Awalnya tidak cinta, awalnya hanya pernikahan diatas nota selama 90 hari.
Namun 60 hari berjalan seolah Derry Sanjaya sulit untuk melepaskan istri yang sah dimata agama namun tidak dimata negara itu.
"Tidak! Aku mencintai Fanni, Bukan Soraya!" ucapnya malam itu.
Derry Sanjaya pewaria tunggal yang mencintai kekasihnya bernama Fanni, namun karena sang kekasih belum ingin menikah padahal mereka sudah bersama selama 7 tahun lamanya.
Akhirnya Derry memutuskan pulang ke negara asalnya, dan dia mengancam Fanni yang berada di Timur tengaj itu meniti karir sebagai model terkenal.
"Jika dalam waktu 90 hari kau tidak pulang, selamanya aku tidak akan menikahimu!" ucapnya kala itu.
Namun, bwlum 90 hari Derry akhirnya memutuskan menikahi Soraya namun hanya diatas nota. Sedangkan Fanni pula dia pulang waktu pernikahan Derry berjalan 60 hari.
Akankah Derry dan Soraya bercerai?
Ikuti terus 90 Days.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fortune Frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAMPIR TERTUSUK
Fanni yang sudah membuka pintu kamar Derry tersebut sangat terkejut. Pasalnya masih pagi Derry sudah tidak berada di kamarnya sendiri. Kini Fanni kembali turun ke bawah, untuk mengadu dengan calon mama mertuanya tersebut.
"Ma... oh ma..!!" panggil Fanni dengan nada manja.
"Iya.. sayang, ada apa??" sahut mama Derry.
"Ma.. Derry udah gak ada di kamar!!" bentaknya kepada mama Derry tersebut.
"Ha!! Serius?? tadi malam Derry pulang loh! dan dia bilang tentang dua hari lagi kalian melangsungkan pernikahan," ucap mama Derry.
"Benarkah Ma? Derry mengatakan itu??" tanya Fanni sedikit berbinar.
"Iya sayang, Derry tadi malam udah bilang kok ke Mama dan Papa, Mama seneng banget," ucap mama Derry.
"Terus.. Derry kemana ya Ma??" tanya Fanni kembali.
"Sayang, mungkin dia ada kerjaan," jawab Mama Derry.
"Tapi kan Ma, Papa Frans sudah menyuruhnya cuti!! ucap Fanni dengan nada manja dan merajuk.
"Jangan cemberut gini dong menantu Mama..." dengan lembut mama Derry membelai rambut Fanni yang halus itu.
"Ma! yaudah deh, mama aja yang nemenin Fanni fitting baju," ucap Fanni.
"Yaudah Mama siap-siap dulu ya sayang," jawab Mamanya.
Fanni pun akur dengan ucapan mama Derry yang lembut itu. Dengan siapa pun mama Derry memang orang yang care dan baik. Kini Fanni melihat layar ponselnya mencari nama Derry disana.
Dan kini Fanni mencoba menekan nomor ponsel itu, namun operator mengatakan sedang tidak aktif. Derry sengaja mematikan ponselnya, agar tidak ada seorangpun yanh mengganggunya.
Soraya sedang bersiap untuk sarapan bersamaa ketiga adiknya tersebut. Dan dia sudah tampak bisa berdiri dari lemahnya semalam, kini dia pun sudah siap mandi dan ingin segera berkumpul dengan saudara-saudaranya tersebut.
Derry pula sudah setengah perjalanan, hanya tinggal menghabiskan satu jam lagi di atas awan itu. Derry tidak sabar untuk melihat wajah Soraya saat ini, ada kerinduan mendalam di lubuk hatinya.
Dan Fanni sudah pun masuk ke dalam mobilnya bersama mama Derry tersebut. Fanni berangkat menuju tempat fitting baju pagi ini.
Soraya pula sudah berkumpul dengan adik-adiknya dan mereka semua menyambut hari kakak sulungnya itu dengan hangat dan tampak antusias.
Sudah lima bulan, mereka tidak makan bersama seperti ini, baru kali ini lagi, mereka melihat wajah kakak mereka yang menjadi tulang punggung keluarga itu.
"Kak... makan yang banyak Ya," ucap Yumita.
"Iya dek, segini aja cukup!" Soraya memberhentikan tangan Yumita yang menuangkan nasi goreng ke piringnya.
"Hm.. makan yang banyak kak!" adik kedua Soraya kembali membuka suara.
"Iya Dik, kamu juga makan yang banyak,' jawab Soraya lemah.
Akhirnya mereka bertiga menyantap nasi goreng buatan Yumita tersebut. Rasanya memang enak, Yumita memang berbakat dalam masak-memasak seperti ini.
Karena tidak ada Soraya berada di rumah ini, Yumita lah menjadi tukang masak untuk adik-adiknya ketika Soraya tidak berada di rumah.
Mereka semua tampak akur, karena didikan orang tua mereka memang menjadikan mereka semua jauh dari pertengkaran adik beradik.
Saling senyum hangat diantara mereka, hinggalah santapan sarapan itu berakhir, dan adik kedua membantu membersihkan meja sederhana tersebut.
Adik terakhir pula membantu mencuci piring kotor, mereka semua tidak memperbolehkan Soraya untuk mengerjai apapun, bagi mereka biarlah Soraya istirahat dengan cukup dulu
"Kakak duduk saja, biar kami semua yang kerjain!!" ucap Yumita menyuruh Soraya duduk.
"Kakak ingin bergerak dek, bosan duduk terus," sahut Soraya.
"Kak! jangan bandel!!" ucap adik ketiga tegas.
Adik ketiganya ini tampak sudah menjadi pria yang bertanggung jawab saat ini, bahkan dia berani mengatakan hal itu kepada Soraya. Mengingat umur adiknya itu, dia pun sebentar lagi akan memasuki sekolah menengah atas. Ya! mereka semua sudah beranjak remaja.
Soraya termenung jauh saat ini, merindukan orang yang telah tiada sangat sakit baginya. Namun, inilah takdir yang harus diterima oleh dirinya.
Satu jam berlalu, semua pekerjaan rumah telah pun selesai, kini Soraya duduk di ruang tamu sederhana itu, sambil melihat album lama yang ditunjukkan oleh Yumita kepadanya.
Menetes air mata dari kelopak matanya yang terbilang sempurna itu. Soraya mengusap foto-foto itu dengan lembut.
"Kalau bukan karena dia, orang tuaku masih disini!!" bentak Soraya dalam hatinya.
"Jika kau muncul akan aku bunuh kau!!" teriaknya lagi dalam hati.
Tok.. tok..
Tiba-tiba suara pintu diketuk, terdengar dua ketukan berulang kembali, Yumita dan Soraya beserta kedua adik lelaki mereka terkejut, entah siapa yang datang pikir mereka.
Sedangkan keluarga mereka sudah pun pulang jauh dari kampung halaman ini, dan tetangga rasanya tidak mungkin saja.
Dengan langkah cepat adik ketiga melangkah menuju pintu dan dia segera membukakan pintu untuk sang pengetuk itu.
"Siapa??" tanya adik ketiganya tidak mengenali.
"Dek.. siapa yang datang??" teriak Soraya dari ruang tamu yang tersekat oleh dinding pembatas.
"Gak tau kak!!" balas adiknya berteriak.
"Kenalkan, saya..." terhenti suara Derry tersebut karena tiba-tiba Soraya keluar.
"Pembunuh!! ngapain kau kesini!!" teriak Soraya dan dia segera menuju ke arah Derry.
Kedua adiknya tersebut pun langsung menangkap Soraya, Derry mundur dua langkah, adiknya pun memeluk Soraya seolah menahan kakaknya yang sedang memegang pisau tersebut.
Sewaktu di ruangan tamu, mereka sambil memakan buah yang dikupas oleh Soraya . Karena ada yang mengetuk pintu, dan adik ketiganya tidak tahu orangnya, Soraya langsung keluar.
Ketika melihat Derry yang datang tanpa rasa ragu lagi Soraya menghadap Derry dengan menodongkan pisau, untungnya adik ketiganya yang berada di ambang pintu bisa menahan Soraya, jika tidak Derry yang tampak kaku itu pastilah sudah terkena tusukan.
"Bang.. tolong tinggalkan rumah kami," ucap adik ketiganya memohon dengan sopan kepada Derry.
Suara adiknya yang lembut dan sopan itu membuat Derry sangat terpukul dan terharu, betapa bagusnya didikan kedua orang tua Soraya, pikir Derry.
"Maaf dek, abang datang bukan untuk pergi, namun untuk meneruskan apa yang harus abang teruskan," jawab Derry pula keras kepala.
Soraya masih berteriak-teriak mengatakan pembunuh sampai di dalam kamar suara itu terhenti, dan Soraya melemah lalu seperti semalam dia pingsan kembali.
Yumita dan adik ketiganya mengangkat Soraya ke tempat tidurnya lagi, dan dia dibaringkan disana. Yumita mengunci pintu kamar tersebut, dan kini pisau yang ada di tangan Soraya sudah pun di ambil oleh adik ketiganya.
Dengan ucapan Derry yang terdengar bertanggung jawab tersebut, akhirnya adiknya menyuruh Derry masuk ke dalam terlebih dahulu. Dan tampak Yumita keluar dari balik kamar menuju ruangan tamu tersebut, dengan membawakan map merah itu.
"Ini kan map yang abang punya!!" bentak Yumita tampak juga kesal dengan Derry.
Adik ketiga Soraya dan Derry mendongak ke atas melihat Yumita yang tiba-tiba datang terus membanting map itu ke atas meja yang berada di ruangan tamu tersebut.
"Kak! jangan begini, kita dengar dulu penjelasan abang ini!!" ucap adik ketiganya tampak tegas.
"Dek, kamu belum membaca map ini, namun kaka sudah! pria yang berada di hadapan kita ini penjahat dan dia menyakiti kak Soraya! geram terdengar nada suara Yumita.
"Maaf sebelumnya, jujur saya katakan, saya tidak pernah mengirimkan map ini kesini," ucap Derry masih pelan.
"Lalu?? bagaimana bisa map ini sampai disini?? dan map ini lah kedua orang tua kami menghembuskan nafasnya!!" bentak Yumita kembali
"Bukan saya, demi Tuhan saya berani bersumpah!!" sekarang nada Derry naik lima tingkat, untuk meyakinkan bahwa dia memang tidak bersalah.
****
I love you noveltoon
jgn smpe km nyesel ya Derry.... melepas Soraya.... demi Fanny..... yg trnyata perempuan g beres ...