(follow Instagram aku: @Picisan_Imut94)
Rahma Quratta Aini gadis berusia 23 tahun ini terus menyesali keputusan orang tuannya saat menerima pinangan dari pria pesantren yang belum pernah ia temui sebelumnya sedangkan dirinya belum bisa menerima kematian calon suaminya yang meninggal akibat kecelakaan satu minggu sebelum momen pernikahan mereka berlangsung.
selama menjalani pernikahan itu Irsyad benar-benar harus berjuang Extra untuk mendapatkan hati Rahma sepenuhnya, dan di saat Rahma mulai mencintai Irsyad, cinta keduanya kembali di uji, dengan permintaan seorang kakek yang meminta Irsyad untuk menikahi cucunya yang cacat itu sebelum ajal menjemput kakek tersebut, akankah Irsyad benar-benar akan menikahi Aidha dan mem poligami Rahma?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
khumairah (yang kemerah-merahan)
Setelah cukup puas berjalan jauh akibat menghindari sekawanan angsa, meraka sampai di di rumah. Rahma menyentuh bungkusan bakso yang ada di tangan Irsyad.
"Sudah tidak panas lagi kan jadinya?" tutur Rahma melirik sebal ke arah Irsyad.
"Tidak apa dek, meniup makanan panas kan tidak baik, kalau begini kita bisa makan tanpa meniupnya bukan?" Irsyad terkekeh.
"Untung mas pintar berdalil ya, sehingga bisa ngeles dari sebuah kesalahan." ucap Rahma, sedangkan Irsyad masih tertawa sembari meraih dua mangkok kosong dari rak nya.
"Sini baksonya dek." pinta Irsyad karena bungkusan Bakso tersebut sudah beralih tangan.
Rahma pun menyerahkannya, "biar Rahma sendiri saja yang menuang bakso Rahma sendiri." ucap Rahma.
Irsyad pun menyodorkan mangkuk yang sudah terisi satu porsi bakso tersebut. "Telat dek bakso mu sudah masuk mangkok ini." ucap Irsyad. Padahal ia sengaja ingin membukanya untuk Rahma. Dengan senyumnya Rahma pun meraih mangkuk tersebut.
"Terimakasih mas,"
"Sama-sama." Irsyad kembali menuangkan seporsi bakso itu ke mangkuknya.
Dan kini keduanya pun berdoa terlebih dulu sebelum menyantapnya. Sesaat mata Irsyad melirik ke arah Rahma. Karena di otaknya terbesit sebuah ide.
"Dek, Mas punya tantangan nih." Ujar Irsyad.
"Tantangan apa?" tanya Rahma.
"Bagaimana jika kita lomba makan bakso ini, siapa yang kalah menghabiskannya, dia harus mencuci mangkuk-mangkuk ini." tutur Irsyad.
"Boleh, siapa takut." ucap Rahma.
"Tapi tetap pelan-pelan ya, jangan terburu-buru."
"Iya, ayo mulai." ajak Rahma.
Mereka pun melahap bakso tersebut, sekilas mata Irsyad terus memandangi Rahma yang tengah makan dengan lahap, sedangkan dirinya makan dengan sangat pelannya, bahkan ia kini telah menyendokan kuah bakso tersebut seperti tengah sengaja membiarkan Istrinya itu menang dalam pertarungan makan bakso itu.
Kini punya Rahma sudah hampir habis, barulah Irsyad memakannya dengan normal, ia mulai menyantap mie yang sudah sedikit melar itu, setelah itu memakan satu butir bakso. Dan saat juga Rahma telah selesai menyantap makanannya, bahkan mangkuknya benar-benar bersih Irsyad pun menghela nafas, dan segera menghabiskan semangkuk bakso tersebut.
"Rahma menang." Seru Rahma dengan semangat.
"Alhamdulillah Hebat istri mas ini, okay karena ade yang menang, maka duduk manis lah, biar mas yang mencuci mangkuknya ya." ucap Irsyad sembari beranjak dan meraih dua mangkuk kosong tersebut, lalu mencucinya.
Rahma menopang dagunya, mengamati punggung suaminya dari belakang. Sekilas senyumnya pun tersungging, ia tahu Irsyad sengaja mengalah agar dirinya lah yang mencuci mangkuk tersebut.
Karena Biasanya dia paling cepat makannya ketimbang dirinya, namun tidak untuk kali ini, Rahma malah justru yang menang.
Tak lama mereka pun mendengar adzan magrib berkumandang. Karena hanya dua mangkuk dan dua gelas yang di cuci Irsyad, kini pekerjaan itu pun telah selesai. Dan Irsyad meminta Rahma untuk segera mengambil Air wudhu dan menjalankan ibadah sholat berjamaah.
Dan seperti biasa mereka tetap berzikir bersama, tak lama setelah zikir mereka selesai, Irsyad pun beranjak sedangkan Rahma tengah melipat mukenah nya, sesaat Irsyad melihat ponselnya yang berada di atas meja kecil di sudut ruang pesolatan itu menyala. Ia pun meraihnya dan membawanya keluar.
"Hallo Assalamu'alaikum." Sapa Irsyad, karena suara dari sebrang tak cukup jelas ia pun memutuskan untuk keluar.
"Hallo, Assalamualaikum pak Huda?"
"Iya hallo Walaikumsalam Ustadz, maaf saya ingin mengabarkan sesuatu ini?" ucap Huda dari sebrang.
"Mengabarkan apa pak?" tanya Irsyad yang masih fokus pada telfon genggamnya itu.
Sedangkan Rahma yang baru keluar dari ruang pesolatan itu pun mencari Irsyad, di ruang tamu ia mendengar Irsyad tengah menelfon dengan seseorang namun suaranya terdengar sedikit berbisik sehingga membuat Rahma berjalan berindik mendekati pintu depan itu.
"Wah, sayang." ucap Irsyad sangat lirih.
Rahma pun sedikit kesal, mungkin karena rasa cemburunya itu yang kembali keluar.
Kala itu Irsyad pun mengakhiri panggilannya lalu memutar badan, sedikit terkejut saat mendapati Rahma tengah berdiri sembari menatap nya tajam, sehingga sedikit membuat Irsyad terperanjat.
"Astaghfirullahalazim, dek, kamu mengagetkan mas." tuturnya.
"Mas telfon dengan siapa?" tanya Rahma.
"Dengan pak Huda dek." jawab Irsyad.
"Bohong kan? Kenapa pula berucap kata sayang tadi?"
"Sayang? Kapan dek?"
"Tadi, di sela-sela mas menelfon."
Irsyad pun mengingat-ingat. "Perasaan mas tidak berucap sayang."
"Ada tadi mas, tidak usah pura-pura lupa ya." tuding Rahma.
Irsyad garuk-garuk kepala. "tapi ini pak Huda dek bukan wanita, masa iya mas manggil sayang."
"Tapi tadi Rahma dengar mas panggil sayang."
Irsyad terkekeh. "Dek Rahma mulai cemburuan lagi nih pasti."
"Haaah siapa yang cemburuan sih, sudah lah susah bicara sama mas." Rahma menghentakkan kakinya lalu berjalan meninggalkan Irsyad.
"Khumairah." seru Irsyad tiba-tiba, sehingga membuat Rahma menoleh.
"Jadi namanya khumairah?"
"Iya," Jawab Irsyad dengan senyum jailnya.
"Siapa khumairah?" tanya Rahma.
"Anaknya pak Akmal yang tinggal di Tanjung Priok." jawab Irsyad.
"Anaknya pak Akmal itu Rahma bukan Khumairah." jawab Rahma ketus.
Irsyad pun terkekeh. "Iya panggilan sayang mas yang baru itu, karena pipi dek Rahma yang kemerah-merahan ini." puji Irsyad. Rahma pun merona, dan tersenyum tipis lalu melenggang pergi meninggalkan Irsyad yang tengah terkekeh sembari geleng-geleng kepala itu.
novel ke 4 setelah
nnti jg insting seorang ibu akan terbentuk scr alami