Sequel lanjutan dari novel My Teacher My Secret Husband
Merlinda , gadis cantik bermata bulat , berambut ikal tebal , dengan warna kulit kuning langsat .
Elin , seperti itu biasa orang memanggilnya , gadis periang , humoris , yang akan selalu membuat orang lain tertawa berada di dekatnya.
Setelah kepergian Gery , laki laki yang pertama kali membuatnya jatuh cinta namun kemudian pergi meninggalkan dirinya untuk selama lamanya.
Meninggalkan ia tanpa pesan , namun sejuta kenangan indah yang tidak mungkin di lupakan ,
sejauh apapun dirinya pergi kenangan indah , namun menyakitkan itu akan selalu mengiringinya.
Sekarang ia telah tumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik dengan tutur kata yang lembut , ia benar-benar tidak menyangka jika kedatangannya ke New York akan merubah cerita kehidupannya yang kelam.
Kisah cintanya kembali terjadi di kota itu , dan hal yang paling gila adalah kalau ternyata ia sedang berkencan dengan pemilik perusahan di tempat ia magang saat ini.
" Ini benar-benar gila " umpatnya tidak percaya.
~~~
" Dia kekasihku " ucap CEO tampan itu , bibirnya terus melengkung dan merasa begitu bahagia karena akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan wanita yang memiliki seutuh hatinya pada semua orang , " bahkan saat ini kami sedang merencanakan pernikahan , bukankah begitu nona Merlinda ? " tambahnya , membuat mata coklat milik Elin membulat dengan sempurna , bersama suasana yang tiba-tiba hening oleh rasa tidak percaya semua orang , bagaimana mungkin karyawan magang itu adalah calon istri CEO tampan yang di gilai hampir semua kaum perempuan muda di kota New York.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sary Bhieltha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangisan Hannah
Hannah baru saja keluar dari ruang studio , setelah menghabiskan waktu lebih dari tiga jam di hadapan lampu camera yang mengambil gambarnya tanpa henti ,
dengan mata terpejam ia bersandar di sisi kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.
" Hannah " panggil vale begitu pelan , tidak ada jawaban dari perempuan itu , ia masih terus terpejam dan hanya suara deheman hidung yang terdengar untuk menanggapi panggilan Vale,
" Istirahatlah " ucap Vale , karena melihat Hannah yang terlihat begitu lelah dengan peluh yang menetes di dahinya.
" Apa kau ingin aku menghapus make up mu ? " tanyanya , dan Hannah menganggukkan kepala tanpa bicara.
Suara dengkuran halus mulai terdengar dari hembusan nafas Hannah , ia tertidur begitu nyaman walau wajah halusnya sedang dalam pembersihan tangan Vale.
" Apa dia tahu berita tentang kekasihnya ? " gumam Vale sambil menatap wajah tidur Hannah ,
tidak lama pintu ruangan terbuka dengan perempuan yang berjalan masuk dengan tergesa gesa.
" Ada apa Ms. Caren ? " tanya Vale sembari terus membersihkan wajah Hannah.
" Dia sedang tidur , anda bisa menemuinya nanti jika memang ada yang penting yang ingin anda bicarakan dengannya " kata Vale tanpa menoleh ke arah Caren.
" Apa dia sudah mengetahui berita tentang kekasihnya ? " tanya Caren sambil terus berdiri dan menatap ke arah Hannah , " saya tidak tahu miss , setelah menyelesaikan pemotretannya dia tidak lagi banyak bicara , dan sudah tertidur seperti ini " jelas Vale.
" Jika nanti dia sudah bangun , katakan padanya untuk menemuiku " ucap Caren lalu pergi meninggalkan ruangan tanpa menunggu jawaban dari Vale.
Vale menghela nafas setelah Caren meninggalkannya , " Apa lagi yang akan dia lakukan ? , apa dia juga akan ikut mengatur urusan pribadi Hannah ? " gumam Vale dengan nada yang begitu kesal , ia sangat tidak menyukai Caren yang selalu mengatur hidup Hannah dengan seenaknya , tapi Vale tidak bisa melakukan apapun karena ia hanya perkerja yang hanya di tugaskan untuk merias wajah Hannah.
" Kalau bukan karena kamu , aku akan memilih kembali menjadi penata rias biasa saja dari pada aku harus berkerja dengan manusia yang tidak memiliki hati seperti Caren " gumamnya lagi sambil menatap empati pada Hannah yang masih tertidur.
" Aku berjanji akan terus mendampingimu Hannah " ucap Vale lirih dengan mata yang sudah berkaca kaca , ia selalu tidak bisa menahan air matanya saat berbicara tentang perempuan di hadapannya ini , perempuan yang begitu kuat , perempuan yang masih bisa tertawa setelah meneteskan air mata sedihnya.
" Aku berharap , kau akan memiliki kehidupan yang bahagia nanti " lanjut Vale dengan tangan yang menyeka pada ujung matanya..
****
Beberapa mata menatap kagum pada mobil sport berwarna putih yang hanya di miliki beberapa orang di Amerika karena edisinya yang terbatas,
Mobil mewah yang membawa sepasang manusia itu baru saja tiba di area parkir Leonard , " apa ada yang salah ? " tanya Daniel saat mesin mobil sudah di matikan.
Elin menautkan kedua alisnya dan menatap pada Daniel " apa yang salah ? " tanya baliknya dengan kebingungan.
" Baiklah , aku kira ada sesuatu yang membuat kamu terus mendiamkan aku " kata Daniel tersenyum , kemudian segera membuka pintu mobil.
Elin tersenyum dan tak habis pikir pada Daniel yang berpikir kalau dia sedang mendiamkannya , selama di perjalanan pulang , Elin memang tidak berbicara sepatah kata pun , ia terus memalingkan wajahnya menatap keluar jendela mobil ,
ia begitu malu untuk memperlihatkan rona merah pipinya pada Daniel dan begitu malu untuk memulai pembicaraan.
Begitu pun Daniel , ia tidak berani untuk memulai bicara karena melihat Elin yang terus diam menatap keluar jendela , beberapa kali matanya melirik ke arah perempuan itu untuk mencari cela berbicara , namun kembali ia mengulum bibirnya karena Elin masih terus terdiam dalam lamunan menatap pinggiran jalan kota New York.
" Terimakasih " ucap Elin tersenyum saat pintu mobil di sampingnya sudah di terbuka oleh Daniel.
" Senyummu ini benar benar membuat beban pikiranku hilang " ucap Daniel dengan raut wajah yang tidak bercanda.
ia memang begitu serius saat mengatakan itu , pikiran khawatir tentang beritanya bersama Elin menjadi hilang begitu saja saat melihat senyum di bibir mungil perempuan itu.
Elin menggelengkan kepalanya karena ucapan Daniel , laki laki itu selalu saja bisa membuat garis bibirnya melengkung karena tingkah lakunya ,
Dab ia berjalan menuju bagasi belakang mobil karena melihat Daniel yang sedikit kerepotan dengan kantong belanjaan miliknya " apa kau membutuhkan bantuan ? " ucap Elin menghampiri Daniel , " berikan padaku " katanya lagi dengan tangan yang ingin mengambil alih kantong belanjaannya ,
Daniel tidak menggubris , ia terus sibuk memasukkan semua barang ke dalam satu tempat supaya lebih mudah untuk di bawa ,
di tutupnya kembali pintu bagasi dengan tangan sebelah yang masih memegang kantong belanja yang sudah ia satukan ,
" Apa kau masih ingin membantuku ? " tanya Daniel dengan mengadahkan sebelah telapak tangannya pada Elin ,
eEin mengangguk bingung seraya mennatap telapak tangan Daniel.
" aku hanya perlu kau membantu menggenggam tanganku " ucapnya yang tanpa pamit langsung memasukan jari jarinya ke sela jari tangan Elin , " seperti ini " ucapnya lagi dengan mengangkat kedua tangan yang sudah berdekapan.
Bibir Elin kembali terangkat , kali ini ia tidak bisa lagi menahan bibirnya untuk tersenyum karena tingkah konyol Daniel.
" Aku sudah sangat lapar , dan kau harus menepati janjimu untuk memberiku makanan enak " ucap Elin yang tanpa sadar menarik tangan Daniel yang berada di genggaman tangannya.
" Kau tidak perlu khawatir Nona , makananku tidak mungkin mengecewakan" ucap Daniel begitu percaya diri.
ujung bibirnya terangkat saat menatap Elin, dan Elin membalasnya dengan ikut tertawa ,
tidak ada yang lucu , namun tawa kecil dari bibir Daniel mampu menyihir bibir eEin untuk ikut tertawa dan
dengan tangan yang terus bergandengan mereka berjalan menuju lift area parkir yang akan langsung membawa mereka menuju lantai apartemen Elin .
****
" Apa aku sudah tertidur begitu lama ? " tanya Hannah yang baru saja terbangun , ia menggerakkan tubuhnya untuk merenggangkan otot otot yang terasa sedikit kaku karena posisi tidur yang kurang nyaman.
" tTdak , aku hanya menunggu empat jam sampai kau terbangun " ucap Vale membuat hannah tertawa.
" Apa yang sudah aku lewatkan? " tanyanya lagi , sambil beranjak dari kursi yang membuatnya tertidur begitu nyaman " Ms.Caren mencarimu , dan memintamu untuk menemuinya " jelas Vale.
Hannah terdiam sesaat menatap Vale " apa aku melakukan kesalahan ? " tanya Hannah , karena itu satu satunya alasan Caren memanggilnnya.
" Tidak , dia hanya menanyakan apa kau sudah mengetahui berita tentang kekasihmu dan karena kau sedang tertidur , aku memintanya untuk kembali nanti " kata Vale kembali menjelaskan " dan aku pikir itu bukan urusannya lagi untuk mencampuri urusan pribadimu " tambah Vale.
Hannah tidak menjawab , otaknya sedang mencernah kata kata Vale yang mengatakan berita tentang kekasihnya ,
ia sangat tahu siapa yang di maksud kekasihnya oleh Vale , karena tidak ada yang mengetahui tentang hubungan yang sudah berakhir antara dirinya dan Daniel.
Hannah segera mengambil handphone miliknya yang ia letakan di atas meja rias , dan segera membuka media online untuk mencari berita seperti yang di katakan oleh Vale.
Deg " jantung Hannah berdegub saat melihat nama lengkap mantan laki laki yang di cintainya tertulis dalam judul berita online ,dan tatapannya semakin melebar saat menemukan gambar berita Daniel bersama seorang perempuan , walau ia sudah membaca dengan jelas judul berita namun hatinya semakin tidak bisa percaya dengan kebenaran gambar yang tercetak begitu jelas,
senyum manis Daniel dengan mata yang menatap pada perempuan di hadapannya begitu jelas terlihat ,
bahkan saat masih bersamanya , ia tidak pernah memperlihatkan tatapan yang begitu manis Daniel seperti di dalam foto.
Hannah merasakan nafasnya mulai sesak karena rasa perih yang tiba tiba di rasakan oleh hatinya.
" Are you oke Hannah " tanya vVle mendekat.
" Bahkan dia tidak pernah menatapku seperti ini " ucap Hannah yang sudah mulai terisak , Vale merengkuh tubuh tidak berdaya Hannah ke dalam pelukannya " kenapa takdir hidupmu begitu kejam padamu Hannah , aku kira dia laki laki yang akan membuat hidupmu bahagia , tapi ternyata dia tidak lebih dari sampah " ucap Vale yang mejadibegitu emosi karena tangisan Hannah.
" Kau salah Vale , aku lah yang sampah , aku memang tidak pantas bersamanya " kata Hannah yang semakin terisak , " berhenti selalu menyalahkan dirimu sendiri Hannah , kau berhak bahagia , kau pantas di sandingkan dengan lelaki manapun , mungkin dialah yang memang tidak pantas bersamamu " ujar Vale yang semakin emosi.
" Kau tidak tahu apa apa vale , aku tidak sebaik seperti apa yang kau pikirkan "
" Ceh , selama ini aku cukup mengenalmu Hannah , kau tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk , jadi apa yang membuatmu tidak pantas bersamanya " bantah Vale " sekarang berhenti menangis , air matamu terlalu berharga untuk menangisi laki laki sialan ini " katanya mengumpat tanpa ampun pada Daniel.
" Berhenti mengumpatnya Vale aku mohon, dia tidak seburuk seperti yang kau kira " pinta Hannah.
" Perempuan ini pasti bisa membuatnya bahagia , bukan seperti aku yang... " kata Hannah yang terpotong oleh tangisannya.
Hatinya begitu sedih karena melihat Daniel bersama wanita lain , namun dengan bersamaan hatinya juga merasa legah karena melihat Daniel yang kembali tersenyum begitu bahagia bahkan terlihat begitu bahagia dari sebelumnya , atau lebih tepat saat masih bersamanya.
Vale tidak lagi membantah , ia hanya membiarkan Hannah terus menangis di dalam dekapannya " aku tidak tahu lagi hatimu sudah terbuat dari apa Hannah " ucap Vale sambil mengusap lembut punggung Hannah ,
ia masih berpikir bahwa di sini Hannah lah yang benar benar terluka , dan perempuan itu selalu saja bisa begitu sabar untuk menghadapinya .
jangan lupa vote , like dan coment🤗
dan sekali lagi terimakasih atas segala dukungannya🙏😇💚
si elin aj gk ketauan ending nya
aku membacanya lagi dan lagi.
eline suka cerita elin😁