PESONA PENGAWAL TERKUAT

Untung saja Raditia sudah melewati jalan Tol dan hampir tiba di gerbang Tol keluar, Namun tidak jauh dari jalan Tol.

Raditia melihat 3 off-road lainnya yang bertugas untuk menghalanginya.

Cittt!!!

Raditia memarkir mobil, lalu berbalik untuk melihat kondisi Amelia dan Claudia.

"Kalian tunggu disini, biar aku yang urus mereka!" ujarnya percaya diri.

Setelah Raditia keluar dari mobil.

Baru pada saat inilah Amelia dan Claudia pulih dari rasa panik. Amelia dan Claudia saling menatap, tiba-tiba mereka membuka tangan dan saling berpelukan.

"Amel, apa yang terjadi?" tanya Claudia terheran-heran.

"A-Aku juga tidak tahu," jawab Amelia gugup.

"Amel, Lihat!" seru Claudia, tiba-tiba jarinya menunjuk keluar jendela mobil.

Kemudian mereka melihat Raditia telah sampai ke depan tiga mobil off-road.

Dan disini, begitu pintu 3 mobil off-road terbuka, enam pria sangar turun dari dalamnya.

Tak satupun dari mereka yang terlihat seperti orang baik, jelas mereka preman.

Memegang belati ditangannya mereka bergegas menyerang ketika melihat Raditia.

Duduk di dalam mobil, Amelia dan Claudia benar-benar bisa melihat ekspresi mengerikan di wajah mereka.

"Raditia!!" teriak Amelia dan Claudia pada saat sama.

Dalam benak mereka, Raditia pasti akan mati.

Namun, saat berikutnya mereka tidak tahu apa yang Raditia lakukan mereka hanya melihatnya Raditia menyalakan sebatang roko dan melangkah maju ke arah enam pria itu dengan sangat cepat.

Segera terdengar suara teriakan kesakitan disertai beberapa suara hantaman benda keras.

Bang! Bang! Bang!

Trang! Trang! Trang!

Keenam orang itu jatuh ke tanah dan mereka tak bisa bangkit lagi, sebaliknya Raditia berdiri disana dengan tatapan mata yang sangat kejam.

Amelia dan Claudia harus mengakui bahwa sosok Raditia saat ini terlihat sangat tampan.

"Bagaimana mungkin!" seru Claudia, sambil mengucek-ngucek matanya,"Amel, apa kamu bisa melihatnya dengan jelas?"

"Tidak! Aku tidak tahu apa yang terjadi!" Kata Amelia, meski matanya melihat ke depan dengan fokus, tetapi dia benar-benar tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.

Hanya saja dia tidak seheboh Claudia.

"Bagaimana Raditia bisa mengalahkan ke enam orang itu? Aku benar-benar tidak bisa melihatnya dengan jelas," ujar Claudia, menarik tangan Amelia dengan penuh semangat,"Amel, mungkinkah itu ilmu bela diri tingkat tinggi? Atau semacam ilmu Mandraguna?"

Ketika Amelia mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menepuk dahinya dan memutar matanya.

"Seharusnya itu sejenis alat kejut listrik Claudia, sepertinya kamu harus membaca lebih banyak komik aksi dan laga," ujarnya

"T-Tapi aku belum pernah melihat alat kejut listrik yang begitu kuat seperti itu, Tidak. Aku akan bertanya langsung pada Raditia!" seru Claudia sangat penasaran, dia menarik tangan Amelia untuk segera keluar dari mobil.

Amelia melihat semua orag jahat telah dikalahkan oleh Raditia, jadi seharusnya tidak ada bahaya lagi dan dia pun setuju.

Akhirnya keduanya turun dari mobil sambil bergandengan tangan.

Pada saat ini, Raditia datang dari pinggir jalan sambil membawa tali tambang, menyeret ke enam pria sangat itu bersama-sama, da mengikat mereka kuat-kuat.

Selama periode ini, ke enam pria sangar itu mengeluarkan tangisan yang sangat menyedihkan.

Faktanya, Raditia menggunakan banyak kekuatan saat mengikat lengan mereka. Jadi hasil akhirnya adalah lengan ke enam pria sangat itu diikat dalam satu lilitan.

Amelia dan Claudia awalnya ingin merasa puas dengan itu. Terutama Claudia dia ingin bertanya jenis apat kejut listrik apa yang digunakan Raditia, yang lebih keren dari ilmu bela diri dan ilmu Mandraguna.

Claudia juga ingin membelinya.

Tapi saat melihat perbuatan Raditia, dia langsung merasa takut.

Claudia tidak berani mendekat dan hanya berdiri di tempat sambil menonton dengan wajah ngeri.

Raditia yang sudah menyelesaikan semuanya berjalan mendekat sambil mengeluarkan sebatang roko, menyalakannya dan menghisapnya dengan santai.

"Istri pertama, Istri kedua. Masalahnya sudah selesai, apa kalian ingin memberiku hadiah?"

Setelah berbicara, Raditia Raditia menatap dua aset besar Amelia dan Claudia dengan jeli.

"Bajingan besar!" ujar Claudia, melirik ke samping dan mendoron Amelia,"Hadiahnya akan diberikan oleh istrimu! Jangan minta kepadaku, Biar istrimu saja yang memberikan satu ciuman lagi!"

"Claudia! Jangan bicara omong kosong!!" bentak Amelia sambil menatap Claudia dengan kesal.

"Hehehe," ujar Claudia, lalu diam dengan patuh.

Amelia segera melirik Raditia dan berpikir,"Meskipun dari Awal pertemuan hingga sekarang Raditia selalu menjadi bajingan dan pria cabul, bahkan tadi malam dia menakuti kami hingga menangis. Namun ketika dia mengemudi dan bertarung barusan itu, itu terlihat cukup tampan."

Sangat disayangkan, beberapa detik kemudian Amelia mengeleng-geleng da segera menyingkirkan pikiran aneh di benaknya, lalu berjalan mendekat dan berkata kepada Raditia dengan dingin,"Raditia kamu--"

"Ya say..." Raditia yang awalnya ingin memanggil sayang, tetapi begitu melihat dinginnya tatapan Amelia, dia hanya menundukkan kepalanya." Ada apa Amel?"

"Apa kamu tahu siapa orang-orang ini? Kenapa mereka berniat mencelakai kita?" tanya Amelia setelah memahami inti masalahnya.

"Ya,ya, itu benar." Claudia disamping ikut-ikutan berseru,"Bajingan besar! Apa kamu sudah memastikan identitas mereka dengan tujuan apa?"

Melihat kedua istrinya begitu penasaran, Raditia mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya dan tersenyum main-main.

"Kalian sangat pensaran,kan? Baiklah sebelum aku beritahu kalian, aku ingin dapat hadiahnya dulu! Aduh! Mengalahkan enam orang sekaligus membuat tanganku sedikit Kram!"

Setelah selesai berbicara, Raditia menatap ganas bibir merah merona Amelia.

Memikirkan dua ciuman dari bibir Amelia sebelumnya, Raditia benar-benar merasa candu. Tidak hanya manis, tapi juga sangat menggairahkan.

"Hahh!!" seru Amelia, mengangkat alisnya, mengerutkan bibirnya, dan menatap Raditia dengan galak,"Jangan banyak omong kosong! Cepat katakan!"

"He he he, Baiklah." ujar Raditia, mematikan roko nya sambil mengeleng geleng,"Kupikir mereka orang-orang suruh si Sapi gemuk, Dimas."

"Dimas?" sontak Amelia terkejut.

"Ya, semua kejadian ini pasti ulah Dimas," ujar Raditia.

"Benar juga," balas Amelia, mengangguk mengerti.

"Ya, Kemarin Dimas pergi ke kantorku untuk melamar, tetapi dia dipermalukan oleh Raditia. Dengan kepribadian tak tahu malu Dimas, bagaimana dia membiarkan masalah ini berlalu begitu saja, sepertinya dia menyewa kelompok orang ini untuk menculikku, tidak hanya ingin menculik, bahkan dia ingin melukaiku, tapi aku tak menyangka bawa Raditia akan menyelamatkan aku lagi," batinnya memikirkan ini.

Dalam hal ini, Amelia merasa harus berterimakasih kepada Raditia.

Alasannya sagat Sederhana, tanpa adanya Raditia dia mungkin sudah ditangkap oleh Dimas hari ini.

Apa yang akan terjadi selanjutnya, Amelia sudah bisa menebaknya.

Namun, ketika Amelia mengangkat kepalanya dan Raditia sedang menatap bibirnya yang merah dengan penuh nafsu.

Tatapan mata Raditia benar-benar bergairah.

"Bajingan besar ini, pasti hanya ada hal hal mesum dikepalanya," gumamnya.

Bersambung...

See you next time👌