Ikrar Cinta Ustadz Irsyad
## Satu minggu sebelum pernikahan. ##
Malam itu... setelah mengajukan cuti, Rahma kini sudah berada di jakarta.
sebelumnya dia bekerja di Ampera, Kota Palembang. Sebagai perawat di salah satu rumah sakit besar di sana.
ya... walau di Jakarta juga ada banyak rumah sakit, namun ia memilih untuk merantau dan bekerja di pulau seberang. Di sana jugalah dia bertemu dengan seorang dokter UGD bernama Fikri dan menjalin ke kedekatan hingga empat tahun lamanya. Keyakinan untuk menikah yang tertancap di diri Fikri mulai semakin kuat, pria itupun melamar Rahma dan akan menikahinya Tahun ini.
Dering telfon di ponsel Rahma membuatnya berlari cepat ke dalam kamar, lalu meraih ponselnya itu. Sesaat bibirnya tersungging senang, ketika mendapati telfon dari pria pujaan hatinya.
"Hallo Assalamu'alaikum mas," sapa Rahma dengan perasaan senang.
"Walaikumsalam sayang ku, sedang apa? Sudah tidur ya? Kok menerima panggilan telfonnya lama?" tanya Fikri.
"tidak mas, tadi Paman dan bibi ku berkunjung jadi kami mengobrol di ruang tamu. Mas sedang apa?" tanya Rahma.
"aku sedang jaga malam, di hari sabtu ini, karena ini hari terakhir ku jaga malam. besok kan aku cuti? jadi tinggal mempersiapkan diri untuk ke Jakarta." ucapnya, mendengar itu Rahma tersenyum, rasanya tidak percaya kalau pernikahannya akan segera di langsungkan hari Jumat besok.
"Rahma, kamu tau? aku benar-benar menunggu-nunggu momen ini, dan tidak bisa di percaya sebentar lagi kamu akan sah jadi istri ku," ucap Fikri dari sebrang.
"Iya mas, Rahma juga. rasanya tidak sabar untuk segera bersanding di pelaminan," balas Rahma yang tanpa sadar, merasakan setitik air mata yang menetes di pipinya. Entah karena rasa terharu atau apa, Tiba-tiba ia ingin menangis dan ingin memeluk calon suaminya itu.
"Tunggu kedatangan ku ya, sayang." ucap Fikri.
"Aku akan menunggu, jaga diri mu baik-baik ya mas." kata Rahma pada Fikri yang sedang tersenyum di sana.
"Iya sayang, kamu juga. Eh sudah dulu ya, ada pasien. lagi pula sudah pukul sepuluh malam sebaiknya kamu tidur," titah Fikri.
"Iya mas."
"selamat malam bidadari ku, besok aku telfon lagi." Piiiiiikkkk panggilan telfonnya pun terputus.
Rahma tersenyum, ia memandangi layar ponselnya yang terpampang Foto Fikri dan dirinya. Rahma pun mengecup layar itu dengan perasaan senang. ia lantas berjalan cepat menuju ranjang, dan segera merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata. berharap malam cepat berganti menjadi pagi, dan hari terus berjalan hingga ia bisa bertemu dengan hari Jumat, hari dimana dia akan sah menjadi istri sang pria pujaan.
Pagi berselang, Rahma menyipitkan matanya, ada banyak panggilan telfon dari ibunya Fikri dan banyak pula pesan dari teman-temannya.
"Ada apa ini? Kenapa ponsel ku tiba-tiba ramai?" gumam Rahma, dari keningnya yang berkerut muncul tanda tanya besar, bercampur rasa takut yang entah apa. ia pun membuka salah satu pesan tersebut.
(Rahma, aku turut berdukacita, dan prihatin semoga kau bisa tabah dengan musibah ini, dan dokter Fikri bisa pergi dalam keadaan husnul khotimah)
Membaca pesan itu mata Rahma pun membulat, ia melihat semua pesan isinya ucapan belasungkawa, sehingga membuatnya bingung, baru saja ia berniat menelfon Fikri, pintu kamarnya sudah di ketuk oleh seseorang.
Dengan cepat Rahma membuka pintu kamarnya itu.
Ia melihat ibunya menangis sembari memeluknya, saat itu Rahma masih tidak mengerti dengan semua ini.
"I...ibu, ada apa?" Tanya Rahma, ibunda Rahma pun melepas pelukannya.
"Yang sabar sayang. Mas Fikri mu telah meninggal dunia tadi pagi, akibat kecelakaan mobil," tutur sang ibu dengan suara seraknya.
Saat itu juga Rahma menggeleng cepat. Ia langsung menghubungi Fikri, guna memastikan kalau apa yang ia dengar itu tidak benar. Namun semuanya sia-sia, nomor Fikri sudah tidak aktif lagi. Selang beberapa detik, ibunda Fikri kembali menelfon, dengan cepat Rahma mengangkatnya.
"Ha...hallo bu?" sapa Rahma, harap-harap cemas.
"Rahma? Kamu sudah mendengar kabar buruk ini kan, Fikri sudah menjemput Ajalnya di dekat sungai Musi sayang. Mobilnya bertabrakan dengan truk kontainer, di mana kap mobilnya sampai terjerembab masuk, hingga ringsek dengan Fikri yang terjepit di sana. Ibu tidak menyangka ini akan terjadi padanya, padahal minggu ini kalian akan menikah, Fikriiiiiii—"
Terdengar isak tangis yang teramat menyayat dari sebrang, sedangkan Rahma hanya bisa mematung. perlahan pegangan tangannya mulai renggang, ponselnya pun terjatuh dari tangan itu.
Baru semalam ia mendengar suaranya, kenapa pagi ini tiba-tiba mas Fikri berpulang?
"Mas Fikri?" Rahma terisak, ia menghempaskan tubuhnya ke lantai.
"Rahma, sabar sayang," Ibundanya berusaha menenangkan Rahma yang mulai histeris, ia tidak bisa menerima kenyataan itu.
"Aku mau mas Fikri ku!! kita akan menikah bu, kita akan menikah hari jumat besok. Hiks Maaas, mas Fikri—" Rahma semakin histeris, di dalam pelukan ibunya itu.
Pagi itu... semua bagaikan mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terjaga dari mimpi yang tak pernah ia harapkan.
Kini semua mimpi indahnya untuk hidup bahagia bersama Fikri seolah harus terkubur dalam-dalam bersama tubuh kaku Fikri.
–––
Hari demi hari terlalui, Rahma sama sekali tidak ingin keluar kamar, ia masih saja menangis hingga saat ini, terlebih tanggal pernikahannya dengan Fikri semakin dekat. Hanya tersisa tiga hari lagi. Matanya tertuju pada sebuah kebaya putih yang sudah tergantung di dekat lemarinya, di atas ranjangnya itu Rahma menekuk lututnya memeluknya sembari menangis, meratapi semuanya yang sudah terjadi, karena mau bagaimanapun Fikri tidak akan pernah kembali.
Di hari yang sama...
Pagi itu seorang Ustad datang menemu kyai yang juga dekat dengannya, pria berkoko hitam itu memarkirkan mobilnya di pelataran rumah Kyai Khalil.
Sesaat pria berambut putih itu menyipitkan matanya saat pria itu keluar dari dalam mobilnya sembari menyunggingkan senyumnya.
"Assalamu'alaikum pak Kyai" Seru Irsyad di depan rumahnya itu.
"Walaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh, Irsyad kah ini?" Ucapnya, maklum saja pandangannya sudah mulai kabur, Irsyad pun meraih tangan kanan Kyai Khalil dan menciumi punggung tangannya berkali-kali.
"Iya Pak Kyai" Jawab Irsyad halus sembari tersenyum.
"MashaAllah, Ustadz tampan ini datang juga akhirnya ke rumah ku, saya pikir sudah sibuk mengisi dakwah dan mengajar jadi lupa jalan kemari." Ucap Kyai Khalil sembari terkekeh.
"Kyai bisa saja, mana mungkin saya lupa sama panutan saya ini." Jawab Irsyad yang juga terkekeh-kekeh.
"Iya...iya... Mari, masuk Ustadz" Ajak pak kyai di hadapannya itu.
Ustadz berusia tiga puluh tahun itu duduk dengan sopan di sebuah kursi sudutnya, dengan melihat ke sekeliling ia merasa bernostalgia, ia masih ingat saat tinggal di rumah ini selama satu bulan untuk mengajar ngaji anak-anak di majelis Kyai Khalil lima tahun lalu.
"Silahkan di minum tehnya Ustadz." ucap seorang wanita bertubuh tambun yang tak lain adalah istri Kyai Khalil.
"Terimakasih bu." ucap Irsyad sembari tersenyum.
"Nah ustadz? Bagaimana kabar Antum ini, setelah lima tahun tidak bertemu rasanya Antum semakin berseri saja, lebih tampan loh, sudah punya hareem belum?" (Istri) tanya Kyai Khalil.
"Ahhh bisa saja pak Kyai, kalau istri saya belum ada." Jawabnya ringan.
"Lho? Kok bisa ustadz seperti Antum belum menikah? Mau menunggu sampai kapan?" tanya Kyai itu.
"Hehe, jujur saja, saya belum menemukan wanita yang ingin saya nikahi" ucap Irsyad.
"Masa iya? Kau jangan terlalu memilih Irsyad, tidak baik terlalu lama melajang."
"Bukan memilih pak Kyai, hanya saja saya memang belum ada keberanian untuk meng khitbah seorang ukhti, namun untuk sekarang ini mungkin saya sudah siap maka dari itu saya mendatangi Kyai, kali saja? Kyai Khalil ada calon untuk saya" ucap Ustadz Irsyad, yang saat itu membuat Kyai itu tersenyum.
"Kalau misalnya ada, kau mau menikah dengannya hari jumat ini?" tanya Kyai itu.
"A...apa? Jumat ini?" ustadz Irsyad shock saat mendengar itu, bagaimana mungkin menikah dalam jarak waktu tiga hari.
"Iya, kau ingat pak Akmal? Ketua RW di sini? Putrinya seharusnya menikah di hari jumat ini, namun kemalangan menimpah nya, calon suaminya meninggal hari ahad kemarin akibat kecelakaan mobil di palembang." ucap Kyai Khalil.
"Inalillahi WA inalillahi Roji'un?" gumam Irsyad, sesaat hatinya tersentuh saat mendengar cerita itu.
"gadis itu sebenarnya sangat baik dan ramah, namun duka yang menyelimuti hatinya membuatnya selalu mengurung diri, kemarin bapaknya datang ke saya dia minta untuk di carikan jodoh untuk putrinya karena di samping semua persiapan sudah matang, dan Melihat kondisi Rahma yang sedikit terguncang akibat belum menerima takdir membuatnya memutuskan untuk tetap menikahkan putrinya itu di hari itu dengan pria yang bisa sabar dan mampu meluluhkan nya guna mengobati luka hatinya." ucap Kyai itu.
"Kalau boleh tau namanya siapa Kyai?" tanya Irsyad.
"Namanya Rahma Quratta Aini, bagaimana Ustadz berkenan?" tanya Pak kyai itu.
"Menikah tiga hari lagi, terlebih dengan kondisinya yang masih berkabung, apa dia akan menerima itu? Sepertinya akan sulit." gumam Irsyad.
"saya juga berfikir seperti itu, namun jika Ustadz tidak berkenan tidak apa, nanti saya?"
"Saya berkenan Pak Kyai" Jawab Irsyad lantang.
"Benarkah? Antum yakin?" tanya Kyai itu, Irsyad pun mengangguk.
"Kalau begitu jangan dulu pulang, saya akan menghubungi Pak Akmal, dan malam ini juga kita ke rumahnya." tutur Pak Kyai Khalil.
"iya Kyai, namun? Saya tidak ada persiapan apa-apa, saya harus ke toko buah dulu untuk membawa sesuatu sebagai buah tangan." ucap Irsyad,
"Njih monggo Ustadz, silahkan." jawabnya sembari tersenyum, Irsyad pun beranjak dan berjalan keluar menuju mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
pipi gemoy
hadir lagi Thor
novel ke 4 setelah
2024-06-07
0
Fitriana
mampir thor...
2023-09-23
0
maulana ya_manna
mampir thor
2023-02-25
0