NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Rumah sakit jiwa

"Jadi, Airilia harus tetap di sini, Dok, dan tidak boleh pulang?" Hasan dan Badariah terkejut mendengar pernyataan dokter di hadapan mereka.

"Iya, Pak. Airilia mengalami trauma yang cukup berat, dan kondisi psikisnya terguncang. Untuk memulihkan keadaannya, ia perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit ini. Saya akan memantau perkembangannya secara langsung," jelas dokter Zara dengan nada lembut.

Perkataan dokter Zara membuat hati Hasan dan Badariah semakin berat. Mereka tidak menyangka bahwa kondisi Airilia seburuk ini. Beruntung, mereka segera membawa Airilia ke rumah sakit setelah sehari pindah ke kota ini. Setidaknya, penyakit yang dideritanya bisa segera ditangani.

"Dok, apakah Airilia bisa sembuh?" tanya Hasan, matanya memancarkan kekhawatiran.

Dokter Zara mengangguk pelan. "Saya sudah menangani banyak pasien dengan kondisi serupa. Airilia bisa sembuh, tapi semua tergantung padanya. Jika ia mau mengikuti terapi yang kami berikan, peluangnya untuk pulih sangat besar."

Hasan memandang Airilia yang duduk diam di atas brankar, menatap kosong tanpa ekspresi.

"Dok, apakah kami boleh menjenguknya setiap hari?" tanya Badariah dengan suara bergetar. Ia sangat menyayangi Airilia dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

"Tentu saja. Kehadiran keluarga bisa menjadi dukungan penting bagi kesembuhannya," jawab dokter Zara dengan senyum hangat.

"Kalau begitu, sebelum kami pulang, bolehkah kami berbicara sebentar dengannya?"

"Tentu, silakan."

Hasan dan Badariah mendekati Airilia. Hasan mengusap lembut rambut panjang gadis itu, sementara Badariah menggenggam tangannya erat dan menangis pelan.

"Lia, paman dan bibi harus pulang sekarang. Kamu di sini harus nurut sama dokter dan perawat, ya. Paman dan bibi akan datang menjenguk setiap hari kalau tidak ada halangan," ucap Hasan sambil mencium puncak kepala Airilia.

"Sayang, cepat sembuh, ya. Bibi akan sering-sering ke sini buat menemani kamu," kata Badariah, lalu mengecup kedua pipinya.

Sementara dokter Zara tersenyum melihat momen penuh kasih itu, Hasan dan Badariah akhirnya pamit. Keduanya berjalan keluar ruangan dengan perasaan berat, berharap Airilia bisa segera pulih dan kembali ceria seperti dulu.

---

Sesampainya di rumah, Hasan duduk di sofa sambil menyalakan sebatang rokok. Sementara itu, Badariah datang membawa dua cangkir teh hangat dan sepiring camilan.

"Mas, kamu masih kepikiran Airilia?" tanya Badariah pelan.

Hasan menghela napas panjang. "Bukan itu, Dek. Aku sedang memikirkan pekerjaan. Aku nggak mau kita terus-terusan bergantung pada tabungan Airilia."

Badariah terdiam. Ia sadar selama ini hanya fokus pada kesembuhan Airilia tanpa memikirkan kondisi keuangan mereka.

"Terus, Mas mau kerja apa?"

"Aku juga bingung. Mau melamar pekerjaan, tapi di usia hampir enam puluh tahun, rasanya sulit diterima. Kamu ada saran?" Hasan menatap istrinya yang sibuk menyesap teh.

Badariah berpikir sejenak, lalu berkata, "Gimana kalau kita buka warung di halaman depan? Kan, halamannya luas, bisa kita manfaatkan."

Hasan menghela napas. "Modalnya dari mana? Uang kita nggak cukup."

"Kita pakai tabungan Airilia dulu," usul Badariah.

Hasan menggeleng. "Kita baru pindah ke sini. Belum kenal lingkungan, dan di depan rumah kita juga sudah ada warung. Kalau langsung buka usaha, belum tentu bisa bersaing."

Badariah terdiam, lalu berkata, "Kalau begitu, sementara aku coba bikin aneka kue dan dititipkan ke warung-warung sekitar sini. Gimana?"

Hasan mengangguk. "Boleh juga. Aku akan survei dulu, siapa tahu ada warung yang mau menerima titipan kue kita."

Hasan segera bangkit dan keluar rumah untuk melihat keadaan sekitar.

"Hati-hati, Mas!" seru Badariah.

"Iya!" sahut Hasan sambil melangkah pergi.

---

Di dalam mobil yang dikemudikan Rakha, Rehan tampak diam, menatap jalanan dengan pandangan menerawang.

"Ada apa, Rehan? Kamu punya masalah?" tanya Rakha sambil sesekali melirik putranya.

"Ayah, boleh aku tanya sesuatu?"

"Tentu. Mau tanya apa?"

"Ayah dan Mama punya anak selain aku?"

Rakha sedikit terkejut. "Nggak. Kenapa kamu tanya begitu?"

Rehan menghela napas, lalu menatap ayahnya dengan penuh selidik. "Aku nggak sengaja melihat Mama menangis sambil memegang foto seorang pria dan bayi perempuan."

Rakha terdiam sejenak. "Foto?"

"Iya. Ini." Rehan membuka galeri ponselnya dan menunjukkan foto yang ia ambil diam-diam.

Rakha menghentikan mobilnya di depan supermarket. Begitu melihat foto itu, wajahnya berubah tegang.

"Rehan, dari mana kamu dapat foto ini?"

"Dari kamar Mama. Waktu itu aku nggak sengaja melihat Mama menangis sambil memegang foto ini. Ayah, siapa pria dan bayi perempuan di dalam foto ini?"

Rakha terdiam. Foto itu adalah milik almarhum Sento dan putrinya.

"Ayah, bayi perempuan ini… adikku?" tanya Rehan semakin penasaran.

Rakha tampak gelisah. "Nggak... eh, iya... eh, maksud ayah... Ayah nggak tahu."

Rehan menatap ayahnya penuh curiga. "Sepertinya Ayah menyembunyikan sesuatu..." batinnya.

"Ya sudah, aku turun dulu. Ayah mau nitip sesuatu?" tanya Rehan sambil meraih tasnya.

"Nggak ada. Kalau gitu, Ayah ke kantor dulu," ucap Rakha buru-buru, lalu segera menyalakan mesin mobil dan pergi.

Rehan menatap mobil ayahnya yang semakin menjauh. Ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya, dan ia harus mencari tahu kebenarannya.

Bersambung...

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!