Azka Mahespatih (28th) bersembunyi di rumah Nandita (20th) saat ia tengah di kejar oleh beberapa orang preman yang hendak mencelakainya.
Dita yang kaget saat mendapati lelaki asing yang memasuki rumahnya sontak ingin berteriak,tapi sebelum itu terjadi Azka dengan cepat berlari menuju Dita tetapi kakinya tersandung oleh kaki kursi hingga ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas tubuh mungil Dita,di saat bersamaan para warga sekitar menggrebek mereka dan menikahkan mereka. mau tidak mau mereka menikah juga. bukan tanpa sebab Azka tidak menolak menikahi Dita,karena Azka pernah di tolong oleh Dita maka dari itu ia ingin membalas kebaikan Dita dengan menikahi gadis itu.
bagaimana kelanjutan ceritanya apakah pernikahan mereka akan langgeng atau sebaliknya?
jangan lupa dukung author dengan cara klik love,komen dan subcreb ya...🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yadah elek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menemui Dita
"mama mau pergi ke suatu tempat,mama harap kamu tidak berulah Azka." ucap Irina saat berpamitan kepada sang anak,karena dia ingin pergi ke makam sahabatnya,ingin meminta maaf walaupun terlambat. tetapi setidaknya ia ingin berkunjung ke makam dua sahabatnya yang telah meninggal.
Azka hanya mengangguk,pikiranya berkecamuk ia tak bisa tenang sebelum melihat kondisi istrinya dengan mata kepalanya sendiri. memang kemarin papanya memberitahu kalau Dita sudah jauh lebih baik,dan butuh istirahat. ia juga bersyukur kalau keadaan calon bayinya baik-baik saja walau sempat pendarahan tetapi janinya masih bisa di selamatkan.
setelah mendengar pintu ruangannya di tutup,Azka berusaha mendudukan dirinya dan menyender di kepala ranjang.
"aku harus menemui Dita sekarang,lagi pula dia juga di rawat disini."
Azka perlahan bangun dari kasurnya,dengan tertatih dia berjalan keluar menuju kekamar istrinya di rawat. setelah sampai di mana istrinya di rawat ia melihat ada dua orang penjaga berada di depan pintu kamar Dita.
dia bersembunyi di balik tempik,sedikit mengintip ke arah dua orang berbadan kekar.
"ternyata Abi memang melarangku untuk menemui Dita,aku harus mencari cara agar bisa mengecoh dua orang itu."
Azka melihat sekitar mencari seseorang untuk di mintai tolong. lalu ada seorang perawat yang melewatinya,
"suster boleh minta tolong?" tanya Azka
"ya ada yang bisa saya bantu?"
kemudian Azka menjelaskan apa yang ia alami,dan meminta tolong pada suster itu untuk mengalihkan perhatian dua orang penjaga itu.
mendengar penjelasan dari Azka suster itu tidak tega dan membantu Azka untuk mengalihkan perhatian dua orang penjaga itu.
"pak,bisa minta tolong?" tanya suster itu pada dua orang penjaga itu.
"ya suster ada yang bisa saya bantu."
"itu pak,disana ada pasien yang depresi yang sedang kambuh. tapi keluarga pasien tidak ada kami butuh bantuan kalian berdua apa bisa?"
tanpa pikir panjang dua orang penjaga itu mengangguk dan membantu suster yang sedang butuh pertolongan.
melihat kondisi aman,Azka langsung masuk ke kamar. perlahan dia membuka pintu lalu melongokkan kepalanya. dirasa aman dia memasuki kamar dimana istrinya berada.
dia melihat Dita yang masih terbaring lemah di atas ranjang dengan wajah pucatnya,dan tangan yang tertancap selang infus.
dia mendekati dan duduk di samping ranjang.
di belai rambut Dita dengan lembut dan mencium kening sang istri. tanpa ia sadari bulir bening menetes di pelupuk matanya.
"maaf,maafkan aku sayang...." Azka bergumam sambil terus menciumi wajah pucat sang istri
"kak...ih lepasin...." Dita yang mengira itu adalah ulah Abi,malah tertawa karena kegelian akibat ulah kakanya itu.
"kak..." Dita membuka matanya,langsung melotot melihat pria yang ada di depanya bukan Abi,melainkan Azka suaminya.
sekuat tenaga Dita mendorong tubuh Azka,hingga mundur beberapa langkah.
"mau apa kamu?pergi..." teriak Dita histeris sambil memeluk perutnya.
"sayang,dengerin mas dulu...."
"tidak...pergi,jangan bunuh anakku." Dita benar-benar ketakutan melihat Azka,ia takut jika Azka akan menyakitinya dan bayi yang ada di kandunganya.
Dita beringsut turun dari ranjang,dan mencabut paksa selang infusnya,da rah berceceran keluar dari tangan bekas tusukan selang infus. Dita melempari Azka dengan bantal dan apapun yang ada di dekatnya.
"sayang tenanglah,aku tidak akan menyakitimu." ucap Azka yang masih berusaha mendekati dan menenangkan istrinya yang terlihat ketakutan saat melihatnya.
"pergi...biarkan aku hidup tenang berasama anakku. pergi...." Dita berjongkok memeluk dirinya sendiri sembari menangis tersedu.
Azka berjalan mendekatinya dan memeluknya dengan erat. jika lenganya sedang tidak patah pasti dia akan menggendong Dita dan membawanya pergi dari sini agar ia bisa merawat Dita secara perlahan dan berharap trauma Dita bisa hilang jika dia yang merawatnya.
"tenanglah sayang,mas janji tidak akan menyakitimu." ucapnya mengecup puncak kepala Dita.
Dita semakin gemetar ketakutan saat Azka memluknya erat,ia menggeleng sambil terus menggumam kata "pergi" dengan lirih.
Abi yang baru saja masuk terkejut melihat adiknya ketakutan berada dalam pelukan Azka,secepat kilat ia menghampiri Azka dan menariknya dengan kasar.
bugh...bugh....
"masih belum puas kamu menyakiti adikku,sampai kamu berbuat nekat seperti ini?" ucap Abi sambil menunjuk Azka yang tersungkur di lantai
"tolong jangan pisahkan saya dengan Dita,saya tau saya salah tolong beri saya kesempatan untuk memperbaikinya."
"cih...setelah kamu membuat adik saya seperti ini,seenaknya kamu meminta kesempatan?jangan mimpi kamu." tegas Abi.
"ada apa ini tuan?"
"masih bisa kalian bertanya?kemana saja kalian hingga ba ji Ngan ini bisa masuk?cepat bawa dia pergi dari sini." perintah Abi.
"lepas...saya tidak mau pergi,tanpa membawa istri saya." Azka berontak tetapi tenaganya tidak cukup karena luka yang di deritanya.
setelah yakin Azka pergi dari sana Abi langsung menoleh ke arah Dita dan menghampiri sang adik yang masih setia memeluk tubuhnya sendiri dan masih gemetar ketakutan.
"dek...hei kamu gak apa-apa kan?" tanya Abi sambil mendekati Dita secara perlahan dan membawa tubuh kurus itu dalam pelukanya.
"aaaa...lepas,lepas...pergi...hu hu hu..." teriak Dita histeris
"dek...tenang,ini kakak dek,kak Abi..."ucap Abi yang berusaha menenangkan adiknya yang histeris ketakutan.
Dita lalu mendongak menatap sang kakak,
"kak Abi?"
Abi mengangguk lalu tersenyum...
"kakak...kenapa Kaka tinggalin Dita sendirian,dua datang ingin menyakiti Dita kak,bawa Dita pergi dari sini." tangis Dita pecah dan mengadu kepada sang Kakak.
"iya...tenanglah,nanti kakak akan tanya ke dokter apakah kamu sudah boleh pulang atau belum."
"gak...gak mau,bawa Dita pergi sekarang,aku gak mau bertemu dengan dia lagi kak." Dita merengek.
"iya...tapi kamu harus diperiksa dokter dulu,lihatlah tanganmu berdarah apa kamu tidak merasa sakit?"
Dita melihat tanganya memang benar ada darah mengalir,dia menatap Abi lalu mengangguk.
Abi menggendong Dita di baringkannya di atas kasur,dan dia memencet tombol darurat agar dokter datang memeriksa adiknya.
bugh....
dua orang penjaga itu melempar kasar tubuh Azka. Azka meringis kesakitan lalu menatap tajam ke arah dua orang yang berbuat kasar terhadapnya.
"tunggu mas Dita,mas akan menjemputmu dan membawamu ke tempat dimana tidak akan ada yang memisahkan kita. mas janji akan slalu membahagiakanmu dan anak kita nanti." monolog Azka.
sungguh ia benar-benar tidak bisa pisah dengan istrinya itu,apa lagi sekarang Dita sedang mengandung anaknya. dia tidak akan membiarkan siapapun untuk memisahkan mereka.
entah rencana apa yang ada di otak Azka, yang jelas dia berencana ingin membawa Dita pergi jauh sebelum kakaknya Abi membawanya menjauh dari Azka.
Dan benar2 bkn orang tuanya yg melakukan
padahal pelakunya bkn ibunya dita.
hanya saksi hidup sdh tdk ada