Mahesa Sura yang telah menunggu puluhan tahun untuk membalas dendam, dengan cepat mengayunkan pedang nya ke leher Kebo Panoleh. Dendam kesumat puluhan tahun yang ia simpan puluhan tahun akhirnya terselesaikan dengan terpenggalnya kepala Kebo Panoleh, kepala gerombolan perampok yang sangat meresahkan wilayah Keling.
Sebagai pendekar yang dibesarkan oleh beberapa dedengkot golongan hitam, Mahesa Sura menguasai kemampuan beladiri tinggi. Karena hal itu pula, perangai Mahesa Sura benar-benar buas dan sadis. Ia tak segan-segan menghabisi musuh yang ia anggap membahayakan keselamatan orang banyak.
Berbekal sepucuk nawala dan secarik kain merah bersulam benang emas, Mahesa Sura berpetualang mencari keberadaan orang tuanya ditemani oleh Tunggak yang setia mengikutinya. Berbagai permasalahan menghadang langkah Mahesa Sura, termasuk masalah cinta Rara Larasati putri dari Bhre Lodaya.
Bagaimana kisah Mahesa Sura menemukan keberadaan orang tuanya sekaligus membalas dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prahara Bukit Tengkorak ( bagian 1 )
Mata Dewi Kipas Besi memicing ke arah yang ditunjuk oleh Mahesa Sura. Ketika melihat pakaian yang dikenakan oleh orang-orang itu juga pada bendera hijau bergambar sepasang tombak di tengah-tengah bendera hijau ini, Dewi Kipas Besi langsung mengerti.
"Orang-orang Perguruan Tombak Langit ya itu adalah mereka, para pendekar golongan putih yang bermukim di kawasan utara Sungai Kapulungan", ucap Dewi Kipas Besi segera.
" Tapi ada urusan apa yang membuat mereka datang kemari?
Terus orang orang berbaju hitam itu juga bagian dari mereka? ", kali ini Mahesa Sura menunjuk ke arah bawah tebing tempat mereka bersembunyi. Dan puluhan orang berpakaian serba hitam bersenjata lengkap bergerak ke arah Padepokan Bukit Tengkorak dengan penuh semangat.
" Aku tidak tahu, Mahesa..
Tetapi orang orang berpakaian hitam ini sepertinya juga punya tujuan yang sama dengan orang-orang Padepokan Tombak Langit ini. Tunggu dulu, bukankah itu Mpu Belong pimpinan Perguruan Golok Sakti? "
Dewi Kipas Besi menunjuk ke arah seorang lelaki tua dengan rambut putih yang di gelung layaknya seorang pandai besi di antara orang-orang berpakaian hitam itu. Dia sepertinya kenal betul dengan orang tua ini.
"Kau mengenalnya Nini Dewi? ", tanya Mahesa Sura seraya tak mengalihkan perhatian nya pada dua kelompok orang yang sedang bergerak ke arah Padepokan Bukit Tengkorak.
" Lelaki tua itu adalah pendekar golongan putih yang punya nama baik. Kalau dia kemari jangan jangan....
Sial, kenapa aku tidak menyadari nya dari tadi? Mahesa Sura sepertinya orang-orang ini ingin menggempur Padepokan Bukit Tengkorak. Mpu Belong punya dendam dengan Wisrawa, anak Si Jerangkong Hitam karena telah memperkosa keponakannya. Kita bisa memanfaatkan situasi ini untuk membalas dendam", ucap Dewi Kipas Besi sembari tersenyum tipis.
"Maksudnya bagaimana Nini? ", tanya Mahesa Sura tak mengerti.
" Begini Mahesa, biarkan orang-orang itu menghadapi murid-murid Padepokan Bukit Tengkorak. Setidaknya mereka bisa meringankan beban kita sebelum Si Jerangkong Hitam muncul. Jadi kita tunggu saja dan lihat perkembangan yang terjadi sebelum kita turun tangan.. "
Mendengar apa yang dikatakan oleh Dewi Kipas Besi, Mahesa Sura mengangguk mengerti. Mereka terus mengawasi pergerakan orang-orang yang bergerak menuju ke arah Padepokan Bukit Tengkorak.
Sementara itu di pintu gerbang Padepokan Bukit Tengkorak, kedatangan orang-orang Padepokan Tombak Langit dan Perguruan Golok Sakti seketika membuat keributan besar. Apalagi Mpu Belong dan Kuda Amerta pimpinan Padepokan Tombak Langit membantai dua orang penjaga yang mereka hadapi. Seketika pertarungan pun segera pecah diantara mereka.
Thhhrrrriiiiiiinnnggggg thhhrrrriiiiiiinnnggggg...
Chhrraaaaassshh chhrreeeeeepppphhh!!!
Suara senjata tajam beradu diikuti oleh suara jerit mereka yang terkena senjata musuh langsung memenuhi halaman depan Padepokan Bukit Tengkorak. Darah tumpah ke bumi di ikuti oleh terbakarnya bangunan di beberapa bagian langsung menjadi pemandangan yang terpapar di depan mata.
Dua murid utama Padepokan Bukit Tengkorak langsung melesat ke arah Mpu Belong dan Kuda Amerta yang mengamuk tak tentu arah, menerjang semua murid Padepokan Bukit Tengkorak yang mencoba untuk menghentikan mereka.
Dengan secepat kilat, keduanya langsung mengayunkan senjata mereka berupa cakar besi berbentuk seperti tulang tangan manusia dengan ujung runcing yang tajam.
Shhhrraaaaaakkkk shhhrraaaaaakkkk!!!
Mpu Belong dan Kuda Amerta langsung menyilangkan senjata mereka untuk bertahan kala serangan itu datang.
Thhhrrrrrraaanngggg thhhrrrrrraaanngggg...!!!
Setelah beradu senjata keempatnya melompat mundur dengan penuh kewaspadaan.
"Benar-benar pendekar yang tidak tahu tata cara bertarung dengan benar. Mana sikap ksatria kalian hah?! ", teriak Kuda Amerta penuh amarah karena geram dengan serangan bokongan dari dua murid utama Padepokan Bukit Tengkorak yang bernama Panji Jemparing dan Regol itu.
Regol tersenyum sinis mendengar makian Kuda Amerta sementara Jemparing pun dengan sikap pongah nya menyeringai ke arah dua pimpinan perguruan silat ini.
"Untuk orang yang mau mati, buat apa bersikap ksatria? Berani menyatroni Padepokan Bukit Tengkorak, kalian semua harus mati! ", balas Panji Jemparing penuh kesombongan.
" Dua cecunguk Bukit Tengkorak saja berani bersikap sombong di hadapan ku. Kalian terlalu cepat seratus tahun..!! ", teriak Mpu Belong sambil memutar golok nya. Lelaki tua itu langsung meloncat ke arah Panji Jemparing sembari membabatkan golok nya.
Shhhrreeeeeetttttttt!!!
Begitu Mpu Belong bergerak, Kuda Amerta tak mau kalah dengan melemparkan tombaknya ke arah Regol. Begitu senjata itu melesat ke arah musuh, Kuda Amerta langsung menjejakkan kakinya ke tanah lalu melenting tinggi ke udara. Dengan ilmu meringankan tubuh nya yang luar biasa, Kuda Amerta mendarat di gagang tombak nya yang sedang melaju ke arah sang murid utama Padepokan Bukit Tengkorak.
Pertarungan sengit pun kembali terjadi antara mereka.
Pengalaman bertarung yang dimiliki oleh Kuda Amerta benar-benar memberikan keuntungan tersendiri bagi lelaki paruh baya ini. Nama besarnya sebagai Pendekar Tombak Langit membuat nya mampu menyudutkan Regol yang mengandalkan cakar tulang besinya sebagai senjata.
Beberapa pukulan dan tendangan serta beberapa luka akibat goresan tombak di tangan Kuda Amerta telah diterima oleh Regol setelah 10 jurus berlalu.
Pun nasib serupa dialami oleh Panji Jemparing. Sabetan golok Mpu Belong telah merobek pakaian nya, menciptakan luka memanjang pada punggung nya yang terus mengeluarkan darah. Kendati demikian, Mpu Belong sama sekali tidak mengendurkan serangan nya melihat lawannya terluka, justru terlihat semakin beringas bertarung. Lelaki tua ini begitu ganas mengayunkan golok bergagang kepala burung garuda itu untuk memojokkan musuh.
Whhhuuuuttttt whhhuuuuuggghhhhh...
Chhhrrraaaaaaassshhhhh...
Aaaaarrrrrrgggggggghhhhhh!!!!!
Panji Jemparing meraung keras setelah golok Mpu Belong menebas lengan kirinya hingga putus. Lelaki bertubuh gempal ini langsung terhuyung-huyung mundur sembari memegangi lukanya yang mengeluarkan darah segar.
Tak berhenti sampai disitu, Mpu Belong segera berlari cepat ke arah Panji Jemparing yang sedang menderita. Dengan gerakan sangat cepat, ia langsung mengayunkan golok nya menebas batang leher Panji Jemparing sekuat tenaga.
Chhhrrraaaaaaassshhhhh...
Darah langsung menyembur keluar dari luka yang diderita oleh Panji Jemparing. Murid utama Padepokan Bukit Tengkorak itu langsung roboh bersimbah darah. Ia mengejang hebat sesaat sebelum akhirnya tewas.
Di sisi lain, mata Regol melebar setelah ujung tajam tombak Kuda Amerta menembus ulu hati nya hingga ke punggung. Kala pimpinan Padepokan Tombak Langit ini mencabut senjata nya, Regol roboh dengan luka menganga di ulu hati nya. Tak lama kemudian ia tewas bermandikan darah segar.
Usai membantai dua murid utama Padepokan Bukit Tengkorak itu, Mpu Belong dan Kuda Amerta langsung bergerak memasuki halaman utama Padepokan Bukit Tengkorak. Namun belum genap sepuluh langkah mereka disana,tiba-tiba...
Shhhiiiiiuuuuuuttt shhhiiiiiuuuuuuttt...!!
Dua gumpalan cahaya hitam dan putih bergerak menerabas cepat ke arah kedua tokoh dunia persilatan ini.
"Mpu Belong awas... !!!! "
Mendengar peringatan dari Kuda Amerta, Mpu Belong langsung menoleh ke arah datangnya serangan. Lelaki tua itu cepat-cepat menghindar hingga dua gumpalan cahaya hitam yang mengarah kepadanya langsung menghantam tanah. Pun demikian juga pada Kuda Amerta.
Bhhuuuuuuummmmmm!!!
Dua sosok berpakaian hitam dan putih melayang turun ke depan Kuda Amerta dan Mpu Belong. Mereka adalah sepasang lelaki sepuh dan perempuan tua dengan wajah penuh keriput tetapi masih menampilkan penampilan yang sanggup untuk membuat siapapun merasa ketakutan saat berhadapan dengan keduanya.
Mpu Belong langsung mengenalinya karena dahulu pernah bertarung melawan salah satu diantara mereka dalam pertarungan berdarah di Perguruan Dewa Iblis sekitar 10 tahun yang lalu. Teringat akan kenangan pahit kala itu, Mpu Belong langsung menghardik keras,
"Sepasang Setan Penjaga Bukit Tengkorak!!
Masih hidup rupanya kalian hah?!!! "
jadi keinget juga jurus tokoh Kwee Ceng di film silat mandarin The Legend of Condor Heroes...18 tapak pembunuh Naga, yang diajarin oleh gurunya, Si Pengemis Ketua KayPang 😁
/Smile//Chuckle/
yg penting up trs kg ebez😂