NovelToon NovelToon
Payungmu Di Hujan Terakhir

Payungmu Di Hujan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:528
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aolia

Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di rumah sakit

Nuka terdiam di kamarnya, memegang sebuah foto lama. Senyum hangat neneknya, sosok yang telah merawatnya sejak kecil, tak pernah hilang dari ingatannya. Setiap detail hari-hari bersamanya masih terekam jelas. Mulai dari sapaan hangat saat ia pulang, nasi goreng buatan nenek yang selalu menjadi favoritnya, hingga nasihat bijak yang menemaninya tidur. Semua kenangan itu terasa seperti harta yang tak tergantikan, terutama saat ia menyadari bahwa senyum nenek itu tak akan pernah ia lihat lagi. Neneknya telah pergi, meninggalkan kekosongan besar di rumah yang dulu terasa begitu hidup.

Lamunannya terpecah ketika ponsel di sampingnya bergetar. Ia meletakkan foto itu di atas meja, menghela napas sebelum mengangkat teleponnya. Itu adalah mamanya.

"Nuka, lagi di mana?" tanya suara di seberang, terdengar panik.

"Di rumah, Ma. Ada apa?"

"Kamu nggak tau Sera kecelakaan?" Suara mamanya, sintia terdengar penuh kepanikan.

Nuka terkejut. "Serius, Ma?"

"Masa adek sendiri kecelakaan kamu nggak tau, Mama yang lagi di luar kota malah tau. Cepet ke rumah sakit, jengukin Sera!" suara semakin semakin keras.

"I-iya, Ma."

"Dan jangan lupa, nuka! Kamu harus baik-baik sama Sera, Papa, dan keluarganya. Jangan sampai kelihatan nggak peduli. Kalau nggak, nanti Papa juga bakal makin jauh dari kamu, ngerti nggak?" tegur sintia dengan nada dingin.

"Hm," jawab nuka singkat, meski dalam hatinya ada kekesalan yang tertahan. *Kenapa Mama selalu bikin aku kayak pengemis ke Papa?*

"Pokoknya kamu jenguk Sera ya, jangan sampai nggak," kata sintia, sebelum memutus sambungan telepon.

Nuka menghela napas panjang, lalu mengacak rambutnya. "Lagi-lagi ni bocah bikin repot aja," gumamnya kesal. Meski begitu, ia tahu bahwa tak ada pilihan lain. Dengan malas, ia bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap pergi ke rumah sakit.

---

Di rumah sakit, Nuka menemukan Sera terbaring di ranjang, tubuhnya penuh dengan perban. Gadis itu tampak lemah namun masih mampu tersenyum, meski sedikit menyeringai menahan sakit.

"Lagian, ngapain ikut balapan liar? Lo aja baru belajar naik motor, bego," kata Nuka dengan nada kesal.

Sera tertawa kecil. "Galau."

"Galauin apa lo?"

"Drakor," jawab Sera dengan santai, membuat nuka menggelengkan kepala, merasa tak habis pikir.

"Idiot," sahut Biru.

Sera memanyunkan bibirnya, seperti anak kecil yang sedang ngambek. "Mama Papa mana sih? Kenapa kamarnya kaya gini? Gue mau kamar VIP," rengeknya.

"Hadehh," desah nuka pelan. Gadis di depannya ini memang selalu membuat onar dan merepotkan semua orang. Sera, adik tiri nuka, adalah anak yang dimanja sejak kecil. Apapun yang diinginkannya, pasti akan ia dapatkan. Mungkin karena itulah, Sera sering bertindak seenaknya, tanpa memikirkan akibatnya.

Tak lama kemudian, Papa biru, Dimas dan ane Ane, istri dimas, datang. Seperti yang nuka duga, dimas langsung melewatinya tanpa sapaan. Wajah Dimas tampak penuh kekhawatiran saat ia bergegas menuju Sera.

"Sayang, kenapa bisa begini?" tanya Dimas lembut, matanya memandang Sera dengan penuh kasih.

"Sakit, Pa. Hiks... Aku nggak mau di kamar ini, pengap," keluh Sera tanpa menjawab pertanyaan dimas.

"Iya, nanti kita pindah ke kamar VIP, asalkan Sera cepat sembuh," dimas membelai lembut rambut Sera, seakan semua masalah gadis itu bisa dihapus dengan belaian tangan ayahnya.

nuka, yang berdiri tak jauh dari mereka, mendengus muak. *Berapa kali anak ini bikin masalah, tapi Papa selalu begitu lembut ke dia.* Batin nuka terasa penuh amarah yang tertahan. Ia tahu posisinya selalu berbeda di mata dimas. Sera adalah putri kesayangan, sementara dirinya… tak lebih dari bayangan

Ane, yang memperhatikan nuka, tersenyum padanya dengan hangat. "Udah lama di sini?" tanyanya lembut.

"Lumayan, Tante," jawab nuka dengan senyum kecil.

"Makasih ya, sudah mau jenguk Sera," ucap Ane, nadanya tulus. Ane adalah sosok yang hangat, jauh dari stereotype ibu tiri yang jahat. Meskipun begitu, nuka tak bisa menyingkirkan rasa jengkel yang selalu mengintip dari balik pikirannya. Ibu tiri yang akrab dengan Mamanya, sementara dirinya selalu terselip di antara mereka.

---

Tiba-tiba, suara bentakan keras terdengar dari kamar sebelah, diiringi bunyi benda yang jatuh dengan keras. Biru, dimas, dan Ane semua menoleh kaget ke arah suara itu. dimas dan Ane hendak keluar untuk mengecek, tapi Sera merajuk, “Jangan tinggalin Sera, Pa, Ma.”

Nuka mendengus pelan. “Biar aku yang cek,” katanya dengan nada malas, lalu keluar dari kamar dan menutup pintu dengan cepat.

Saat Nuka mendekati kamar sebelah, ia mendengar suara pertengkaran yang semakin jelas. Tanpa pikir panjang, ia membuka pintu kamar itu dan langsung disambut dengan pemandangan yang kacau. Seorang pria paruh baya sedang diserang oleh seorang pemuda yang mungkin seumuran dengan Nuka, sementara seorang wanita tua terbaring lemah di brankar, dan gadis bersurai pendek yang tak asing lagi di mata nuka.

“BERAPA KALI LO BIKIN MAMA GUE KAYA GINI, BANGSAT!!” teriak pemuda itu sambil memukul pria paruh baya tersebut tanpa henti. “LO SELALU BIKIN LUKA ORANG-ORANG YANG GUE SAYANG, BAJINGAN!!”

“UDAH!! KASIAN MAMA!!” gadis itu berteriak histeris, air matanya mengalir deras, tapi usahanya untuk melerai sia-sia.

Nuka yang tak tahan lagi melihat kekacauan itu, langsung melangkah maju dan melayangkan tendangan keras ke tengah-tengah mereka, memisahkan kedua pria yang sedang berkelahi. Keduanya terhempas ke sisi berbeda ruangan, napas mereka terengah-engah sementara tatapan penuh amarah masih terpaku satu sama lain. Gadis itu, yang masih berdiri di tengah ruangan dengan mata sembab, menatap Nuka dengan kaget.

“Kalo mau berantem, jangan di sini! Ini rumah sakit, banyak orang sakit, termasuk adek gue! Kalau kalian masih punya malu, berhenti bikin keributan di sini!” kata nuka tegas, suaranya tak bisa ditawar.

Tak lama, dua orang satpam dan suster masuk ke dalam ruangan, tampak bingung dengan situasi yang terjadi. “Bawa mereka keluar. Jangan biarkan mereka masuk lagi,” ucap gadis itu dengan suara bergetar, tapi nada tegasnya tak bisa disangkal.

Dua satpam segera membawa kedua pria itu keluar dari ruangan, sementara suster sibuk memeriksa kondisi wanita yang terbaring di brankar. Sebelum pergi, pemuda yang lebih muda berteriak, “Inget ya, kita nggak punya papa!!” Suaranya penuh amarah dan kebencian, yang diarahkan pada gadis itu. Gadis itu menatapnya dengan tatapan penuh kelelahan, tak berusaha membalas ucapan kakaknya yang penuh dendam.

Nuka, yang masih berdiri di sana, merasa terpaku melihat gadis itu. rasa sakit juga entah kenapa datang dihatinya, cukup lama ia mengenal gadis itu tapi mengapa tak bisa ia temukan masalah gadis itu, kini ia tampak begitu rapuh dan tersakiti.

Mata Aile sembab, tapi dia tak menangis lagi. nuka mendekat, merasa ada sesuatu yang salah.

“Aile, ada yang luka?” tanya nuka dengan suara lembut sembari menyetarakan tingginya dengan gadis itu, mencoba mencari tahu apakah aile baik-baik saja.

Aile menoleh, menatap Biru dengan mata sayu, tak menjawab.

1
Shion Fujino
Karya bagus yang tak bisa dilewatkan, love it!
cøøkie
Baper abis!
_senpai_kim
Penulisnya jenius!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!