Nasib malang dialami oleh gadis muda bernama Viona Rosalina. Karena terlilit hutang yang lumayan besar, Viona dijadikan jaminan hutang oleh orang tuanya. Dia terpaksa merelakan dirinya untuk menikah dengan Dirgantara, seorang pengusaha muda yang terkenal sombong dan juga kejam.
Mampukah Viona menjalani hari-harinya berdampingan dengan pria kejam nan sombong yang selalu menindasnya?
Atau mungkin Viona memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Nantikan kisahnya hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Positif Hamil
"Dokter, apa yang sudah terjadi padanya, emm maksudnya istri saya?"
Untuk menyebut kata 'istri' saja sangatlah berat terucap di mulutnya. Entah karena gengsi atau apa, hanya Dirga yang tau. Tapi yang jelas pria itu kelihatan panik saat tau Viona dalam keadaan sakit. Ini semua disebabkan oleh Selena yang sudah mendorongnya hingga terjatuh.
Dokter langsung melakukan pemeriksaan dan juga melakukan tes urine pada Viona, di situ hasilnya sangatlah mengejutkan.
"Menurut hasil penelitian dari saya, kondisi nyonya Viona sangatlah lemah dan membutuhkan istirahat yang cukup, dikarenakan usia kandungannya terlalu lemah dan rentan akan keguguran."
Dirgantara terbengong seperti orang bego. Ia tak begitu paham dengan penjelasan dokter.
Tak ingin berlarut-larut oleh rasa penasaran dengan apa yang dikatakan oleh dokter, kembali Dirga meminta penjelasan pada dokter yang sudah menangani Viona.
"Dokter, apa yang dokter maksudkan? Saya kurang mengerti." Kini ia menyadari ketololannya sebagai seorang laki-laki.
"Jadi begini Pak, istri anda sekarang tengah mengandung, usia kandungannya kurang lebih sekitar tujuh mingguan, jadi saran saya, anda harus menjaga kandungan istri anda yang masih sangat rawan akan keguguran. Satu lagi, jangan sampai Nyonya Viona mengalami stress ataupun depresi karena akan sangatlah fatal pada calon baby-nya."
Refleks Dirgantara terkejut. Ia tak pernah tahu kalau Viona dalam kondisi mengandung. Bahkan tak sekalipun Viona pernah menceritakan kehamilannya.
Cukup jengkel, tapi ia juga tak mungkin memarahi Viona di saat kondisinya sangat lemah dan tak boleh sampai stres, karena akan berdampak buruk terhadap kandungnya.
"Jadi usia kandungannya sudah sekitar 7 minggu, berarti kurang lebih 2 bulan ya dokter?" tanya Dirgantara.
"Kurang dari dua bulan Pak. Nanti Kalau usia kandungannya sudah menginjak tiga bulan atau lebih, kita lakukan USG. Saran saya diusianya yang masih rentan, Bapak juga harus menahan diri untuk tidak mengajaknya berhubungan, nanti kalau sudah kuat, saya rasa tidak dipermasalahkan, asalkan anda harus konsultasi dengan dokter."
Dirga meraup wajahnya, ia menyesal karena selama ini ia sudah cukup kasar saat mengajak berhubungan dengan Viona, dan ternyata di dalam rahimnya sudah tumbuh janin miliknya.
Untung saja ia langsung melarikan ke rumah sakit, jika tidak, ia juga tidak akan pernah tahu jika Viona dalam kondisi berbadan dua.
"Baik dok, terimakasih atas sarannya. Tapi Viona boleh dibawa pulang sekarang kan?"
Dirga tak suka dengan situasi di rumah sakit. Semenjak kejadian di mana orang orang tuanya mengalami kecelakaan dan meninggal di rumah sakit, ia sangat malas berurusan dengan rumah sakit. Meskipun ia sedang sakit, tak membuatnya berpikir untuk melakukan opname atau hanya sekedar periksa di rumah sakit.
"Tentu saja nyonya Viona boleh dibawa pulang. Ini vitamin yang harus ditebus. Kurangi minum minuman dingin dan banyak makan yang bergizi atau mengkonsumsi buah-buahan."
Dokter memberikan resep obat dan juga vitamin yang harus ditebus oleh Dirgantara.
Keluar dari ruangannya dokter, mereka menuju tempat untuk mengantri obat. Viona maupun Dirga, sama-sama diam tak ada yang bergeming.
Sebenarnya Viona sudah tahu jika dirinya berbadan dua, tapi berhubung suaminya begitu jutek dan tak pernah mempedulinya, ia putuskan untuk diam. Ia tak yakin Dirga mau mengakui kehamilannya.
"Kenapa kau diam! Apa selamanya akan membisu?"
Sembari mengantri obat, Dirga membuka keheningan yang terjadi pada keduanya.
Dirga tak mungkin hanya diam setelah hal yang tak terduga diketahuinya. Biar bagaimanapun juga, ia adalah Ayah dari sang jabang bayi yang kini dikandung oleh Viona. I tak ingin dianggap pria yang tak bertanggung jawab atas kehamilan yang dialami oleh istrinya.
"Maksud anda?"
Viona mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti apa maksud dari ucapan suaminya.
Selama menjadi istri Dirga, tak sekalipun pria itu menganggapnya sebagai istri. Jadi ia tak harus banyak mengharap. Bahkan pria itu selalu berkomitmen jika dirinya tak punya hak untuk mengaturnya, apalagi meminta hak sebagai istrinya.
"Jangan pura pura bodoh! Kamu sengaja kan, ingin menutupi kehamilanmu ini dariku?"
Viona tersenyum getir menatap sekilas wajah Dirgantara dan beralih menoleh ke depan di mana banyak orang sedang mengantri obat.
Sebenarnya ia tak ingin berdebat di keramaian, selain menjaga privasi suaminya dia sendiri juga merasa malu jika harus bertengkar di tempat umum.
Sudah diduga, Dirgantara pasti akan marah setelah mengetahui bahwa dirinya tengah berbadan dua dan tidak memberikan penjelasan padanya. Tapi ia sendiri juga memiliki alasan yang kuat untuk tidak menjelaskan tentang kehamilannya.
"Aku sedang bicara denganmu! Malah membuang muka lagi."
Dirga jengkel. Di saat ia sedang bicara serius, Viona malah mengabaikannya dan seolah-olah tidak terjadi sesuatu di antara mereka. Ia berpikir, Viona memang sengaja tidak memberitahu kehamilannya karena tidak ingin diketahuinya.
"Sepertinya kau memang tidak menyukaiku menjadi Ayah dari anakmu! Ya, jelas sekali di matamu! Kau begitu jijik dan tak mau memberikan penjelasan mengenai kehamilanmu padaku!"
Viona malu dilihat oleh orang banyak di tempat itu. Ucapan Dirgantara begitu lantang. Bisa-bisa orang lain berpikir, dirinya bukanlah istri tetapi wanita bayaran yang sedang mengandung buah hatinya.
"Bisakah kita membahasnya di rumah saja Tuan. Saya tidak ingin dilihat oleh orang banyak. Mereka pasti berpikir kalau saya bukanlah istri Tuan, tapi wanita bayaran yang tidak sengaja mengandung anak Tuan."
Dirgantara menoleh ke sekelilingnya, memang di situ banyak orang yang sedang duduk mengantri obat dan pandangan mereka tertuju padanya. Diapun kembali diam, namun hatinya sudah tak sabar ingin mendapatkan penjelasan dari Viona.
Sampai pada akhirnya mereka mendapatkan obat, Dirgantara mengajak Viona segera keluar dari rumah sakit.
Masih di perjalanan menuju rumah, Dirgantara kembali meminta penjelasan darinya.
"Tolong beri aku penjelasan! Kenapa kau tak memberitahuku mengenai kehamilanmu! Kenapa kau merahasiakannya dariku? Apa jangan-jangan dia bukan darah dagingku! Tolong jawab Aku, Viona!"
Viona mendelik. Sangat geram dan ingin sekali meremas mulut kasar suaminya. Bisa-bisanya Dirga tak meyakini anak yang dikandungnya itu darah dagingnya sendiri. Bukannya hampir setiap saat dia menaburkan benihnya tak terkira. Kini malah menuduhnya berselingkuh dengan pria lain.
"Tuan! Anda bukannya sudah pernah bilang pada saya. Anda menikahi saya bukan karena keinginan anda sendiri, tapi anda tidak ingin rugi karena Ayah saya memiliki tanggungan yang mungkin tak bisa dilunasi. Anda juga bilang pada saya kalau saya bukanlah wanita idaman anda, bahkan sejauh ini, pernahkah anda mengucapkan sepatah kata 'istri' pada saya? Anda tidak pernah menghargai saya sebagai istri anda, Tuan! Masihkah saya banyak berharap jika anda harus mengakui anak saya sebagai keturunan anda? Saya cukup tau diri, Tuan. Saya hanya wanita miskin yang nista. Anda sudah membeli saya dan menjadikan saya sebagai budak untuk menuruti nafsu anda! Pantaskah jika anda mengakui bayi miskin ini sebagai keturunan anda!"
Nah kan ..., Viona harus tegas. Jangan mau disudutkan terus oleh pria rese itu. Sekali-kali kasih pelajaran biar sadar diri. 🧘