Demi untuk membalaskan dendam kepada orang - orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya, sehingga seorang remaja pria berpetualang untuk mencari sebuah sekte yang akan di jadikan tempatnya mendalami ilmu bela diri.
Akhirnya dia bertemu dengan seorang pendekar serta sekte untuk tempatnya bernaung.
Karena kejeniusannya, dia dengan cepat bisa menjadi seorang pendekar yang kuat.
Akhirnya dia mulai memburu setiap murid sekte yang telah menghancurkan desa dan keluarganya serta setiap murid sekte aliran hitam lainnya.
Hal itu pula yang membuat dirinya juga di buru oleh sekte aliran Hitam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baryodo Aman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Rencana Untuk Kembali
Kembali ke arena.
Xia Jiao sudah membuat perisai bagi tubuhnya dan megeluarkan pedangnya untuk menebas setiap pisau es yang meluncur ke arahnya.
Tring...tring....tring
Tiga buah Pisau Es dari Bing Bihai mampu di hancurkan oleh Xia Jiao dengan pedangnya.
Kemudian Xia Jiao menebaskan pedangnya kearah Bing Bihai dengan menggunakan perubahan bentuk tenaga dalam.
Angin tajam yang sudah di padatkan oleh Xia Jiao yang berbentuk seperti bulan sabit dengan cepat meluncur ke arah Bing Bihai.
Bing Bihai kembali membuat perisai dari es sebagai pertahanannya.
Duar...duar...duar...
Tiga buah ledakan yang di hasilkan dari benturan serangan Xia Jiao dan perisai pertahanan dari Bing Bihai.
Perisai pertahanan dari es milik Bing Bihai dapat di hancurkan oleh tiga serangan dari Xia Jiao.
Gadis es tersebut langsung terdorong mundur.
" Ternyata kemampuan tenaga dalam milik gadis ini lebih tinggi dibandingkan milik Ku, aku harus merencanakan sesuatu." Gumam Bing Bihai dalam hatinya.
Bing Bihai langsung memanfaatkan kemampuannya dalam membentuk es dari tenaga dalamnya.
Gadis itu langsung meluncur di lantai panggung sambil menciptakan es untuk menyelimuti lantai panggung tersebut.
Xia Jiao yang kembali melesat untuk melanjutkan serangannya, tidak menduga dengan apa yang telah di lakukan lawannya terhadap lantai panggung tersebut.
Saat kakinya akan memijak di lantai panggung tersebut, Bing Bihai langsung bergerak cepat dan menyerang gadis itu.
Xia Jiao saat melihat lawannya ingin menyerang dirinya, gadis itu langsung menginjakkan kakinya dan bersiap untuk membalas serangan tersebut.
Namun di luar kuasanya, kakinya langsung terpeleset dan Bing Bihai tidak menyia - nyiakan kesempatan itu.
Bing Bihai langsung mendorong tenaga dalamnya yang telah berubah wujud menjadi sebuah bongkahan es ke arah Xia Jiao.
Xiao Jiao langsung membendung serangan itu dengan pertahanan tenaga dalamnya, namun karena tumpuan kakinya tidak kuat karena sangat licin, sehingga tubuhnya terdorong dan keluar dari panggung arena tersebut.
Melihat hal itu, Sang Jenderal pun langsung menyatakan bahwa pemenangnya adalah Bing Bihai.
Xia Jiao merasa tidak puas dengan kekalahan yang dirinya alami.
Tetapi karena ini hanyalah suatu kompetisi, sehingga dirinya menerima kenyataan itu walau pun ada perasaan sedih dan kecewa di hatinya.
Akhirnya pertarungan di partai final akan mempertemukan Ma Guang dan Bing Bihai.
" Pertandingan partai final akan di laksanakan besok hari sekalian dengan acara penganugerahan serta acara penutupan kompetisi ini." Ucap sang Jenderal.
" Jadi bagi seluruh tamu undangan serta seluruh yang hadir di tempat ini, agar bisa kembali ke tempatnya masing - masing." Ucap Jenderal itu lagi.
Akhirnya semua orang membubarkan diri dan menuju ke tempat kediaman mereka masing - masing.
Nona Tjia yang melihat kemampuan yang di tunjukkan oleh Xia Jiao, langsung membuat dirinya tertantang untuk meningkatkan kemampuan ilmu bela dirinya.
" Aku harus mendaftarkan diri ke sekte Bambu Kuning untuk mengembangkan kemampuan ilmu bela diri Ku." Gumam gadis itu.
Dirinya ingin menjadi murid sekte Bambu Kuning di karenakan letak dari sekte tersebut tidak jauh dari kediaman keluarganya yang berada di ibu kota kerajaan Qi.
Dan hal lain yang menjadi pemicunya juga adalah untuk mendapatkan perhatian dari Ma Guang.
Akhirnya malam itu, nona Tjia Annchi memanggil pendekar Chen Fang untuk mendampinginya menuju ke tempat kediaman dari sekte Bambu Kuning.
Kedua orang itu berjalan berbarengan dan akhirnya tiba di depan kediaman sekte Bambu Kuning.
Memang untuk menuju ke kediaman tersebut tidak memakan waktu yang lama, karena wilayah kediaman mereka saling berdekatan.
Tampak terlihat Duan Jun sedang berlatih di samping kanan depan kediaman mereka.
Melihat kedatangan kedua orang tersebut, Duan Jun langsung menghentikan latihannya dan menyambut kedatangan ke dua orang tersebut.
" Hormat kepada pendekar Chen Fang dan juga nona Tjia Annchi." Ucap Duan Jun sambil dalam keadaan sikap hormat.
" Pendekar muda Duan terlalu sungkan." Ucap pendekar Chen.
" Apakah Patriak Yao Han tidak sibuk?." Tanya pendekar Chen lagi.
" Patriak sedang duduk berbincang - bincang di dalam dengan tetua Ying Zhao." Ucap Duan Jun.
" Apakah ada hal yang ingin di sampaikan?." Tanya Duan Jun.
" Iya, kami ingin membicarakan sesuatu dengan Patriak." Ucap pendekar Chen.
" Baiklah, saya akan menyampaikan dahulu kepada Patriak...saya mohon undur diri." Ucap Duan Jun sambil meninggalkan kedua orang itu.
" Hormat pada Patriak dan tetua Ying!!! Pendekar Chen serta nona Tjia ada di depan ingin bertemu dengan Patriak." Ucap Duan Jun lagi.
" Kenapa kamu tidak langsung mempersilakan mereka masuk saja." Ucap Patriak.
Kedua pria paruh baya tersebut langsung berdiri dan beranjak dari tempat duduknya seraya melangkahkan kaki mereka untuk menuju ke arah depan rumah.
Duan Jun hanya terpaku diam di tempatnya, serta sudah tidak bisa berkata - kata lagi.
" Pendekar Chen! nona Tjia! Maaf atas kelancangan murid kami yang tidak langsung mempersilakan kalian berdua untuk masuk." Ucap Patriak menyambut kedua orang tersebut.
Akhirnya mereka berdua di persilakan duduk dan Duan Jun langsung menyajikan teh hangat kepada mereka.
" Ada hal apa sehingga membuat pendekar Chen dan nona Tjia hingga datang kemari?." Ucap Patriak dengan nada suara yang penuh wibawa.
" Maksud kedatangan kami berdua ke tempat ini untuk meminta persetujuan tentang beberapa hal kepada Patriak." Ucap pendekar Chen.
" Tentang hal apa itu?." Ucap Patriak menanggapi perkataan pendekar Chen.
" Begini! Besok adalah hari terakhir untuk di adakannya kompetisi, setelah itu kita akan kembali ke ibu kota kerajaan Qi, kami ingin meminta rombongan Patriak untuk bersama - sama melakukan perjalanan dengan rombongan kami hingga sampai di ibu kota kerajaan Qi. Nantinya keluarga bangsawan Tjia akan memberikan bayaran kepada rombongan Patriak." Ucap pendekar Chen menyampaikan tujuan kedatangan mereka berdua.
Mendengar hal itu, Patriak menganggukkan kepalanya karena sudah mengerti dengan apa maksud perkataan dari pendekar Chen.
" Apakah hanya hal itu tujuan dari kedatangan kalian berdua?." Tanya Patriak lagi.
" Ada lagi Patriak...silakan nona sendiri yang sampaikan." Ucap pendekar Chen sambil menatap ke arah gadis di sampingnya.
" Aku ingin mendaftar untuk menjadi murid di sekte Bambu Kuning." Ucap gadis itu.
Patriak langsung tersenyum menanggapi perkataan dari gadis yang ada di depannya itu.
" Jadi begini...karena memang tujuan kita untuk kembali ke sekte jalannya searah, saya bisa mengiyahkan hal itu, karena rombongan kami juga tidak memiliki tujuan yang lain selain kembali ke sekte kami, dan hitung - hitung juga sekalian bisa melihat keindahan ibu kota kerajaan." Ucap Patriak sambil tersenyum.
" Tetapi untuk menjadi murid dari sekte kami, dengan kemampuan nona Tjia yang sudah seperti saat ini, saya rasa itu tidak akan lebih membantu perkembangan ilmu bela diri dari nona Tjia, ada baiknya nona Tjia masuk ke sekte besar yang ada." Ucap Patriak lagi dengan nada suara merendah.
" Mohon maaf jika saya lancang! Tetapi utusan dari sekte Bambu Kuning di kompetisi kali ini, sudah membuktikan bahwa sekte Bambu Kuning adalah tempat yang tepat untuk mengembangkan kemampuan ilmu bela diri yang saya miliki." Ucap nona Tjia menimpali perkataan Patriak.
Mendengar perkataan gadis itu, Patriak pun tersenyum karena merasa membenarkan apa yang di katakan oleh gadis bangsawan di depannya itu.
" Baiklah, jika nona merasa sekte kami pantas dan ingin menjadi murid di sekte kami, maka nona Tjia tentunya harus mengikuti aturan penerimaan murid di sekte kami." Ucap Patriak lagi.
" Baik Patriak! saya akan mengikuti setiap aturan yang ada dan akan berusaha untuk menjadi murid di sekte Bambu Kuning." Ucap nona Tjia dengan wajah yang berseri - seri dan penuh semangat.
Setelah kedua orang itu sudah menyampaikan maksud kedatangan mereka, akhirnya mereka melanjutkan pembicaraan dengan membahas tentang kompetisi yang sudah dan akan di laksanakan besok harinya.
" Dimana pendekar Ma? Sepertinya dari tadi aku tidak melihatnya." Ucap nona Tjia.
" Oh, dia lagi berada di kamarnya dan sedang bermeditasi." Jawab tetua Ying.
" Oh begitu yah." Ucap Gadis itu menanggapi perkataan tetua Ying Zhao sambil menganggukan kepalanya.
~Bersambung~