🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Kebebasan
Betapa kesal Satria melihat Calon Mempelainya yang sudah membuatnya marah dan khawatir malah berjoged-joget di depan matanya, tanpa terlihat bersalah apalagi menyesal sedikitpun.
"Gak penting deh! Ayo cepet balik!" Lengan kekarnya kembali mengunci leher kecil Kimy.
"Kakaaaaaakkk!"
"Jangan Kakak-kakak-an! Berisik!" Satria menyeret Calon Istrinya tanpa berpamitan kepada Thomas dan kekasihnya.
"Lah si Kambing sama si Pucuk maen nyelonong aja!" gerutu Thomas.
"Heh Bocil, bisa-bisanya elu kabur di acara siraman!"
"Kok Kakak tau?" Kimy terkejut.
"Ibu nelpon tadi, nanyain elu ke gue," jawab Satria.
Tiba-tiba saja Kimy yang masih berada dalam kuncian tangan Satria langsung memeluk erat pinggangnya. Dia baru sadar jika dirinya sedang dalam masa melarikan diri, karena tak meminta izin kepada siapa pun di rumah untuk pergi ke Jumpa Fans dengan idolanya.
"Ngapain lu peluk-peluk gue?" Satria pun terkejut dengan tindakan perempuan yang kurang dari 36 jam lagi akan dia persunting.
"Kakak tau dari Ibu aku di sini?" ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya, seperti biasa yang ia lakukan jika gugup.
"Iyalah, emang gue punya kelebihan bisa ngendus bau lu apa?"
"Tolongin aku!" Dengan menengadahkan wajah cantiknya ke arah Satria, dia meminta pertolongan calon suaminya.
"M*mpus lu! Kejadian deh, malam ini pasti Ibu ngutuk lu jadi cangkir!" Satria malah menakut-nakuti gadis yang masih memeluk erat pinggangnya.
"Mending kalau aku dikutuk jadi cangkir, masih bisa jadi pajangan. Lah gimana kalau Emak Tiri Cinderella itu ngutuk aku jadi baskom? Emang Kakak mau nikah sama baskom?"
"Gue sih gak masalah, toh punya bini juga kagak bisa diapa-apain. Gampang lagi nanti gue nyebut nama elu pas ijab kabul. Saya terima nikah dan kawinnya Baskom Binti Rahardian dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Satria terlihat tak memperdulikan ketakutan di wajah Kimy.
"Dasar orang aneh! Nikah sama baskom aja bangga." Dia pun berusaha melepaskan tangan Satria dari lehernya. "Awas! Aku mau pulang!"
"Ayo gue anter, Kom!"
"Kom? Kemaren Kikim sekarang Kokom?" protes Kimy.
"Kan nama lu bentar lagi jadi Baskom!" jawab Satria tanpa melepaskan leher Kimy.
"Dasar aneh, nikah sama baskom aja segitu senengnya!" Sekali lagi, Kimy meronta dalam kuncian Satria. "Awas Kak, motor aku di parkir di sana!" Sambil menunjuk tempat parkir khusus motor.
"Elu bawa motor kesini?" Satria terkejut, dan melepaskan tangannya dari leher Kimy.
"Aku kabur pake motor, makanya Mang Aep gak sadar kalau aku kabur." Dengan polosnya dia nyengir ke arah Satria.
Satria masih tak percaya jika Kimy membawa motor, dia pun mengikuti langkah calon istrinya dari belakang. Dan apa yang Satria lihat membuatnya benar-benar sangat terkejut, bukan motor matic, atau jenis vespa lucu nan imut yang Kimy bawa, tapi sebuah motor sport hitam yang menjadi tunggangannya. Sangat matching dengan baju yang ia kenakan, celana jeans hitam serta jaket kulit yang senada dengan sepatu yang ia pakai kala itu.
"Elu yakin bawa ini?" Satria langsung mencabut kunci motor yang sudah Kimy naiki.
"Kok dicabut?" Helm fullface yang telah Kimy kenakan kembali ia buka, melihat kelakuan Satria.
"Gue gak percaya elu bisa bawa motor ini. Ayo turun!"
"Ogah!" Kimy tak bergeming. Dia masih duduk di atas motor. "Ini motor aku, jadi pasti lah aku bisa bawanya. Aneh deh, Kakak pikir motor ini aku dorong sampe sini? Sini balikin kuncinya!"
Dasar gila, terlalu banyak hal yang mengejutkan dalam dirinya.
Satria mengambil alih helm Kimy kemudian memakainya. " Mundur!" perintahnya. "Biar gue yang bawa!"
Satria mengambil alih motor sport hitam yang katanya adalah milik Kimy.
"Aku gak pake helm, emang boleh?"
"Kalau ada polisi, elu ngumpet di kantong celana gue!" Dan Satria pun mulai menyalakan mesin motornya.
Dengan tangan yang melingkar di perut Satria, Kimy mempercayakan dirinya dibawa berkendara oleh pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Mereka seperti saling berbagi kehangatan, di udara malam yang dingin.
"KAKAK!"
"APAAN?"
"AKU LAPER! MAKAN PECEL AYAM DULU!" ujar Kimy saat melintasi deretan para pedagang makanan di pinggir jalan.
"ENTAR, DI RUMAH AJA! UDAH MALEM!" balas Satria.
"LAPER IH, DARI SIANG AKU BELUM MAKAN!" rengeknya.
Dan akhirnya Satria memilih untuk menuruti keinginan gadis yang beberapa saat lalu kabur dari acara siramannya.
Satria memberhentikan motornya di sebuah warung tenda yang berada di pinggir jalan. Seketika itu juga dia menjadi pusat perhatian para pengunjung warung pecel ayam tersebut. Pria kebule-bulean dengan kemeja batik yang begitu pas di tubuhnya itu, langsung menjadi pusat tatapan mata pengunjung. Hal itu membuatnya tak nyaman.
"Kakak mau pesen juga?"
"Elu aja!"
"Mas pecel ayamnya satu porsi, ektra sambel sama lalapan, pake tempe 2, jangan pake tahu, nanti sok tahu," ucap Kimy pada si penjual pecel ayam. "Eh iya nasinya jangan banyak-banyak, tiga hari lagi aku mau nikah."
"Masih inget lu, kalau bentar lagi mau nikah?" sindir Satria sambil mencari tempat duduk yang kosong.
"Masih lah, kebaya sama gaun pengantin udah jadi, tiap hari aku jajalin terus," jawab Kimy sambil menuangkan air dari teko yang ada di atas meja mereka duduk.
"Itu gelas kan bekas orang Cil, elu gak jijik apa minum bekas gelas orang?" Satria menginginkan.
"Kakak pasti belum pernah makan di warung pinggir jalan ini," tebak Kimy.
"Ngapain gue makan di pinggir jalan, kalau di seberang apartemen gue ada restoran mewah yang masakannya enak banget?" Tepat seperti tebakan Kimy.
"Hidup Kakak terlalu flat. Gak seru." Sambil meraih piring berisi pesanannya yang baru datang. "Makasih Mas."
Satria memperhatikan Kimy yang makan dengan lahapnya, sepertinya Kimy memang terbiasa makan makanan di pinggir jalan. Caranya makan dengan menggunakan tangan tanpa menggunakan peralatan makan seperti sendok dan garpu, membuat Satria hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis di hadapannya memang sangat berbeda, dia terlalu unik untuk ukuran gadis berwajah imut itu.
Ponsel Satria berdering saat Kimy sedang menikmati hidangannya. Ternyata dari Dina, ah saking terkejutnya melihat ulah Kimy yang beberapa kali membuatnya terkejut malam ini, Satria sampai lupa memberi kabar kepada calon mertuanya.
"Halo Bu?"
"Ibu?" tanya Kimy tanpa suara.
Satria mengangguk sambil memberi kode agar Kimy diam. "Maaf, aku belum ngasih kabar, Kimy udah sama aku. — Ah iya, aku yang bawa motornya, Ibu tenang aja. Selesai makan kami segera pulang. — baik!" Satria pun menutup panggilan teleponnya.
"Ibu ngomong apa?" Gadis itu langsung tegang. Untung saja makanan sudah habis, kalau belum, kan bisa mubajir kalau Kimy tiba-tiba hilang nafsu makannya karena takut dikutuk jadi baskom.
"Kita suruh cepet pulang." Satria reflek membersihkan sisa sambal di sudut bibir Kimy. " Elu udah kan makannya? Yuk balik, gue dingin kalau kemaleman, mana gak pake jaket." Satria mengeluh.
Mereka kembali membelah jalan raya malam, dengan Kimy yang kembali melingkarkan tangan di perut Satria. Dan hal itu membuat Satria ingin berlama-lama menikmati malam itu.
"AKU BEBAAAAASSS!!!" teriak Kimy yang seperti seekor burung yang baru terlepas dari kandangnya.
"ELU SUKA?"
Satria dapat merasakan gadis itu mengangguk di belakangnya. "MAU MUTER-MUTER DULU?" pertanyaan yang membuatnya berharap Kimy menjawab 'iya'.
"MAUUUUUU!" serunya begitu riang.
Dan malam itu kedua calon pengantin, menghabiskan malam panjang mereka dengan berkeliling kota di atas motor sport hitam yang Satria kendarai. Kimy mempercayakan dirinya dibawa kemanapun Satria membawanya pergi. Kimy seperti sedang menikmati awal kebebasannya dari kekangan keluarga yang tak bisa ia pungkiri, bahwa mereka begitu berarti untuknya.
Malam dingin itu Kimy habiskan dengan tertawa, berteriak, dan juga bernyanyi di balik punggung Satria. Dia tak tahu jika kutukan dari Sang Ibu akan segera menghampirinya.
...Jadi pengen ikutan nemplok, kalau si Jubedah nemplok di punggung, Otor rela deh nemplok di dadanya Mas Satria.. 🤭🤭...
...Kalau kamu????...