Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa dia sebaik itu?
Aozora berjalan memasuki lobby dengan langkah yang anggun. Sebenarnya hari ini dia merasa sedikit malas untuk masuk kantor karena masih lelah, walaupun kemarin di libur mengingat kemarin adalah hari Minggu, bukan berarti wanita itu bisa istirahat dengan tenang seperti sebelum Arsen bangun dari komanya. Akan tetapi, kemarin ada saja yang diperintahkan oleh Arsen suaminya untuk dia lakukan.
Namun, walaupun mood Aozora tidak terlalu bagus, wanita itu tetap saja melemparkan senyum pada setiap karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya.
Ketika melewati sebuah ruangan, Aozora berhenti sejenak karena wanita itu mendengar ada dua orang wanita yang sedang mengobrol. Bukan karena ingin marah, makanya dia berhenti, tapi karena dia jelas-jelas mendengar ada namanya disebut oleh dua wanita di dalam.
"Iya sih, aku rasa juga begitu. Ibu Aozora pasti mau menikahi Tuan Arsen, hanya karena mengejar harta. Kan mustahil ada wanita yang mau menikah dengan pria lumpuh? Udah lumpuh, koma lagi," terdengar suara salah satu dari dua wanita itu.
"Hooh, sepertinya Ibu Aozora itu wanita yang sangat licik. Menang cantik doang! Aku yakin kalau tujuan dia menikahi Tuan Arsen hanya untuk menguasai perusahaan Tuan Arsen," sambung wanita satu lagi.
"Padahal aku dulunya berharap kalau Tuan Arsen menikah dengan mbak Hanum. Mbak Hanum, udah cantik, lembut, keibuan lagi. Benar-benar wanita idaman. Entah di mana sekarang Mbak Hanum. Kasihan dia kalau balik-balik nanti, tahu kalau Tuan Arsen menikah dengan wanita ular itu!" kembali wanita yang pertama buka suara.
"Bu Aozora pakai pelet apa sih, sampai-sampai nyonya Amber memilih wanita licik itu jadi menantu? Gak habis pikir aku!
Aozora mengepalkan tangannya dengan kencang mendengar perkataan dua wanita di dalam yang dengan gampangnya menilai dia wanita licik.
"Pasti dukunnya kuat dan dibayar mahal!" lanjut wanita lainnya.
"Sudah kalian selesai menggosipnya?" tiba-tiba Niko yang ternyata sudah berdiri di belakang Aozora, tanpa wanita itu tahu langsung maju melewati Aozora dan berdiri tepat di ambang pintu. Pria yang merupakan asisten Arsen itu menatap dengan sangat tajam penuh amarah ke arah dua wanita yang baru saja membicarakan istri dari Arsenio itu.
"P-Pak Niko!" seru keduanya dengan wajah pucat. Wajah mereka semakin pucat ketika mereka juga melihat sosok wanita yang baru saja mereka bicarakan.
"I-ibu, Zora!" gumam keduanya sembari berusaha menelan ludah yang kali ini terasa sangat sulit untuk mereka telan.
"Hebat ya, kalian berdua menjelek-jelekkan istri dari pemilik perusahaan tempat kalian bekerja, tanpa tahu yang sebenarnya. Sekarang kalian berdua temui pihak keuangan, minta gaji dan pergi dari perusahan ini!" titah Niko dengan raut wajah datar dan aura yang dingin.
"P-Pak Niko tolong jangan pecat kami Pak! Kami sangat sulit untuk bisa masuk di perusahaan ini, dan kami juga tulang punggung keluarga. Please jangan pecat kami!" mohon kedua wanita itu sembari menangkupkan kedua tangan mereka. Dari mata keduanya juga sudah terlihat cairan bening membasahi pipi keduanya.
Niko sama sekali tidak menjawab. Pria itu berbalik dan hendak melangkahkan kakinya.
Karena merasa akan sia-sia memohon pada Niko, dua wanita itu pun meraih tangan Zora dan kembali menangis
"Bu Zora, kami minta maaf, Bu! Tolong jangan pecat kami! kalau kami tidak bekerja lagi, keluarga kami mau makan apa? apalagi aku, Bu. Aku punya dua adik. Satu masih SMA dan satu lagi kuliah. Dua-duanya butuh biaya banyak, dan hanya dengan bekerja di sini aku sanggup membiayai sekolah mereka, Bu! Aku mohon, tolong maafkan kami, dan jangan pecat kami!" ucap salah satu dari wanita itu, seraya berlutut. Melihat rekannya berlutut wanita yang satu lagi pun ikut berlutut.
"Zora, jangan pedulikan mereka! Ayo kita pergi dari sini!" Niko buka suara.
"To-tolong, Ibu Zora! Kami memang lancang, membicarakan ibu tanpa tahu yang sebenarnya. Maaf kan, kami Bu! Tapi please jangan pecat kami!" kedua wanita itu menahan kaki Aozora, ketika melihat wanita itu hendak pergi.
Aozora menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kembali dengan embusan yang cukup panjang dan berat.
"Kalian bangunlah! Aku kasih kalian berdua kesempatan! Bukan karena aku kasian dengan kalian, tapi aku kasihan dengan keluarga kalian, yang akhirnya ikut menanggung kesalahan yang kalian buat. Hanya saja, ada baiknya kita jangan terlalu mengurusi urusan orang, dan menganggap orang lain buruk, karena belum tentu kamu lebih baik dari orang yang kamu anggap buruk itu!" tutur Aozora dengan diplomatis dan bijaksana.
"Terima kasih banyak, Bu! Kami janji akan tidak akan seperti itu lagi!" ucap kedua wanita itu hampir bersamaan.
Sementara itu, Niko berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir kenapa Aozora masih memberikan kesempatan pada dua wanita yang jelas-jelas sudah berbicara buruk tentangnya.
"Zora, kamu seharusnya tidak boleh terlalu lembek!" tegur Niko.
"Aku bukan terlalu lembek, tapi aku hanya melihat dari sisi kemanusiaan saja. Kamu dengar sendiri, kalau dia masih punya ibu dan dua adik yang masih butuh dia. Kalau dia dipecat, yang kena imbasnya adalah orang tua dan adik-adiknya yang tidak tahu apa-apa! Kasihan kalau kedua adiknya yang punya impian, tapi harus terhenti karena kesalahan yang dibuat kakaknya. Jadi, aku melakukan ini bukan untuk dia tapi untuk keluarganya," jelas Aozora panjang lebar, membuat dua wanita tadi tertunduk merasa benar-benar malu. Pandangan mereka yang tadinya buruk pada wanita itu kini berubah menjadi kekaguman karena kebijaksanaan istri dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.
Niko terdiam tidak bisa memberikan jawaban apa-apa lagi. Tapi, yang jelas ada kekaguman yang muncul di hati pria itu untuk istri dari sahabatnya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aozora masuk ke dalam ruangannya dengan wajah yang muram. Bukan karena ucapan kedua wanita tadi yang mengatainya 'wanita licik'. Tapi, dia kepikiran dengan ucapan dua wanita tadi yang sepertinya sangat mengagumi sosok Hanum. "Apa Hanum sebaik itu, sampai mereka menginginkan dia menjadi istri Arsen?" batin Aozora sembari duduk menatap kosong ke layar laptop di depannya.
Di sisi lain, Niko memicingkan matanya, merasa kalau wanita di depannya itu, sedang tidak baik-baik saja.
"Zora, kenapa dengan wajahmu? Kenapa muram? Apa kamu masih memikirkan ucapan dua wanita tadi?" tanya Niko,memastikan.
Aozora tidak memberikan jawaban. Namun, wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak apa-apa, Niko! Kamu tenang saja!" Aozora berusaha untuk tersenyum.
Aozora kini mencoba untuk mulai fokus bekerja, tapi lagi-lagi ucapan kedua wanita itu tentang Hanum kembali berkelebat di pikirannya.
"Niko, apa Hanum memang sangat baik, sampai karyawan di sini sangat menginginkannya jadi istri Arsen? Aku tahu, kalau keramahan karyawan di sini banyak yang palsu untukku," akhirnya Aozora tidak bisa menahan lagi, untuk mengeluarkan apa yang berkecamuk di dalam pikirannya.
Tbc