Lily Valencia seorang wanita yang cantik, yang mengandung dan membesarkan seorang anak seorang diri, tanpa tahu siapa yang menghamilinya.
Kehidupan yang keras ia lalui bersama Adam, putranya. Setelah Lily diusir karena di anggap aib oleh keluarganya.
Setelah Empat tahun berlalu, pria itu datang dan mengaku sebagai ayah biologis Adam.
"Dia anakku, kau tidak berhak memisahkan kami!"
"Dia lahir dari benih yang aku tanamkan di rahimmu. Suka atau tidak, Adam juga anakku!"
Lily tidak tahu seberapa besar bahaya yang akan mengancam hidupnya, jika ia bersama pria ini. Kehidupannya tak lagi bisa damai setelah ia bertemu dengan ayah dari anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Markas selatan
Seorang wanita berambut pirang berjalan mendekati sang calon suami, laki-laki itu duduk santai di sofa sambil menikmati wine di tangannya.
"Ada apa? kenapa tiba-tiba kemari?" tanya Marquis dengan lembut.
"Apa aku tidak boleh mengunjungi calon Suamiku?" tanya Helena dengan manja.
Hanya dengan Marquis Helena bisa bermanja seperti ini. Menunjukkan sisi terlembutnya sebagai wanita.
"Tidak salah, aku hanya heran kenapa kau bisa tahu kalau aku merindukanmu." Marquis mengecup bibir Helena singkat.
"Apa kau yakin dengan ini Marquis?" tanya Helena, wanita duduk di pangkuan Marquis dengan posisi tubuh mereka berhadapan.
Marquis tersenyum, ia tahu ada hal yang ingin Helena bicarakan dengannya. Wanita itu tidak akan datang tanpa maksud tertentu.
"Menurut mu? Apa aku bisa mundur setelah melakukan semua ini?" Marquis merapikan anak rambut Helena yang berantakan.
"Aku rasa tidak, lalu bagaimana?"
"Kita akan melakukan seperti yang sudah kita rencanakan, Honey."
"Aku dengar dia meledak bersama helikopternya di utara. Apa menurutmu dia sudah mati?"
Tangan Helena menyusup masuk kedalam kaos hitam yang di pakai Marquis, tangan nakalnya membelai dada hingga perut Marquis.
"Aku rasa dia tidak akan mati semudah itu." Marquis meneguk wine lalu mencium bibir Helena, menyuapkan cairan merah itu pada sang calon istri dengan mulutnya sendiri.
"Sebenarnya aku kurang setuju dengan tindakan mu."
"Kita tidak bisa mundur sekarang, atau semuanya akan sia-sia. Akan ada banyak kita tapi kita juga akan mendapatkan ikan yang besar, Sayang. Ada yang harus kita korbankan untuk mencapai puncak."
"Baiklah aku percaya padamu. Aku hanya bisa mendukungmu dari belakang, aku terlalu malas untuk bertemu dengan hidung belang itu!" tegas Helena, ia tidak terlalu suka cara Darren melihatnya.
" lBaiklah, semuanya terserah padamu. Tapi, kita harus melakukan hal lain sekarang. Kau sudah menggodaku terlalu jauh, Nona Helena Martinez."
"Atau Nyonya Kang, Mana yang lebih kau sukai?"
"Tergantung seberapa puas aku malam ini Marquis," jawab Helena menantang. Ia mendesakkan dirinya ke dalam pelukan Marquis.
Marquis menyeringai, ia mengangkat tubuh Helena, mengendongnya seperti Koala. Keduanya saling ******* belahan kenyal, dengan sisa harum wine di mulut Marquis Kang.
Perlahan satu persatu kain yang menutupi tubuh mereka terlepas, kedua tubuh polos mereka bertemu.
"Malam ini kau tidak akan bisa tidur nyenyak Nona Martinez."
"Lakukan apapun yang kau mau, Tuan Kang, aku milikmu malam ini."
Suara decakan mulai memenuhi ruangan itu, jiwa muda kedua terbakar dalam hasrat dan penyatuan. Malam yang panjang untuk dia sejoli muda yang baru merasakan cinta.
.
.
.
.
Sekelompok orang berbaju hitam memperhatikan sebuah bangunan besar tak jauh dari dermaga. Dalam bangunan itu ada lebih dari 500 anggota dan 50 anggota elit.
"Bagaimana kita serang sekarang?" tanya rekannya.
"Sebentar lagi, kita tunggu penerimaan mereka selesai. Lalu kita habiskan semuanya," jawab Laki-laki itu dengan seringai licik yang menakutkannya.
"Hem, ide bagus."
Mereka terus memperhatikan dari balik semak yang letaknya lumayan jauh dari bangunan. Beberapa anggota mereka sudah menyebar di sekitar, jumlahnya lebih dari 500 orang. Mereka yakin bisa mengalahkan anak buah A.
Hari ini ada pengiriman, tidak banyak hanya dua peti yang akan mereka terima. Tetapi bukan jumlahnya yang penting. Namun, orang yang memesan peti itu adalah salah satu orang penting.
Tak lama tampak dia mobil besar datang dari arah dermaga, satu truk tronton datang. Para pengintai itu yakin, truk itu adalah pengiriman yang mereka tunggu.
"kita bergerak sekarang!" perintah ketua mereka.
Beberapa orang mendekati bangunan besar itu dengan hati-hati, mereka menyelinap masuk saat truk itu sudah keluar.
Sebuah bom asap di buka kemudian mereka lemparkan satu persatu.
"Apa ini?" ujar salah satu penjaga saat benda bulat tanpa sengaja menabrak kakinya.
Dia menunduk untuk mengambil benda itu sampai.
Wwusssss.
Keluar asap putih dari benda berbentuk bola itu. Dalam sekejap bangunan itu diselimuti kabut asap beracun.
"Kita diserang, nyalakan sirine ... ugh!" Sebuah peluru menembus dada pria itu tanpa suara.
Sekelompok orang memakai masker gas respirator. Bunyi sirine mengaung di markas itu, suara tembakan saling bersahutan. Beberapa orang tergelak lemah karena asap beracun yang terhirup oleh mereka. Asap itu melumpuhkan saraf pusat hingga bisa membuat orang lumpuh dalam hitungan menit.
Bruk.
Sebuah pukulan melayang pada penjaga lain. Mereka yang memakai masker itu menyerang secara membabi buta, mereka dengan leluasa masuk kedalam markas.
Perlawanan anggota white Clown tak berarti sama sekali, tubuh mereka sudah terkena racun.
"Ugh ... siapa kalian sebenarnya?!" tanya seorang laki-laki bertubuh besar, dia adalah salah satu anggota elit.
"Kau tidak mengenal kami, Hahaha .... sungguh lucu, hanya satu orang saja yang bisa membuat racun seperti ini. Jika kau masih bisa bernafas saat rekanmu menyelamatkan. Ingat ini, Marquis Kang akan berjaya."
Laki-laki itu menatap nyalang pada pria yang baru saja menembak bahunya. Jika saja ia tidak menghirup asap beracun ini, ia bisa mengalahkan mereka. Namun, ia sekarang tidak bisa mengerakkan tubuh sama sekali.
"Bedebah! kau tidak bisa mengalahkan kami secara jantan, maka dari itu kalian bermain curang seperti ini, dasar An*ing!"
Pria itu menginjak luka tembak di bahu pria itu.
"Apapun caranya tidak penting, kita semua kotor. Tuanmu juga tidak terlepas dari hal itu, kalian semua juga tidak lebih baim dari kami, Juh ...!" Pria itu melepaskan masker lalu meludah tepat di wajah laki-laki yang tergeletak di lantai itu.
"Bakar tempat ini!" Teriaknya.
Semua orang mundur, mereka mulai menyalakan api. Jago merah dalam sekejap merambat, asap beracun itu kini menyatu dengan asap hitam yang membumbung tinggi di langit malam.
Tawa kemenangan terdengar dari para pemberontak itu, mereka sangat puas melihat salah satu markas white Clown berhasil mereka taklukkan.
"Apa kau yakin sudah menembak semuanya?" tanya salah seorang dari mereka.
"Aku tidak yakin, tapi racun Marquis Kang lebih dari cukup untuk membunuh mereka. Jika dalam 24 jam mereka tidak mendapatkan penawar, mereka akan lumpuh total selamanya. Dengan api itu, kau kira mereka masih bisa selamat?!" tanyanya dengan pongah.
"Selamat pun percuma, Marquis Kang tidak akan memberikan penawarannya, dia sudah berpindah pada Tuan Darren. A saja yang bodoh, badut itu terlalu mempercayai adik pungutnya dari pada Tuan Darren!"
Puas melihat Gedung itu terbakar, mereka meninggalkan bangunan itu. Misi mereka malam ini telah selesai, markas selatan White Clown hancur, barang-barang mereka jiga pasti ludes terbakar. Anak buah A berkurang drastis, keberhasilan ini harus segera dirayakan.
Suara sirine mengaung bersama dengan api yang bertambah besar.
.
.
.
.
Selamat malam hari ini dua bab dulu ya, 🙈🙈🥰🥰 sisanya besok. Happy reading gaes.
lucunya liat anne yang masih kecil tapi dah nurut ke adam apa mereka bakal berjodoh