Lisle yang baru pindah ke kota Black Mountain menemui banyak masalah. Kepolosannya telah dimanfaatkan oleh orang-orang berhati busuk, seorang teman baru yang hendak menjualnya dan bibi yang menjadikannya sebagai jaminan hutang-hutang. Tanpa sengaja bertemu dan berkali-kali diselamatkan oleh seorang laki-laki bernama Kennard Kent. Belakangan Lisle baru tahu bahwa lelaki itu adalah orang paling berpengaruh di kota Black Mountain. Namun latar belakang Kennard yang luar biasa dan wajah menawannya malah membuat gadis itu ketakutan. Penolakannya pada Kennard membuat lelaki itu makin tertarik dan tidak sabar. Dengan licik akhirnya Kennard berhasil membuat gadis itu berada dalam genggamannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LatifahEr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Gadis Yang di Black List Mall
Kalimat Shopia yang ingin menyombongkan diri terhenti. Akal sehatnya mulai memikirkan sesuatu saat mendengar pembicaraan Steve dengan seseorang di ponsel. Siapa orang yang menjadi pelindung gadis kampungan ini? Adakah dia tidak salah dengar ketika laki-laki ini menyebut-nyebut nama tuan Kent?
“Kau.... siapa kau?” Shopia memandang dengan ragu.
Lisle melihat senyum sinis Steve. Dia tidak pernah melihat laki-laki itu tersenyum seperti itu. Sangat menyerupai senyum seseorang. Ah, ya. Dia ingat. Itu adalah cara tersenyum tuan Kent.
Pertanyaan Shopia diabaikan Steve.
“Sebaiknya kita segera pergi Steve,” usul Lisle. Dia melihat banyak orang mulai berkumpul melihat insiden itu dengan rasa ingin tahu.
“Tunggu sebentar, Nona. Gadis ini harus diberi pelajaran agar tidak lagi mengganggu Nona.” Steve melihat ke suatu arah.
Lisle mengikuti arah pandang Steve. Dia melihat di kejauhan tampak beberapa orang datang bergegas. Ketika lebih dekat dia melihat seorang lelaki memakai jas berwarna gelap dengan raut cemas.
“Tuan Steve.” Si lelaki berjas mengangguk hormat pada Steve. Di belakangnya berdiri dua orang berseragam keamanan mall.
“Manajer Armand. Gadis ini sudah berlaku kurang ajar dan membuat keributan. Dia bahkan berani menyerang nona Lisle.” Steve menunjuk pada Shopia yang berdiri tidak jauh dari sana dengan wajah masih merah karena marah.
Ternyata Shopia mengenali manajer itu. Dia pernah melihatnya dalam beberapa pesta perjamuan bisnis. Hatinya yang semula gentar menjadi lebih tenang. Dengan bergaya dia melangkah mendekati Armand.
“Manajer. Kau tentu mengenal siapa aku. Tidak ada yang akan berbuat sembarangan pada keluarga Harfey. Kalau sampai ayahku tahu kau mencoba mengusikku, dia tidak akan segan-segan membuatmu berhenti dari pekerjaanmu sekarang.” Shopia mengangkat dagunya lebih tinggi saat menyebut nama keluarga Harfey. Dia tidak sedang menggertak. Keluarganya punya banyak koneksi bisnis dan beberapa orang di pemerintahan. Mereka cukup terkenal.
“Nona Shopia. Pekerjaan saya tidak ada hubungannya dengan keluarga Nona. Royal Diamond mall bukan bagian dari bisnis keluarga Harfey. Bagaimana bisa saya diberhentikan dari pekerjaan saya?” Armand tersenyum sopan seraya merasa percaya diri mengatakan itu. Steve adalah asisten sekaligus orang kepercayaan tuan Kent. Mall ini juga berada di bawah Diamond Grup. Ada urusan apa keluarga Harfey dengan pekerjaannya?
Mata Shopia melotot. Wajah cantiknya menjadi tidak enak dipandang. “Ayahku berteman dengan pemilik mall ini. Dia bisa melaporkan kalian dan membuat kalian dipecat!”
Steve mulai merasa muak. Berteman dengan tuannya? Steve tahu benar siapa saja yang menjadi teman tuan Kent. Kebanyakan orang hanya membual dan mengaku-ngaku. Selebihnya adalah pecundang yang hanya pernah melihat tuannya dari layar ponsel atau televisi.
Lagipula ini hanyalah urusan kecil sebenarnya. Nona Lisle juga tampaknya tidak ingin memperpanjang masalah meski telah dianiaya. Puteri keluarga Harfey itu terlalu menganggap tinggi dirinya. Dia harus diberi pelajaran.
“Manajer Armand. Kami tidak ingin tinggal lebih lama lagi untuk menyaksikan kekonyolan ini. Aku yakin tuan Kent pasti juga tidak suka bila mendengar kejadian hari ini. Aku harap kau bisa menyelesaikannya dengan baik. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi.” Steve berbicara rendah. Suaranya nyaris tenggelam oleh suara orang-orang di sekitar, tapi cukup didengar oleh sang manajer.
“Tentu Tuan. Saya jamin hal ini tidak akan terulang lagi.” Armand meyakinkan.
Steve berpaling pada Lisle. “Mari, Nona. Lewat sebelah sini.”
Lisle sedikit mengerti situasinya. Namun menurutnya tak perlu seheboh itu. Steve memanggil manajer mall? Bukankah itu berlebihan? Biarpun protes di dalam hati, Lisle tidak mengatakan apa-apa. Dia mengikuti Steve berjalan menuju sebuah lift.
Sementara Shopia yang melihat kedua orang itu pergi berniat mengejarnya. Dia merasa makin kesal karena diabaikan. Namun belum sempat melangkah, kedua tangannya sudah ditarik dan ditahan kiri kanan.
“Usir nona ini keluar. Sebarkan fotonya di bagian keamanan. Mulai hari ini dia di black list oleh mall!” Armand memerintah tanpa menghiraukan raungan murka Shopia.
“Tidak. Ini tidak benar! Kalian tidak bisa melakukan ini padaku!” Shopia mengamuk waktu diseret keluar.
Teman-temannya yang tadi mengikuti tidak berani mendekat, takut dilibatkan dalam masalah ini. Di-black list oleh mall berarti tidak bisa memasuki mall ini lagi. Orang itu akan diusir keluar jika memaksa masuk. Puteri sebuah keluarga yang cukup punya nama ditolak memasuki mall terbesar di Black Mountain? Hal itu benar-benar memalukan.
Di lantai parkir mall, Lisle yang tidak bisa menahan lagi akhirnya menegur Steve. “Bukankah itu terlalu berlebihan, mengusir dan melarang gadis itu masuk mall.”
Lisle tadi sempat mendengar waktu manajer Armand mengatakan itu. Jeritan marah Shopia waktu diseret keluar juga tak luput dari pendengarannya. Dia sangat ingin berbalik kembali dan mengatakan pada sang manajer bahwa semua itu tidak perlu. Hanya saja kemudian terpikirkan olehnya bahwa orang-orang kaya mungkin memiliki cara mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah.
Steve tampak maklum mendengar perkataan Lisle. “Apa Nona tahu yang akan dilakukan tuan Kent seandainya kejadian tadi dilihat sendiri olehnya? Bukan hanya gadis itu yang akan menanggung akibat perbuatannya. Keluarganya juga akan mendapatkan peringatan dari tuan karena gagal mendidik puterinya.”
Mungkin tuan akan mematahkan tangan yang sudah meyakiti nona Lisle ini, batin Steve.
Meski tidak mengatakan apa-apa lagi, dalam hatinya Lisle masih tidak bisa menerima. Baginya, kehidupan orang-orang kaya ini terlalu rumit dan serba terbalik, menganggap hal-hal kecil sebagai hal besar dan menjadikan hal-hal besar sebagai sesuatu yang sepele.
***
Aland sedang berada di kantornya ketika Ralph menelpon. Dia menghela napas sebelum menekan tombol terima. Ralph akhir-akhir ini menjadi tak terkendali hanya karena seorang gadis.
“Beritahu caranya agar aku bisa bertemu tuan Kent.” Ralph langsung bicara tanpa basa-basi.
“Jangan mulai lagi, Ralph. Memangnya apa yang bisa kau lakukan dengan menemuinya?” Aland merasa gila dengan sikap Ralph yang berani menentang bahaya.
“Aku hanya ingin penjelasan. Aku ingin tahu apa gadis itu benar-benar ikut bersamanya dengan suka rela.”
“Aku sudah katakan untuk berhenti mengurusi orang itu. Gadis itu bersama tuan Kent atas kemauannya sendiri. Kau tak punya hak ikut campur.” Aland masih mencoba menenangkan Ralph. Suara adiknya itu tampak sangat kuatir.
Aland tidak melihat adanya masalah serius yang mengharuskan Ralph secemas itu. Gadis bernama Lisle itu bersama tuan Kent adalah wajar. Lelaki itu tampak sempurna di mata siapa saja. Kalau Ralph saat ini gelisah dengan pikiran-pikiran anehnya yang tak terkendali, gadis itu saat ini mungkin sedang bersenang-senang dengan lelaki itu.
“Aku tak butuh pendapatmu. Katakan saja, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dia.” Ralph masih keras kepala.
“Kau hanya sedang cemburu.”
“Aku memang cemburu, tapi bukan itu masalahnya! Lisle bukan jenis gadis yang akan begitu mudahnya tinggal bersama lelaki asing.” Ralph menjadi tidak sabar. “Malam ini ada pesta jamuan bisnis di Royal Palace. Apa dia akan datang?”
Tanpa sadar Aland mengumpat dalam hati. “Jangan katakan kau....”
“Aku akan pergi bersamamu.” Ralph berkata cepat menyela ucapan Aland. “Sudah saatnya aku belajar berbisnis bukan?”
Aland tertawa sumbang. Dia mulai memijit kepalanya yang terasa pening seketika. Sejak kapan bocah ini tertarik dengan urusan bisnis? Kalau sejak awal Ralph mau, Aland bersedia menyerahkan perusahaan keluarga ke tangan adiknya itu. Aland sendiri tidak tertarik mengurus perusahaan ini, tapi tanggung jawab sebagai penerus pertama Caldwell membuatnya tak bisa menghindar.
“Baiklah. Kau bisa ikut aku. Tapi aku tidak tahu apakah tuan Kent akan datang. Aku hanya mengingatkanmu satu hal, jangan membuat keributan di sana.” Akhirnya Aland menyerah. Dia tidak tahu apakah ini sebuah keputusan yang tepat, membiarkan bocah ini bertemu dengan saingan cintanya.
kopi sudah otewe ya