Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIMA BELAS
Hari berganti secepat jam pasir yang tak dapat dihentikan siapapun. Kini sudah terhitung 4 hari sejak kepulangan ku dari Villa milik Jeffery waktu itu dan sejak itu pula tak henti Jeffery selalu meyakinkan ku tentang betapa cinta nya pria itu pada ku.
Bukan hanya Jeffery, Dimas selalu ketua devisi keuangan juga entah kenapa mendadak berubah sikapnya yang tanpa ragu menunjukan ketertarikan kepadaku membuat ku sedikit tidak nyaman. Seperti sekarang contohnya saat tanpa di duga-duga pria itu datang ke bilik kerja ku membawa sekotak es krim rasa coklat yang sudah di ketahui semua orang pada bagian keuangan secara pasti.
"Hai Xei" aku mengulas senyum, mencoba sebisa mungkin menutupi rasa tak nyaman yang perlahan timbul.
"Selamat siang Pak. Ada yang bisa saya bantu?" dia menggeleng, pria dengan tampilan selayaknya pegawai kantor pada umumnya dengan kemeja putih, celana bahan hitam tak lupa dasi hitam jangan lupakan id card yang menggantung di leher. menampilkan senyum lebar, mengulurkan sekotak kecil es krim coklat dengan note kecil di atasnya membuat ku menatap itu sedikit ragu. Bingung antara menerima atau tidak.
"Apa ini pak?" aku mencoba mencari alasan untuk menolak. Menanyakan niatnya yang terkesan mendadak dan tak jelas.
"Ini untuk kamu. Anggap saja saya sedang bahagia dan ingin berbagi" aku mengulum bibir dengan senyum kecil.
"Apa semua anggota Devisi keuangan juga menerima ini pak?"
"Tidak. Itu kusus untuk kamu" aku menatapnya sungkan.
"Kalau demikian, maaf saya tidak bisa menerimanya pak. Takut yang lain merasa iri dan menganggap saya di anak emaskan oleh bapak" ku lihat dia tertawa. Entah bagian manaa yang lucu dari penolakan ku.
Dengan cepat tangannya menarik tangan ku, meletakan sekotak es krim disana setelahnya berlalu dengan ucapan 'jangan lupa di makan!' yang membuat ku menggeleng tak mengerti setelahnya dering panggilan masuk mengalihkan perhatian ku.
Aku menoleh, menatap handphone yang berada di meja sedikit mengernyit sebelum melirik jam kecil yang berada di sudut meja ku bingung. Mengapa Jeffery menelfon? Kalau di lihat sekarang jam 3 dini hari kan di London?
"Baby.. " suaranya parau, aku mengulas senyum, suara Jeffery yang menyapa sedikit mengurangi rinduku.
"Kau belum tidur? Ini sudah malam Jeff" tawanya, menggetarkan hati ku.
"Tapi ini siang di tempat mu baby. " aku tertawa menimpali ucapanya.
"Kau sudah makan siang? Ah mungkin kau sedang menikmati rasa es krim coklat yang manis dari damas damas itu kan?" aku tertawa semakin lepas. Astaga jadi ini alasannya menelfon.
"Kau cemburu?"
"Tidak. Biasa saja" tolak nya penuh kebohongan.
"Ah sayang sekali. Padahal di atas kotaknya ada note kecil dengan tulisan 'semangat kerja Xeira' ada hatinya juga lagi"
"Babyyyyyyy, aku ingin pulang" aku tertawa.
"Pulang dong pulang"
"Hmm pokoknya pas pulang nanti aku beliin kamu satu kulkas penuh es krim coklat!"
"Ya ya ya. Aku tunggu itu. Jangan lama-lama Jeff. Aku rindu" ucap ku dengan nada sendu di akhir kalimat.
"Aku juga merindukan mu baby. Tolong jangan memberi celah untuk pria lain. Aku akan meminta orang-orang ku untuk semakin menjaga mu, bahkan di dalam kantor sekali pun!" aku mengangguk, walau yakin Jeffery tak akan bisa melihat itu.
"Ya. Sekarang tidur lah Jeff. Sudah mau subuh. Kau akan telat pemotretan jika tidak tidur" terdengar helaan dari seberang sana.
"Aku tidak ingin tidur. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama mu kita bisa berbicara sebentar lagi ya?" tawarnya.
"Aku harus bekerja Jeff. Kau juga harus tidur supaya lebih Vit besok. Cepatlah tidur"
"Yayaya. Aku akan tidur, tapi bisa kau bernyanyi untuk ku? Sedikit saja.. "
"Aku sedang di kantor Jeff, banyak orang di sini"
"Aku tidak perduli baby. Ayolah sedikit saja atau aku tidak akan tidur dan terus menggangu mu!" ancam nya sedikit membuat ku kewalahan dan berakhir menuruti permintaan kekanak-kanakan nya itu.
"Baik lah. Tidurlah, aku akan bernyanyi untuk bayi besar satu ini"
"Babyyy... "
"Ya Jeff. Berbaringlah, letakan handphone dan aku akan bernyanyi" perintahku padanya.
"Sudah. Tolong bernyanyilah"
"Hmm...
Kau buat aku bertanya..
Kau buat aku mencari..
Tentang rasa ini aku tak mau ngerti...
Akankah sama jadinya bila bukan kamu..
Namun senyum mu menyadarkan ku..
Kau cinta pertama dan terakhir ku... "
"Sudah. Jeff? Kau sudah tertidur?" aku tak mendengar jawaban darinya hanya seru nafas yang samar ku dengar teratur.
"Selamat malam sayang. Mimpi indah Jeff dan cepatlah pulang, aku merindukan mu" ucap ku pelan seolah benar berbisik di telinga nya. Sebelum mematikan sambungan telfon, bersamaan tepat saat salah satu office girl melintasi bilik ku.
"Din!" dia menoleh, menatap ku tanya.
"Ya mba?" aku menyodorkan es krim coklat ke padanya.
"Buat kamu. Saya lagi gak pengen makan yang manis-manis" Dinda menatap ku berbinar.
"Serius mba?" aku mengangguk.
"Iya" Dinda menerima nya dengan antusias, mengucap terima kasih setelahnya berlalu pergi.
_