Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Mengawasi
***
Devan duduk dengan tenang dan elegan. Dia
tampak begitu gagah dan mempesona, hingga
mampu membuat mata Pamela seolah tidak
mau berpaling. Senyum manis menawan kini
terlempar dari bibir seksi Pamela kearah Devan
yang terlihat datar saja, tanpa ekspresi.
Super model yang memiliki bentuk tubuh seksi
dan menggoda itu kini melenggak-lenggokkan
tubuhnya dengan gemulai di atas panggung. Dia berusaha memamerkan setiap detail gaun yang
di bawakannya kepada seluruh audience. Gaun
itu terlihat seksi dan terbuka di beberapa bagian,
hingga otomatis mengekspose keindahan tubuh
sang super model.
Tidak lama ke atas runway muncul Stella Muller
yang mendapat sambutan cukup positif dari para
pengunjung yang hadir. Terutama dari satu sosok
yang berdiri sedikit jauh dari panggung runway.
Brian baru saja datang ke tempat itu. Pria itu
tampak melambaikan tangannya ke arah Stella
yang sedang melenggang apik di atas pentas.
Namun, justru saat ini Stella sedang menatap terkesima kearah keberadaan Devan yang duduk elegan di kursi utama. Dia benar-benar tidak
menyangka kalau pria buruan para wanita itu
hadir malam ini. Ini pasti karena Pamela kan..??
Saat ini Devan tampak sedang berbincang ringan
dengan seorang pengusaha besar bergelar raja
bisnis yang kebetulan hadir juga malam ini. Ya..
Dirga datang mewakili Agam yang tidak bisa
hadir. Ada banyak model yang berasal dari
Royal Entertainment akan tampil malam ini.
"Bagaimana kabar adik dan keponakan ku.?
Sudah lama tidak bertemu dengan mereka."
Devan bertanya dengan tatapan yang terlihat
mengamati sekitar panggung. Sepertinya dia
sedang mencari seseorang.
"Alhamdulillah.. Mereka berdua baik-baik saja. Sekarang ini, Rein sudah mulai masuk sekolah
usia dini."
"Woww..Mayra akan semakin sibuk kalau begitu.
Kalian pasti sangat bahagia saat ini. Kapan ada
rencana punya anak lagi ?"
"Aku harap secepatnya. Ngomong-ngomong,
kapan kau memikirkan hal yang lebih pribadi
Mr Devan.?"
Devan tampak terdiam. Wajahnya kini bereaksi
sedikit aneh. Dirga melihat dengan jelas kalau
rekan bisnis sekaligus kakak ipar sepupunya itu
sedang tidak tenang. Lagi-lagi sudut mata Devan
menyapu ke seluruh panggung. Apa yang terjadi,
yang dia tahu, Sherin seharusnya tampil sebagai
model pembuka, tapi kenapa malah Pamela
yang muncul.?
"Akan ada saatnya bagiku untuk bahagia juga
seperti kalian. Tepatnya sedang dalam tahap
menuju ke sana."
Devan menyahut. Dirga tersenyum tenang. Mata
mereka kembali ke atas pentas. Saat ini Pamela
dan Stella tampak bersama-sama maju ke ujung panggung, lalu berdiri, berpose cantik di hadapan Devan dan para pengusaha lainnya. Namun mata
kedua model cantik itu tidak terlepas dari sosok
Devan yang terlihat acuh saja. Hingga akhirnya
mereka mengakhiri sesi, melenggang pergi ke
arah backstage.
Acara terus bergulir. Satu persatu model-model
cantik dan mempesona dengan kelebihan dan
daya tarik masing-masing itu tampil di atas
runway membawakan gaun malam yang serba
mewah dan glamor.
Para pengunjung mulai bosan. Mereka tampak
gaduh menyoal keberadaan Sherin yang tidak
tampil juga. Padahal penampilannya sangatlah
di tunggu oleh sebagian pengunjung yang hadir.
"Kapan Sherinda tampil.? Bukankah harusnya
dia muncul sebagai model pembuka.?"
"Entahlah.! Ini sedikit membosankan. Terus
terang aku datang ke sini hanya untuk melihat
penampilannya. Dia itu tidak pernah membuat
mata yang melihatnya merasa bosan.!"
"Anda benar. Kita kesini hanya karena dia.!"
Terdengar pembicaraan dari para pengamat.
Mendengar kasak-kusuk para audience, Devan
mulai tidak tahan. Ada rasa tidak nyaman yang
kini menghinggapi hatinya.
"Hadirin sekalian.. ini dia rancangan penutup
untuk malam ini. Hasil karya desainer ternama
dunia..Miss Raihana Amanda Moolay..!!"
Dalam situasi yang mulai tidak kondusif itu
pembawa acara berseru penuh semangat. Di
ujung panggung kini muncul sosok yang jadi
pusat perbincangan.
Suasana langsung hening, hanya gema musik
pengiring yang kini terdengar. Semua mata kini
terfokus kearah Sherin yang mulai melangkah
anggun dan gemulai dengan senyum manis
yang terkembang sempurna dari bibirnya. Dia
tampil memukau dan mempesona mengenakkan
gaun pesta warna maroon yang terlihat mewah
dan elegan dengan aksen mutiara cantik di
beberapa bagian sentral nya di lengkapi riasan
wajah yang terlihat Glow and Perfect..
Semua orang kini seakan terhipnotis, tak bisa
bergerak, selain guliran pandangan yang ikut
kemana Sherin bergerak. Gaun mewah hasil
rancangan Amanda Moolay itu berhasil menarik
perhatian seluruh audience, di tambah dengan
model pembawanya yang begitu sempurna.
Sungguh, satu kesatuan yang luar biasa indah
hingga mampu mengundang decak kagum
para pengamat mode yang ada.
Untuk sesaat Sherin tampak terkejut menyadari
keberadaan Devan di kursi utama. Namun dia
cepat-cepat menguasai keadaan. Melangkah
kembali dengan tenang serta lemah gemulai
tanpa meninggalkan kesan menggoda. Hingga
akhirnya berada di ujung runway, tepat di depan
Devan. Mata mereka bertemu, saling menatap
kuat. Tanpa sadar, Sherin tersenyum lembut ke
arah Devan yang langsung mengerjap hebat. Ini
gila, senyuman itu mampu menembus relung
hati Devan dan memanah jiwanya.
Sherin kini memutar tubuhnya dengan anggun
seraya menyeret halus bagian bawah gaun yang
berekor cukup panjang. Gerakan nya tampak
luwes dan memukau, membuat semua orang
menahan nafas saat punggung bening berkilau
nya terekspose dan terpampang nyata di depan
mata karena modelnya memang sedikit terbuka
di bagian belakang.
"Amazing..Kecantikan yang luar biasa memukau. Tubuh yang sangat sempurna. Berapapun akan
aku bayar asal bisa menghabiskan malam ini
dengannya.! Dia sangat menggiurkan.!"
Desis salah seorang pengusaha. Di susul oleh
pengusaha lainnya yang mengatakan hal yang
lebih ekstrim lagi. Dan itu, terdengar jelas oleh
Devan. Wajah pria itu langsung saja berubah tak terjabarkan. Aneh, ada hawa panas yang tiba-tiba
saja membakar jiwanya. Tatapan Devan tampak
mengurung sosok Sherin yang kini berdiri di
tengah panggung menanti kehadiran Amanda.
Namun tiba-tiba saja beberapa pengunjung dan
pengamat serta pengusaha naik ke atas pentas.
Mempersembahkan buket bunga sebagai tanda
penghargaan atas penampilannya. Penuh rasa
haru, Sherin tampak membungkukkan badan
sambil melipat kedua tangan ke arah audience
sebagai ucapan terimakasih.
Tidak lama Amanda naik ke atas pentas karena
dia berhasil meraih simpati terbanyak malam
ini. Dua wanita cantik itu kini banjir karangan
bunga. Dirga tampak berdiri sambil bertepuk
tangan puas melihat keberhasilan adik semata wayangnya itu. Sayang nya Crish tidak bisa ikut
hadir karena sedang ada urusan pekerjaan.
"Selamat ya Miss Manda, gaun rancangan anda
benar-benar luar biasa.! Sangat memukau."
Ucap ketua juri pengamat seraya memberikan
buket bunga pada Manda dan Sherin.
"Terimakasih..ini semua berkat Miss Sherin"
Sambut Manda sambil mengangkat bunga
bersama dengan Sherin di sambut gemuruh
tepuk tangan hadirin.
"Terimakasih Sherin.. berkat dirimu, gaun hasil
rancangan ku bisa di terima dengan mudah."
Ujar Manda sambil merangkul bahu Sherin dan
melambaikan tangan ke arah para penonton.
"Sama-sama Kak Manda. Gaun mu memang
sangat menakjubkan.."
Sahut Sherin bahagia, karena dia telah berhasil
menutup acara ini dengan sukses.
"Aku akan membuatkan rancangan khusus
untuk mu nanti sebagai hadiah."
Sherin tampak terkejut, dia merangkul Manda
sambil berterimakasih penuh rasa syukur. Lagi,
Sherin tersenyum lembut ke arah Dev yang kini
ikut berdiri dan bertepuk tangan. Mata mereka
berdua tampak saling terpaut dan tidak bisa
saling melepaskan satu sama lain.
Devan keluar dari ruangan saat Sherin kembali
ke backstage. Wajahnya kini berubah sekeras
bongkahan gunung es.
"Kalian seret dua pengusaha yang tadi duduk di
belakang ku.! Dan awasi orang-orang yang ada
di belakang Stella Muller.!"
Devan memberi perintah pada Simon dan para
bawahannya saat dia sudah ada di dalam mobil.
"Baik Tuan, laksanakan !"
"Aku tunggu di markas. Lakukan semuanya
dengan rapi dan bersih.!"
"Siap Tuan, kami bergerak sekarang !"
Simon dan 4 orang bawahan nya kini bergerak
masuk ke dalam gedung. Tidak lama Roman
sudah meluncurkan mobil nya keluar dari area
gedung tempat berlangsungnya acara.
***
Malam ini Sherin benar-benar lelah. Dia tiba
di rumah kontrakannya sekitar jam 2 dini hari.
Begitu selesai membersihkan diri, dia segera
menjalankan sholat isya. Setelah itu tak peduli
apapun lagi Sherin langsung merebahkan tubuh
di atas tempat tidur, dan dalam waktu sekejap,
dia sudah terlelap dalam tidur lelahnya. Hingga
tidak sadar ada seseorang yang kini masuk ke
dalam rumah nya.
Devan..pria itu datang menyusul Sherin. Matanya
tampak tertegun melihat tempat tinggal wanita
yang berstatus sebagai istri nya itu. Wanita yang berprofesi sebagai super model. Tapi.. tinggal di rumah kontrakan kecil dan sederhana seperti ini.
Sangat mencengangkan..di luar sana wanita ini
begitu di puja dan di damba, tapi realita hidupnya
sungguh berbanding terbalik dengan apa yang di
bayangkan oleh kebanyakan orang.
Devan langsung masuk ke dalam kamar yang
di tempati oleh Sherin. Untuk sesaat dia tampak
terdiam membeku. Menatap sosok Sherin yang
sedang terbaring di atas tempat tidur dengan
posisi meringkuk manis memeluk guling. Devan
menelan saliva nya berat saat melihat betis
putih mulus Sherin kini terpampang nyata di
depan matanya karena selimut nya melorot.
"Brian.. Kamu benar-benar brengsek.! Aku tidak
akan pernah memaafkan mu."
Devan yang baru saja selesai menyelimuti tubuh Sherin tampak kembali membeku saat mendengar umpatan kekesalan yang keluar dari mulut wanita
itu dalam tidurnya. Wajah Devan tampak mengeras.
"Kau hanya tinggal mengatakan sesuatu, maka
itu akan terjadi sesuai keinginan mu Sherin.!"
Desis Devan sambil kemudian duduk di pinggir
tempat tidur. Matanya kini menatap lekat wajah
Sherin yang terlihat begitu cantik dan menarik
dalam keadaan polos tanpa polesan seperti ini. Perlahan tangannya bergerak merapihkan anak rambut yang jatuh di kening Sherin.
"Selama status mu sebagai istri ku, tidak boleh
ada lagi penawaran ataupun transaksi. Kau
adalah milikku sepenuhnya Sherinda.."
Bisik Devan dengan raut wajah yang terlihat
semakin keras saat mengingat beberapa waktu
lalu dia baru saja menghajar habis-habisan dua pengusaha yang nyata-nyata punya niat untuk membeli diri Sherin malam ini. Devan menghajar keduanya tanpa ampun karena terbawa emosi.
Dia benar-benar tidak bisa terima niat buruk dua
pria mesum itu.
Karena tidak kuat menahan rasa lelah, akhirnya
Dev ikut berbaring di sebelah Sherin yang tidak
mampu bangun saat adzan subuh memanggil.
Keduanya tampak terlelap dalam tidur nyenyak
dan tanpa sadar sudah saling mendekat.
Waktu sudah beranjak siang...
Sherin akhirnya siuman juga dari tidurnya yang
cukup panjang. Dia membuka mata perlahan
dan mengerjap beberapa saat begitu cahaya
terang yang berasal dari celah jendela sudah menembus masuk menerangi seluruh ruangan
dalam kamar.
"Aaa.. Tu-Tuan Devaann...!!"
Sherin berseru panik saat menyadari kini di
hadapannya ada satu sosok asing yang tengah
terbaring miring menghadap ke arahnya.
"Ba-bagaimana bisa dia ada di sini.? Apa yang
terjadi denganku.?"
Sherin segera melompat dari atas tempat tidur.
Dia menggulung rambutnya sembari mengamati keseluruhan dirinya. Tidak ada yang aneh atau
yang berbeda dari dirinya, tapi..
"Hei.. Tuan.. bangun.. kenapa kau ada di sini.?
Tuan Dev, banguunn...!!"
Sherin mencoba menepuk lengan Dev yang
masih terlihat terlelap dalam tidurnya.
"Issh apa-apaan ini.! Kenapa dia bisa tiba-tiba
ada di rumahku ! Apakah aku lupa mengunci
pintu.. atau mungkin aku sedang bermimpi.."
Sherin mencubit pipinya sendiri dan rasanya
lumayan sakit. Jadi..ini bukanlah mimpi.
"Tuan Dev.. banguunn..aaa..."
Pekikan Sherin berlanjut ketika tiba-tiba tubuh
nya di tarik oleh Devan kemudian berikutnya
matanya membulat saat menyadari kini dirinya
sudah ada di bawah tindihan tubuh tegap Devan.
Mata mereka beradu, saling menatap, dan nafas keduanya kini berubah seakan bermarathon.
"Tuan Dev..apa yang kau lakukan di rumah ku.?
Ba-bagaimana kau bisa ada di sini.?"
Sherin berucap dengan sedikit bergetar karena
di landa ketegangan saat Devan menurunkan
wajahnya. Dia kesulitan bergerak sebab kedua tangannya di kunci di atas kepalanya.
"Bukankah kita sudah menikah Nona Sherin.?
Jadi aku berhak menemuimu kapanpun dan
di manapun..Aku adalah suamimu.!"
Deg !
Wajah Sherin langsung saja memucat. Sungguh,
dia baru ingat akan hal itu. Pria gagah yang kini
sedang menindihnya itu adalah suaminya.
"Apa kau melupakan fakta penting itu ? "
Dev menatap dalam wajah Sherin yang pucat
dan semakin mendekatkan wajahnya membuat
Sherin kian menegang hebat. Keringat dingin
langsung meremang. Matanya kini terpejam rapat
saat bibir Devan sudah semakin mendekat hingga nafasnya yang hangat beraroma mint segar
menyapu seluruh wajahnya..
***
Bersambung...
**Note:
Sabtu-Minggu libur up ya readers...
Author perlu istirahat juga..biar Senin fresh.
Jadi up nya tiap hari kerja doank..😃😃🤭🙏🙏**
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻