Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Kisah ini bagian dari My Introvert Husband 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membatalkan pertemuan
Kimmy memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan memperhatikan tubuh tegap Jasson dari belakang yang sedang menaiki anak tangga dengan begitu gagahnya, bahkan Kimmy masih bisa melihat dengan jelas keringat laki-laki itu berjatuhan menetesi lantai. Kimmy tiba-tiba memegangi dadanya yang berdegup dengan sangat hebat.
Tubuh Jasson terlihat lebih sexy dan berisi, ini hanya perasaan Kimmy saja atau karna memang wanita itu tidak pernah melihat tubuh lelaki yang pernah ia sukai itu secara langsung? Kimmy menepuk pipinya satu kali saat disadarkan dengan apa yang saat ini sedang ia lamunkan.
"Kenapa aku ini?" Kimmy mengalihkan arah pandanganya. Berjalan masuk dan mendekati sofa, hampir mempersilahkan tubuhnya untuk duduk di sana bermaksud menghubungi Jesslyn menggunakan ponsel yang ada digenggamannya. Namun niatnya terurungkan saat suara mesin dan clakson mobil terdengar di halaman rumah. Kimmy memilih keluar dari rumah sahabatnya itu untuk memastikan siapa yang datang.
"Kimmy ...." Jesslyn yang terlihat baru saja turun dari mobil seketika berteriak saat melihat sahabatnya berdiri di ambang pintu. Segera membuatnya berlari dan menghampirinya. Saling meregangkan kedua tangan masing-masing dan memeluk satu sama lain.
"Kau sudah datang, kenapa tidak menghubungku terlebih dulu? apa kau sudah lama menunguku? maaf, aku harus ikut mama berbelanja." Jesslyn berucap dengan beruntun sambil melepaskan pelukannya.
"Tidak, aku baru saja datang."
"Bibi ... Paman ...." Melihat Merry dan Gio yang berjalan menghampiri mereka berdua, Kimmy segera memeluk mereka secara bergantian.
"Sayang, bagaimana kabarmu?" tanya Merry yang memberi ciuman di pipi Kimmy. Ya, Kimmy sudah dianggap seperti putrinya sendiri oleh wanita yang berusia 48 tahun itu.
"Kimmy sangat baik, Bi."
"Lama sekali kami tidak melihatmu, banyak yang berubah dari dirimu, pasti kau sudah memiliki kekasih." Gio meledek sambil mengacak-acak rambut Kimmy.
"Tidak, Paman." Kimmy terkekeh sambil merapikan rambutnya
"Ayo kita masuk, sayang." Merry menggandeng tangan Jesslyn dan Kimmy, mengajak kedua perempuan itu masuk ke dalam rumah.
***
Di ruang Gym, Jasson melanjutkan aktivitas olahraganya yang sempat tertunda karna kedatangan Kimmy. Laki-laki itu saat ini terlihat berlari di atas treadmill. Menambah kecepatan hingga akhirnya, ia berhenti saat tubuhnya merasa lelah dan sudah memeras begitu banyak keringat.
Jasson melentangkan tubuhnya di lantai, mengatur napasnya yang naik turun untuk marup oksigen. Saat di rasa napasnya sudah stabil, ia beranjak berdiri mengambil air mineral yang sudah tersedia di dalam botol, menegukanya sebagian lalu menyiramkannya di bagaian kepala dan tubuhnya sebelum akhirnya laki-laki itu dan meninggalkan ruang Gym untuk kembali ke kamar.
Jasson masuk ke dalam kamar mandi dan berdiri di bawah guyuran air yang mengalir dari shower yang ia biarkan menggantung di atas, Kepalanya dipenuhi busa saat tangannya memijat rambutnya dengan menggunakan shampo yang baru saja ia tuang.
Suara dering ponsel miliknya yang terdengar dari luar kamar mandi, membuat laki-laki itu segera menyelesaikan aktivitasnya saat ini.
Jasson mematikan kran shower, ia meraih dua buah handuk. Satu handuk ia lilitkan di pinggang dan handuk lainnya ia gunakan untuk mengeringkan rambut cepaknya yang basah.
"Siapa yang menelpon?" Jasson berdecak karna merasa terganggu. Diraihnya ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Alea, membuat laki-laki itu segera menghubungi balik sekretaris pribadinya tersebut.
"Hallo ...." Suara Alea menyaut dari seberang sana setelah Jasson menunggu beberapa detik saat ponselnya sedang menghubungkan.
"Ada apa?" tanya Jasson dengan malas-malasan sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk setelah dirinya berpindah posisi di depan cermin, hingga memantulkan sebagian tubuhnya di sana.
"Jasson, ini sudah sore kenapa sampai saat ini kau juga belum kembali ke kantor? kau sudah memiliki janji dengan klien bukan?"
"Oh iya aku lupa. Aku malas sekali kembali ke kantor, kalau begitu batalkan saja pertemuannya."
"Jasson, kenapa mendadak seperti ini?
"Aku hari ini sangat lelah, jadi aku ingin menghabiskan waktu di rumah. Mungkin hingga besok, jadi tolong batalkan semua pertemuanku dengan siapapun."
"Jasson, ini klien penting, kenapa kau tiba-tiba membatalkannya?" Suara Alea terdengar menajam dari balik ponsel yang digengga oleh Jasson.
"Kita bisa mengatur janji untuk pertemuan berikutnya, kau urus saja mereka pasti akan mengerti."
"Dan satu lagi, jangan menghubungiku jika yang kau bahas hanya tentang masalah pekerjaan, aku sungguh pusing!"
"Jasson, tapi--"
Suara Alea terputus saat Jasson mengakhiri panggilan itu secara sepihak dan melemparkan ponsel tersebut di atas tempat tidur.
"aku benar-benar pusing memikirkan perusahaan." Jasson memijit keningnya dan melemparkan handuk yang saat ini mengantung di lehernya ke sembarang tempat.
Jasson mendekati lemari, diambilnya satu setel pakaian di dalam sana dan segera membalutkan pakaian itu ditubuh kekarnya yang sudah mengering, sebelum akhirnya laki-laki itu pergi meninggalkan kamarnya.
Langkah Jasson membawanya masuk ke dalam ruang musik untuk mengambil gitar akustik kesayangannya. Lalu, ia membawanya ke balkon untuk memainkannya di sana.
Segelas orange jus dan juga roti coklat yang baru saja disajikan oleh Bi Molley menemani laki-laki itu yang sedang bersantai di balkon rumahnya sambil memainkan alat musik petik yang terbuat dari kayu yang cukup kokoh tersebut. Namun suara cekikikan terdengar mendekat membuat laki-laki itu menoleh ke asal suara yang sudah bisa ia tebak. Terlihat Kimmy dan Jesslyn naik ke atas balkon tersebut.
"Sedang apa kau kemari?" tegur Jasson sesaat setelah menghentikan petikan gitar yang ia mainkan.
"Aku baru saja mengajak Kimmy keliling rumah dan sekarang aku ingin melihat senja bersamanya. Kau sedang apa di sini?" Jesslyn meletakan kedua tangannya dan berdiri di depan saudara kembarnya tersebut dengan tatapan kesal.
"Apa kau buta tidak melihatku sedang apa?" seru Jasson menunjukan gitar di tangannya.
"Pergilah! Aku ingin di sini bersama Kimmy."
"Enak sekali kau berbicara? seharusnya kau yang pergi dari sini!" seru Jasson.
"Kau yang seharusnya pergi, ini kan tempatku!" seru Jesslyn.
"Tempatmu? memangnya kau yang membangun rumah ini!" seru Jasson.
"Jesslyn sudah-lah, ayo kita turun saja dari sini," ajak Kimmy.
"Aku tidak mau! Aku ingin melihat senja di sini." Jesslyn menepis tangan Kimmy yang hendak menariknya.
"Kalau kau ingin melihat senja, kau lihat saja! Kenapa harus mengusirku!" bentak Jasson.
"Karna kau perusuh sama seperti temanmu yang pengacau itu!" Pengacau yang di maksud oleh Jesslyn di sini tak lain ialah Harry.
"Bicaralah yang sopan! Bahkan Harry tidak ada di sini kau masih saja berbicara tidak sopan seperti itu! Mau kudorong kau dari atas sini!" ancam Jasson dengan tatapan menggertak.
"Memangnya kau berani? dorong saja jika berani!" tantang Jesslyn sambil melototkan kedua matanya.
Jasson mengalihkan gitar yang kala itu ia letakan dipangkuannya, hendak beranjak dari duduknya dan menghampiri Jesslyn, namun niatnya terurungkan saat saudaranya itu berteriak dengan sangat kencang.
"Papa, Jasson mau memukulku!" Suara Jesslyn hampir saja merusak gendang telinga Kimmy yang saat itu berada di sampingnya.
"Jasson ...." Suara Gio yang terdengar samar menyaut dengan penuh ancaman. Jesslyn tertawa dengan penuh kemenangan saat Jasson tak berkutik.
"Dasar nenek tua!" Jasson mengambil gitar miliknya. sejenak melirik ke arah Kimmy dengan tatapan dingin dan berlalu turun dari sana mengalah kepada saudara kembarnya tersebut.
🥰🥰🥰