Terkadang sesuatu yang paling kau takuti merupakan hal yang akan membebaskanmu, banyak yang sudah terjadi, dan tidak semuanya terjadi sesuai keinginan. Itu yang di alami pria muda berusia 23 tahun ini, realita kehidupan tidak seperti keinginannya, khayalannya di tepis dengan berbagai macam pemanis buatan yang datang dari semua sudut.
Tidak memiliki peran keluarga yang kental membuat pria itu mencoba mencari kesenangan sendiri, namun sayang hal itulah yang membuatnya mengenal arti dari kesunyian malam, ruangan gelap dengan music yang keras juga lampu berwarna yang remanglah justru menjadi temannya hampir di setiap malam.
Hanya bermain dengan sebuah mesin besar yang di terbangkan di udara membuat pria itu belajar banyak hal, cinta hanya kalimat bualan belaka....
ini kisahku Angkasa Alvaro Dharma, sebuah keputusan yang sulit untuk mengawali cerita, tapi untuk berada di posisi ini tidaklah mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F2AC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan siang
Setelah kejadian itu Aska sedikit melamun dalam pekerjaannya, bukan tidak bisa melupakan Rani untuk saat ini, tapi ia merasa cukup leha karena sudah menyampaikan semua keluh kesah yang dia rasakan selama ini.
“Aska….”
“Aska….” sapa seorang pria yang berhasil membuyarkan lamunan pria itu.
“Ya?”
“Ada apa? kau menambah hobi barumu dengan melamun?” tanya Rendi yang mulai duduk di hadapan pria itu.
“Apa benar Rani di sini?” tanya Rendi yang membuat Aska menarik nafas dalam.
“Apa lagi yang di inginkan gadis itu,” ucapnya dengan ikut kesal.
“Selamat siang Pak Aska,” sapa seorang wanita yang membuat Rendi tersenyum malu.
“Hm…. Baiklah sepertinya aku harus kembali bekerja,” ucap Rendi saat menyadari jika yang barusan datang itu adalah Febi.
“Selamat siang,” sapa Aska dengan seulas senyuman.
“Aku baru saja lewat sini, ada beberapa berkas yang aku berikan,” ucapnya yang di angguki oleh Aska.
“Begitu rupanya…. Eeee kau sudah makan siang?” tanya Aska dengan sedikit sungkan.
“Belum, kau?”
“Aku juga belum,” uap Aska yang mulai terlihat canggung saat ini.
“Hm…. Di depan ada restorant baru, ada satu menu yang wajib untuk kau coba, ayo…” ucapnya yang langsung di angguki oleh pria itu.
Mereka mulai berjalan menyusuri lorong dengan sesekali bercanda gurau, hal itu berhasil menarik perhatian banyak wanita, karena ini kali pertama mereka melihat Aksa bercengkrama dengan seorang wanita dan itu terlihat begitu akrab.
“Siapa wanita itu?” tanya Dwi dengan wajah kesalnya.
“Aku tidak tau, dia cukup cantik dan cocok untuk pak Aska,” jawab teman yang berada di sampingnya hingga membuat Dwi melirik tajam ke arah sang teman.
Sementara saat ini Aska sudah berada di sebuah meja dan beberapa makanan yang di hidangkan.
“Kau penikmat makanan pedas juga rupanya,” ucap Aska yang mulai menikmati maknan di depannya.
“Tidak terlalu, hanya ketika aku menginginkannya saja, bagaimana apakah kau menyukai menunya?” tanya Febi yang di angguki oleh Aska.
“Lumayan…. Ada beberapa rempah yang cukup familiyar di sini,” ucapnya yang membuat Febi sedikit bingung.
“Benarkah? Kau paham dengan bumbu masakan?” tanya gadis itu dengan bingung.
“Hm…. Sebelum aku bekerja di sini, aku pernah menjadi karyawan rumah makan,” ucapnya yang benar benar membuat Febi tertegun.
“Kau? pegawai rumah makan? Restoran maksudmu?” tanyanya karena masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Bukan…. rumah makan, kau pernah mendengar nasi padang?” tanya Aska yang di anguki oleh gadis itu.
“Salah satu kerabatku mempunyai rumah makan ciri khas padang, jadi sebelum aku mendapatkan pekerjaan ini aku menjadi karyawan di sana,” jelas Aska yang benar benar membuat Febi terpukau.
“Kau tidak bercanda bukan?” tanyanya dengan sedikit ragu.
“Untuk apa aku merangkai cerita masalalu?” tanya Aska dengan sedikit kekehan pelan.
“Waw….. aku salah satu peminat nasi padang, mereka memasak dengan ciri khas yang sangat berbeda,” ucapnya yang di angguki oleh Aska.
“Tapi tentu saja kau akan menjadi pewaris nya bukan?” tanya Febi yang membuat Aska terkekeh pelan.
“Uang tidak mengenal tali persaudaraan Feb, aku di sana bekerja layaknya karyawan biasa,” ucapnya yang membuat Febi semakin bingung.
“Maksudmu,”
“Kau lihat pelayan itu?” menujuk seorang pelayan restorant yang tengah membersihkan meja.
“Hm…”
“Aku pernah berada di posisinya, setelah semua piring dan mangkok itu di bereskan aku akan mencucinya,” ucap Aska yang membuat Febi benar benar tertegun.