternyata sakit terlalu lama berkorban."

Seandainya saja ada permintaan yang bisa dikabulkan dalam sekejap, ingin rasanya ia melupakan semua ingatan tentang Badai Laksamana.

Pedih, perih, menyakitkan, Cheryl ingin beralih, Cheryl ingin terlepas dari kubangan cinta yang tak pernah membuatnya bahagia.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

Siang ini Ezra dan Camila berada di kantor pusat Ell-elektro. Perusahaan elektronik ini cukup dikenal, cukup bersaing, produknya pun sangat digandrungi karena di anggap aman dikantong tapi berkualitas.

Dari sekolahnya Ezra langsung mampir ke perusahaan tempat ayahnya bekerja. Dan orang-orang bilang hari ini peresmian jabatan Badai Laksamana. Pantas saja kantor ini cukup ramai, banyak awak media yang berdesakan meliput.

"Tuan muda." Ada satpam yang mengenal Ezra, tentu saja mengenal, hampir semua orang mengenal Ezra karena berasal dari keluarga kaya dan berkecimpung di dunia keartisan. Tak jarang Ezra membintangi film, iklan, dan lainnya karena ada Queen di balik layar.

"Papi Eza mana? Eza mau ketemu."

"Ketemu?" Pria berseragam putih itu menggaruk-garuk kepalanya, bingung sudah barang tentu, bagaimana ia menyikapinya?

Sudah pasti anak lugu itu tidak membuat janji dan tak pula izin pada orang tuanya. Yah benar, Ezra memang sengaja datang ke sini untuk membujuk ayahnya pulang ke rumahnya demi menyudahi kesedihan ibunya.

"Iya ketemu. Cepetan tunjukkin di mana ruangan Papi? Eza mau ketemu." Paksa Ezra, bahkan Camila pun tak mampu menghentikan kemauan Tuan muda keras kepalanya.

"Tapi Tuan muda, ..." Belum selesai ucapan satpam itu, Ezra sudah lebih dulu meneriaki pria gagah yang keluar dengan banyak sekali awak media.

"Papi!" Ezra berlari tanpa permisi. Ezra mengenal betul bagaimana wajah seorang Badai Laksmana. Wajah tampan itu sering ia lihat di majalah, televisi, dan media lainnya.

"Papi!" Badai sangat tampan dengan pakaian kantornya. Jas hitam itu melekat sempurna pada tubuh bidangnya.

Savira terkejut hingga seketika saja ia menutup mulutnya. "Eza! Kamu di sini Sayang?"

"Iya Ma." Eza memang tak memanggil kakek neneknya dengan sebutan yang semestinya, Eza terbiasa menyebut Dhyrga Daddy, Queen Mami besar, lalu Savira Li Mama.

Savira mengangkat cucunya dengan senyum kikuk yang pucat. "Kenapa tidak bilang mau datang? Kan Mama bisa jemput."

"Kejutan buat Papi." Ezra merosot turun dari gendongan neneknya. Lalu memeluk ayahnya. "Papi."

Badai terhenyak. Entahlah, Badai merasa asing dengan anak itu. Meski wajah Ezra sering ia lihat dari video dan foto yang Cheryl kirimkan, ia kikuk begitu berhadapan secara langsung.

"Papi, akhirnya Eza ketemu Papi. Ayok kita pulang ke rumah. Mami nunggu Papi pulang."

"Suruh mereka matikan kameranya." Badai menatap ke arah Jimmy yang lalu bergegas melaksanakan tugasnya.

Sekejap saja, pria-pria berseragam menepikan awak media agar tak mengganggu urusan pribadi Badai Laksamana.

"Badai, ..." Savira berharap, putranya tak mengecewakan Ezra.

"Ikut lah." Tak perlu waktu lama, Badai justru menarik tangan putranya untuk mengikuti langkah panjangnya.

Badai geram dengan kelakuan tiba-tiba putra rewelnya. Seharusnya ia menghadiri konferensi pers, dan kacau setelah anak ini datang.

Ezra menyengir. "Papi, jangan cepat-cepat jalannya. Lihatlah kaki Papi lebih panjang dari Eza. Eza nggak bisa mengimbangi."

Badai mendengus kesal, lantas mengangkat raga kecil anak itu sebelum menuruni eskalator. Semua karyawan menatap ke arah mereka.

Ezra cukup nyaman berada dalam gendongan ayahnya. "Papi kok mirip Eza? Bener dong kata orang-orang, kalo Eza menuruni Papi."

Astaga, Badai mulai mendidih mendengar ocehan rewel putranya. Dia yang dingin tak suka di ajak ngobrol bocah kecil itu. "Bisa diam kan hmm?"

"Bisa." Ezra mengangguk.

"Sekarang beritahu Papi di mana ibumu?" Badai tiba di lantai dasar, lalu Ezra tak mau menjawab pertanyaannya. "Di mana Mami mu?" Ulangnya.

"Katanya Eza di suruh diam?" Sanggah Ezra.

"Tapi jawab kalo di tanya."

"Mami lagi arisan." Kata Eza kembali.

Badai menghela napas. Ia lupa, memangnya apa lagi yang bisa Cheryl lakukan selain hura-hura bersama wanita sosialita? Cheryl kan anak sultan. "Di mana?"

"Di hotel punya Daddy besar."

"Daerah mana?" Cecar Badai. Hotel Millers-Corpora group cukup banyak.

"Pokoknya dari sini lurus saja, tidak jauh kok."

Badai mendekati satu mobil, membuka pintu penumpang bagian depan lalu memasukkan putranya ke dalam sana.

"Sekarang diam di sini. Dan jangan bertanya atau bicara jika tidak di tanya, mengerti?"

"Mengerti." Ezra menyengir. Tapi kemudian meredup ekspresi setelah menyadari bahwa sikap ayahnya tak sehangat Om Sandy nya.

1
raya
Luar biasa
Lailatul Fitria
nyesek 😭
Angga Junaedi
Luar biasa
Angga Junaedi
Lumayan
teh rebahan
👍👍👍👍🫰🫰🫰
Yulis Aje
keren
meisan
membayangkan adegan kebut2an di jalan,seru sekali Thor....
Susanti Susanti
Luar biasa
SasSya
👍🏻👍🏻👍🏻
Hieny Firman
Luar biasa
Hieny Firman
Lumayan
Erna Wati
lanjut seru ni/Sneer//Sneer//Sneer//Sneer//Sneer/
Erna Wati
sok cuwek klu msh cinta bilang bung
Erna Wati
pisah aja udah cheryl sakit bacanya maaf
Erna Wati
sedih sekali/Cry//Cry//Cry//Cry//Cry/
Erna Wati
kejutan nya di tunggu
Erna Wati
hebat kalian cinta bisa mengalahkan semua masalah yg diadapi
Erna Wati
/Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Erna Wati
wah parah ni yg kuat ya badai nahan godaan
Erna Wati
yang penting hevi/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!