Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Dariel Lembut?
Setengah jam sudah Casey belum sadarkan diri. Carla bolak-balik memeriksanya.
"Tuan.." ucap Carla saat melihat Dariel masuk ke dalam kamar Casey.
"Saya pamit dulu," ucap Carla lalu pergi.
Dariel berdiri di tepi ranjang, menatap wajah pucat Casey yang terbaring di atas tempat tidur. Dariel mengamati kamar itu dan melihat sebuah bingkai foto di atas nakas. Foto Matilda ibu Casey.
Dariel tersentak saat mendengar suara tangisan kecil yang keluar dari mulut Casey. Tubuh wanita itu bergetar membuat Dariel panik.
"Casey... Casey..." panggil Dariel mengusap pelan wajah Casey. Wanita itu terbangun dan menatap wajah Dariel yang sangat dekat dengannya. Spontan Dariel menegakkan tubuhnya, wajahnya yang khawatir seketika berubah menjadi datar dan dingin.
Dengan nafasnya yang tidak teratur, Casey mengamati ruangan itu, ternyata dia ada di kamarnya. Casey bangun dan merasakan selang infus tertancap di tangannya. Dokter memasangnya karena tubuh Casey kehilangan banyak cairan.
"Ke.. kenapa kamu ada di sini," tanya Casey datar. Dariel terdiam, dia saja tidak tau kenapa dirinya datang ke kamar wanita itu.
"Aku hanya memastikan seseorang yang sudah mengeluarkan uang ku hanya untuk biaya pengobatannya saja," jawab Dariel dengan nada dingin seperti biasanya.
"Ck... sepertinya ada orang yang lupa kenapa aku bisa sampai seperti ini," balas Casey membuat Dariel membulatkan matanya. Wanita di depannya sedang menyindirnya.
"Lily sudah membuat mu makanan. Sebaiknya kamu segera memakannya. Aku tidak ingin uangku keluar lagi hanya karena tubuhmu yang lemah itu, " ucap Dariel. Casey melirik nampan berisi makanan di atas nakas.
"Aku tidak selera makan setelah melihat wajahmu," ucap Casey malas dan kembali tidur dengan posisi membelakangi Dariel.
"Pria sialan, jelas-jelas ini semua karena dirinya. Bukannya bertanya tentang keadaanku malah membahas uang. Ah sudah lah, lupakan saja. Pria seperti dia memang tidak punya hati," batin Casey.
"Makan lah, aku akan pergi," ucap Dariel lembut lalu pergi.
Casey membalik tubuhnya dengan mata yang membulat. Dalam pikirannya pria itu akan marah karena perkataannya.
"Apa pria itu sedang sakit?" gumam Casey. Tidak biasanya Dariel seperti itu. Ini kali pertama dirinya mendengar suara lembut keluar dari bibir tajam pria itu.
*******
Pagi harinya Casey terburu-buru karena terlambat berkerja. Casey berjalan dengan langkah cepat menuruni tangga rumah Dariel yang panjang.
"Astaga... bagaimana ini," gumam Casey tidak fokus lagi dengan langkah kakinya hingga membuatnya hampir terjatuh kalau saja Dariel tidak sigap menangkapnya membuat jarak di antara keduanya sangat dekat.
Dariel menatap dalam-dalam netra biru milik Casey.
"Ma... maaf.." ucap Casey mendorong pelan dada Dariel hingga keduanya berdiri dengan tegak.
"Bi... bisakah kamu melepaskan tangan mu," ucap Casey memalingkan wajahnya menyadari tangan Dariel berada di pinggangnya. Spontan Dariel melepaskan tangannya, "jalan saja masih remedial," cibir Dariel berjalan menaiki tangga.
"Da..riel..." panggil Casey. Kali ini dia akan minta tolong pada pria itu. Barangkali dia sedang dihampiri malaikat dan berbaik hati padanya. Ya meskipun dia tau kalau pria itu tidak akan membantunya.
Dariel berbalik saat Casey memanggilnya. Pria itu menatap Casey dengan penampilan formalnya. Dariel belum pernah melihat wanita itu berpenampilan formal seperti saat ini. Mengenakan Blazer dan rok.
"Begini, sepertinya aku sudah terlambat dan itu karena aku membersihkan rumah mu yang besar ini. Bi.. bisakah supir mu mengantarku ke tempat kerja ku," ucap Casey penuh harap. Dariel berbalik tanpa membalas perkataan Casey.
"Huh.. sudah kubilang bukan. Dia tidak akan mau. Harusnya aku tidak mengatakan itu tadi. Rasanya aku rendah sekali dimatanya," gumam Casey turun dari tangga.