Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Pesona Seorang Imah
Sesuai jadwal, sore ini Imah dan Tama tengah mengadakan meeting bersama perusahaan Oasis. Kali ini terlihat berbeda, meeting kali ini Imah terlihat lebih interaktif. Tama menjawab pertanyaan dengan tegas, dan Imah menjabarkannya dengan jelas. Perwakilan Oasis nampak tidak fokus dengan isi penjabaran Imah, mereka malah lebih menelik wajah Imut Imah yang terlihat manis dan seksi saat tersenyum.
Saat ini Imah mengenakan drees selutut warna pink polkadot dengan sedikit menampakan belahan dada Imah yang putih gembul. Rambutnya yang digulung ke atas menambah pesona menawan Imah yang bahkan Tama baru kali ini melihatnya.
Tama terlihat sangat kesal dengan tingkah ke dua pria itu, apalagi Imah malah semakin terlihat menggoda dimata Tama.'' Sial, rasa mau gue colok mata nih orang bedua. Ini lagi si Imah, malah makin kecentilan. Awas kamu Imah, tunggu hukuman gue.'' Tama membatin dengan wajah senyum yang dipaksakan.
Imah sangat bangga saat meeting kali ini sukses besar. Bagaimana tidak, pihak perusahaan Oasis yang tergolong sangat besar mau bergabung dan berivestasi pada pengembangan proyek baru yang diajukan Tama dan Imah tadi. Tanpa babibu mereka langsung menandatangi persetujuan itu.
'' Alhandulillah, akhirnya sedikit pintu kemajuan terbuka buat kita. Uuugghh..senengnya.'' Imah reflek bergelayut manja di lengan Tama. Seketika keduanya membeku. Berlahan Imah melepas pegangannya.
'' Wah, sudah mau magrib. Sebaiknya kita langsung pulang ya Tuan.'' Ujar Imah kikuk sambil melihat ke depan dan kesamping mobil saat mereka masih di parkiran. Bukannya menjawab Tama malah meraih pinggang Imah dan menahan tengkuk Imah.
'' Jangan pernah perlihatkan pesonamu kecuali hanya di depanku.'' Bisik Tama dengan bibirnya sedikit menyentuh daun telinga Imah. Serangan mendadak Tama itu langsung membuat bulu roma Imah berdiri, bahkan rona merah wajahnya melebihi lampu merah dipersimpangan.
'' Waduh gawat nih, bisa-bisa bibir gue yang tak berdosa ternoda lagi nih.'' Batin Imah dengan jantung yang sudah berderu kencang.
Bukan apa-apa, Imah hanya ga mau saja di sangka murahan karena ikut menikmati. Bagimana tidak, kehebatan Tama bermain lidah sungguh membuat Imah ketagihan hihihi.
Lanjut...
Kecupan dalampun terjadi, Tama benar-benar menikmati setiap rongga mulut Imah. Anehnya Imah malah ikut terbuai dalam permainan indah Tama. Entah keberanian dari mana Imah meraba-raba dada bidang Tama, bahkan sangking terlenanya Imah ikut meraih tengkuk Tama.
Nah tu kan, Tama sih mulai duluan. Namanya juga nikmat ya kan, Imah balas terus deh sampai tu Tuan muda sok gengsi kelelep sendiri.
'' Saya antar kamu pulang.'' Ucap Tama saat cimuan indah itu sudah terlepas. Terlihat jelas wajah Tama seperti sedang menahan sesuatu yang siap untuk dilepas. Imah yang masih sesak nafas hanya bisa mengangguk tanda setuju.
Satu minggu telah berlalu, saat ini Imah dan Mang Dudung tengah berada di rumah utama atas undangan makan malam Mayang dan Danu. Imah yang sempat menolak dijemput Tama dan datang menggunakan sepeda metik buntut kesayangan miliknya. Entah malu atau takut nafsu, yang jelas Imah terus berusaha menghindari kontak langsung dengan Tama. Mungkin Imah takut mengingat kekilafan yang sangat diinginkannya itu.
Tidak hanya Imah dan Mang Dudung yang datang, Beni juga ikut dalam acara makan malam tersebut. Tama dan Tisa juga sudah ikut duduk dikursi meja makan.
Dua pasang mata elang tengah sibuk melirik dua wanita yang tengah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Terlihat Imah dan Tisa yang duduk berdampingan sesekali terlihat bicara sambil sedikit tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas sungguh menarik perhatian dua pria yang duduk di seberangnya. Sedangkan Mayang Mang dudung duduk disisi kanan dan kiri Danu tengah sibuk membahas hidangan yang tersaji di atas meja makan.
'' Ayo Mang jangan sungkan, ini semua May bikin khusus untuk menyambut Mamang. Jadi kudu habis pokoknya.'' Mayang menatap Mang Dudung dengan senyum, dan Mang Dudung malah tertawa mendengar kata-kata Imah.
'' E walah May, kalo Mamang makan semua ntar yang ada motor buntut si Imah ga kuat bonceng Mamang pulang hihihi.'' Semua orang dimeja makan langsung tertawa bersamaa kecuali Imah.
'' Walaupun buntut, tapi dia sangat berharga Pak. Susah senang kami jalani bersama.'' Imah mulai lebay.'' Alah sok puitis kamu, kalo susah kamu sama motormu, emang kalao makan enak motormu ikut kenyang apa.'' Ledek Mang Dudung. Kali ini suara gelak tawa Tama paling besar. Mata elang Imah langsung bermain.
'' Tu si tukang nyosor kayaknya seneng banget kayak habis menang lotre.'' Gumam Imah dalam hati dengan mulut yang di majukan dua senti.
Melihat Mang Dudung yang sudah tidak nyaman dan kelihat mengantuk. Danu menawarkan untuk sopir mengantar Mang Dudung pulang terlebih dahulu karena mengerti dengan kode yang diberikan olah Tama padanya.
Sekarang susanan santai terasa ditengah-tengah perbincangan Danu, Mayang, Imah, Tisa, Tama dan Beni. Mereka memilih duduk santai di pinggir kolam renang. Para wanita terlihat senang saat mereka mencelupkan kaki ke dalam kolam yang airnya terasa sejuk. Sedangkan para lelaki terlihat berbincang sambil duduk santai di kursi taman samping kolam renang sambil menikmati minuman kaleng non alkohol.
'' May, kapan prediksi brojolnya?'' Imah mah bebas, ngomong suka-suka padah bini Big Bos.'' Kalo prediksi Dokter pertengah bulan depan. Tapi rasa sesak udah mulai terasa dibagian bawah.'' Jaelas Mayang.
'' Itu berarti ga lama lagi itu Kak, karena jadwalnya bisa maju bisa mundur.'' Secara Tisa kan Dokter, jadi lebih paham lah.'' Maksudnya gima sih Tisa? Kakak ga ngerti.'' Lemot Mayang muli muncul.
'' Maksudnya Kak, kalo memang dedek bayinya udah pengen keluar ya udah lahiran deh. Jadi Kak Danu harus siap siaga mulai sekarang, jangan lihat tanggal prediksi.'' Ulas Tisa. Mayang dan Imah seirama menganggukan kepala.
'' Bos, ada kabar baru. Kemaren gue dapat email dari Nona Yukito. Dia minta proyeknya dipercepat, karena CEOnya akan berkunjung ke Indonesia pekan depan. Gimana Bos?'' Tama terlihat memikirkan pertanyaan Beni.
'' Kita lakukan sesuai permintaannya, tidak mungkin kita menolak. Apalagi gue ingin bertemu dengan CEOnya.'' Sahut Danu.'' Tapi dengan satu syarat, lo harus temenin gue setiap ada jadwal dengan Yuki.'' Tambah Danu.
'' Siap Bos, gue bakanlan jaga lo dari godaan setan yang terkutuk.'' Sontak gelak tawa mereka menggema membuat para ladies menoleh ke arah mereka.
'' I love you sayaang.'' Teriak Danu tepat saat Mayang menoleh. Mayang menjawab dengan ciuman jarak jauh. Terlihat Tama menatap Imah penuh damba, pikirannya langsung traveling ke puncak nirwana.
'' Pesonamu itu Mah, bikin si Joni langsung kedut-kedut.'' Tama mulai penasaran dengan isi gundukan padat nan putih milik Imah. Idih dasar Tama ya kayak belanda minta tanah, dikasih dikit minta tambah.
'' Kalian harus dapatkan kontrak kerjasama itu, jangan sampai Oasis bergabung bersama mereka. Ingat, dapatkan secepatnya.'' Ucap seorang pria penuh penekanan.