Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganggu Momen
Sementara itu Sulis yang sedang naik motor pulang ke rumahnya, ia juga memiliki pemikiran yang sama dengan Novi, ia bertekad untuk memiliki Rendi dan tidak mau kalah dengan Novi, mereka berdua sudah sepakat kalau akan bersaing secara sehat, saat Novi mengantar Sulis kedepan kontrakan Rendi.
Rendi tidak tahu kalau kedua gadis yang dekat dengan dirinya itu sedang melakukan perang dingin, walaupun mereka bilang bersaing secara sehat, tapi ada saatnya mereka akan mulai melakukan sesuatu yang ekstrim demi mendapatkan Rendi, karena jika sudah main perasaan biasanya seseorang akan cenderung gelap mata.
***
"Ren, kamu mau makan apa, malam ini?" tanya Novi lembut.
"Sudah kenyang Nov, daritadi makan martabak sama kue apa itu tadi yang di beli Haris." jawab Rendi sambil mengelus perutnya.
"Gitu yah," jawab Novi cemberut.
Rendi mengehela napas." kamu tidak apa-apa kan, Nov?"
Novi menggeleng. "aku tidak kenapa-kenapa Kok." jawabnya sambil memaksakan senyum.
Rendi tahu kalau Novi sedang memikirkan sesuatu, terlihat dari ekspresi wajahnya yang tidak seperti biasanya. Ia tahu kalau gadis itu pasti sedang ada masalah terkanya dalam hati.
Tiba-tiba Rendi menarik Novi dengan lembut, ia menyenderkan kepala Novi di bahunya, sehingga membuat gadis itu terkejut.
"Kalau ada masalah cerita denganku, bukankah kita sudah setuju untuk saling berbagi rasa sakit?" tanya Rendi lembut.
"Aku tidak apa-apa Ren, hanya saja sedikit rindu dengan Ayah dan Ibu, mereka sangat jarang di rumah." jawabnya dengan suara sendu.
"Sudahlah, jangan pikirkan itu, lagi pula mereka juga sedang bekerja untuk membuat kamu hidup nyama, toh ada aku di sini sekarang yang akan selalu ada buat kamu." ucap Rendi menghibur gadis itu.
Novi melirik Rendi, ia merasa sangat nyaman saat di perlakukan seperti itu oleh Rendi, ingin rasanya setiap hari seperti itu, agar masalah kesepiannya bisa ia abaikan.
Gooolll!
Teriak Harisman keras, sehingga membuat Novi terkejut dan langsung bangun dari bahu Rendi dan kepalanya membentur dagu Rendi.
"Aduh!" Rendi meraung kesakitan, begitu juga Novi yang memang kepalanya membentur keras dagu Rendi.
"Sialan! Kamu ini kenapa sih Harisman?!" raung Rendi marah.
"Kenapa apanya Bos, itu gool tadi!" ucap Harisman bersemangat.
"Gool, gundulmu!" bentak Rendi kesal.
Novi tersenyum getir, dia lupa kalau Harisman selalu mengganggu momennya, seharusnya ia menyuruh Harisman pergi dulu dari sana.
Harisman memang sekarang di kontrakan Rendi terus, alasannya ia mau melayani Bosnya sampai sembuh, jika belum sembuh ia akan terus di sana.
Rendi tidak menolaknya, lagi pula Harisman memang ada gunanya, jika ia perlu sesuatu, bawahannya itu dengan patuh akan membelikannya.
Setelah sudah malam Novi pulang ke rumahnya, Rendi menyuruh Harisman untuk mengantarnya pulang, karena ia takut terjadi sesuatu dengan Novi.
Harisman dengan patuh mengantar Novi, tentu mereka tidak berboncengan, karena Novi tidak mau boncengan dengan pria lain selain Rendi.
Setelah mengantar Novi dengan selamat, Harisman kembali ke kontrakan Rendi, kali ini ia tidak sendirian, Harisman membawa bawahannya yang luka ringan saat mengeroyok Rendi, ia menyuruh mereka meminta maaf pada Rendi.
"Cepat minta maaf!" bentak Harisman pada ketiga bawahannya yang ia bawa.
"Bos besar, maafkan kami!" ucap mereka serempak sambil bertekuk lutut di hadapan Rendi.
"Sudahlah, aku sudah memaafkan kalian, yang penting jangan ulangi perbuatan seperti itu lagi nantinya." jawab Rendi menasehati mereka.
"Baik Bos!" ucap ketiga orang tersebut serempak.
Rendi merasa senang memiliki tambahan teman, walaupun tampang mereka terlihat sangar, tapi sebenarnya mereka semua sangatlah baik, mungkin karena efek pergaulan yang tidak jelas, sehingga membuat mereka semua jadi terlihat buruk di mata masyarakat.
Rendi bertekad untuk mengubah cara berpikir mereka dan tentunya agar mereka memiliki masa depan seperti orang-orang pada umumnya.
Ketiga bawahan Harisman malam itu tidur di kontrakan Rendi, sehingga tempat yang biasanya sepi itu terasa ramai, mereka juga begadang menonton bola, membuat kontrakan Rendi terus ramai sampai malam.
Rendi yang terkena efek obat, ia terlelap tanpa peduli dengan para bawahannya, Harisman dengan perhatian menyelimuti Rendi dengan sarung milik Bosnya itu.
"Jangan berisik, Bos udah tidur." ucap Harisman pelan pada ketiga anak buahnya sambil melotot.
"Siap bos." jawab mereka pelan juga.
Mereka pun lanjut menonton Bola bersama, semuanya terdiam membisu, karena takut membangunkan Bosnya yang sedang tidur.
Tapi karena klub jagoan mereka tertinggal lebih dulu, mereka berempat merasa gemas, hingga saat klub jagoan mereka mencetak Gol, teriakan mereka sampe membuat Rendi terbangun seketika.
Gooollll!
Teriak mereka berempat serempak, Rendi langsung bangun dan mengusap dadanya, ini pertama kalinya ia bangun tidur dengan cara seperti itu.
😅😅😅